Esensi

FAST MOVIE SAMA ILEGALNYA DENGAN FILM BAJAKAN?

Studio film asal Jepang, TOHO dan Nikkatsu mengajukan gugatan atas kanal YouTube penyedia fast movie. Sama ilegalnya dengan film bajakan?

title

FROYONION.COM - Pembajakan film masih jadi momok menakutkan bagi industri media kreatif, utamanya industri film. Mereka yang bekerja di industri ini, menggantungkan pemasukan mereka dari jumlah penonton. Hadirnya situs-situs film bajakan, jelas bakal menggerus jumlah penonton. Hal ini tentunya akan sangat merugikan para filmmaker.

Belum rampung dengan masalah pembajakan, studio film juga mesti menghadapi musuh lainnya, yaitu: fast movie.

Fast movie merupakan video berdurasi sekitar sepuluh menit yang meringkas seluruh jalan cerita dari sebuah film panjang. Konten yang akrab ditemukan di YouTube ini, berisi potongan-potongan dari adegan penting sebuah film. Ibaratnya, konten tersebut adalah sinopsis yang divisualkan.

Dalam novel dan film panjang, sinopsis hanya boleh diketahui oleh orang-orang yang terlibat dalam proses kreatifnya. Entah itu si penulis, redaktur, atau editor. Hal ini dikarenakan sinopsis berisi seluruh jalan cerita dari novel atau film tersebut, yang nantinya bakal dikembangkan menjadi beberapa paragraf atau adegan yang mendukung narasi yang bakal disampaikan.

Membeberkan keseluruhan isi film jelas merupakan pelanggaran hak cipta. Dan gue rasa ini sama saja dengan membajaknya. Bedanya, kalau di situs ilegal versi utuhnya dan yang di YouTube versi ringkasnya. Oknum yang bekerja di balik itu, layak diperkarakan. Seperti yang dilakukan studio asal Jepang, TOHO dan Nikkatsu.

Keduanya mengajukan gugatan pada salah satu kanal YouTube yang mengunggah konten fast movie. Langkah ini diikuti oleh studio lainnya yang filmnya ikutan masuk di kanal itu. Total ada tiga belas studio yang mengajukan gugatan dengan menuntut oknum di balik kanal itu membayar denda senilai 500 juta yen atau kalau dirupiahkan nilainya lebih dari 50 milyar. Nah loh.

Lalu, kenapa banyak orang menonton fast movie?

Suatu hari, dengan maksud mencari film bertema e-sport buat ditonton, gue malah digiring buat nonton fast movie. Awalnya gue kira itu trailer filmnya, lah kok ternyata malah ringkasannya.

Fast movie yang gue tonton merupakan ringkasan dari series asal China berjudul The King's Avatar. Ceritanya soal mantan proplayer yang keluar dari tim e-sport yang lama dibelanya karena terlibat konflik dan menjadi penjaga warnet.

Mulanya, gue hanya bermaksud menonton satu episode yang diringkas. Namun karena penasaran, nggak kerasa gue malah menonton keseluruhan episode.

Series itu sendiri terdiri dari belasan episode. Dan seandainya gue menonton series utuhnya, rasanya gue mesti meluangkan waktu belasan jam. Tapi dengan menonton ringkasannya, dengan durasi sepuluh menitan per episode, gue seenggaknya hanya perlu meluangkan waktu sekitar dua jam.

Dari pengalaman gue itu, bisa dibilang, para penonton fast movie adalah mereka yang belum menonton film aslinya, seperti gue. Mereka yang sudah menonton film aslinya, gue rasa nggak bakal nonton fast movie film tersebut. Buat apaan? Toh mereka sudah tahu keseluruhan isi filmnya.

Alasan kedua, menonton fast movie jelas menghemat waktu. Buat mereka yang kerap dikejar-kejar deadline, mereka yang merupakan kaum "sibuk kerja lupa jatuh cinta", waktu jelas berharga bagi mereka. Keberadaan fast movie berguna buat menghapus rasa penasaran mereka terhadap sebuah series atau film tapi mereka tak punya banyak waktu luang buat menontonnya. Ketimbang meluangkan waktu berjam-jam buat tahu jalan cerita sebuah film, dengan fast movie mereka hanya butuh meluangkan waktu beberapa menit saja. Hemat waktu, kan?

Alasan ketiga, film atau series tersebut bukan genre favorit mereka tapi mereka ingin tahu jalan ceritanya bagaimana, karena film itu lagi booming. Lebih tepatnya, mereka penasaran kenapa film itu bisa booming dan kalau ada teman yang ngobrol film tersebut, bisa nyambung.

Namun, walau begitu, apapun alasannya, fast movie tetaplah konten yang ilegal. Alangkah lebih bijak, bila kita nggak ikutan mendukung sesuatu yang ilegal. Semua demi kebaikan teman-teman kita yang bekerja di industri media kreatif.

Jika memang alasannya keterbatasan waktu, kita bisa mengatasinya dengan bijak memilih film yang bakal kita tonton. Ada jutaan film di dunia ini, nggak mungkin kita bisa menonton semuanya. Meminta rekomendasi film atau series, atau membaca dan menonton review film, bakal membantu lo memilih film yang ingin lo tonton di waktu luang lo yang sedikit itu.

Akhir kata, mari ciptakan iklim yang sehat agar industri media kreatif kita bisa berkembang. Bijaklah dalam menonton. (*/)

 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Shofyan Kurniawan

Shofyan Kurniawan. Arek Suroboyo. Penggemar filmnya Quentin Tarantino. Bisa dihubungi di IG: @shofyankurniawan