In Depth

EKSPERIMEN 'UNIVERSE 25': BELAJAR TAHAP PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA DARI TIKUS

Tahukah kalian Civs bahwa manusia pernah menyentuh ranah Tuhan untuk bereksperimen dalam menciptakan surga? Eksperimen ini dinamakan dengan “Universe 25”. Mereka menciptakan negeri utopia yang terbebas dari lapar, takut dan lelah.

title

FROYONION.COM - Tanpa mempelajari dan mengikuti arus kemajuan ekonomi nasional maupun global, semua orang tak terkecuali gue paham betul kalau hidup ini penuh dengan cobaan. Selain cobaan akan penuhnya persaingan di dunia kerja juga banyak rival dalam dunia percintaan. Maka gak heran banyak orang yang udah missqueen, beban keluarga, jomblo, hidup lagi, paket komplit pokoknya.

Namun bagaimana jika ada dunia tanpa diisi oleh penderitaan semacam itu? dunia yang gak ada orang miskin, jomblo, diberi tempat tinggal yang layak, makanan yang selalu ada, hingga kebebasan perkara selangkangan pun terpenuhi. Karena pada dunia ini, lu udah mencapai kebebasan yang sebenarnya, terlepas dari yang namanya aturan.

Siapa yang menyangka, bahwa ternyata dunia semacam itu pernah dicoba oleh seorang peneliti yang bernama John Calhoun. Pada tahun 1945 hingga 1972, lewat eksperimen itu John Calhoun ingin melihat apa yang terjadi jika makhluk hidup dikasih suplai makanan dan minuman tanpa batas dalam ruangan yang nyaman dengan suhu yang terjaga.

Kalo lu masih bingung, bayanginnya gini aja. Misalnya ada sejumlah manusia yang ditempatkan dalam suatu pulau dengan suplai makanan atau minuman yang tak terbatas. Mau lu kepengen makan atau minum yaa tinggal ambil, semuanya sudah tersedia pokoknya. 

Lu terlepas dari yang namanya aturan, di sana lu ga dituntut buat kerja apapun, mau nikah ama siapapun, berapa kali pun, lu bebas ngelakuinnya. Namun dengan satu syarat, lu cuman bisa tinggal di pulau itu, yang gak mungkin bakalan nambah luas, situasinya kurang lebih begitu. 

Namun, pada eksperimen yang dilakukan oleh John Calhoun ini, ia tidak menggunakan manusia dalam eksperimennya. Ya kali make manusia, yang ada para pengangguran ngantre buat daftar jadi percobaan eksperimennya. Subjek penelitian yang digunakan John Calhoun ialah tikus.

John Calhoun membuat kandang yang dapat dihuni oleh 3000 ekor tikus. Di dalam kandang itu diisi dengan gedung-gedung yang penuh akan makanan dan minuman yang unlimited. Termasuk suhu di kandang ini juga diatur sesuai dengan kenyamanan tikus dan yang gak kalah pentingnya gak ada predator bagi para tikus. Nah dengan semua situasi tersebut, kandang ini dinamakan dengan utopia tikus alias surganya para tikus.

Jika kita bahas mengenai eksperimen yang satu ini, tentu lu bakal iri sama tikus. Namun di balik kebahagiaan dalam surga buatan tersebut, terdapat kejadian mengerikan yang seketika mengubah surganya tikus menjadi ladang neraka para tikus. Saking mengerikannya, eksperimen ini diulang-ulang sampai 25 kali sehingga eksperimen ini diberi nama dengan Universe 25.

Dalam eksperimen Universe 25 ini, John Calhoun menemukan sesuatu yang menarik dari tikus tersebut. Ketika di hari yang ke-560 dan jumlah tikus semakin berkembang hingga mencapai 2200 ekor. Namun baru dengan jumlah 2200 ekor, populasi tikus semakin menurun, padahal kandang tersebut dapat menampung 3000 tikus. 

Ternyata dari rentang hari ke-1 hingga ke-550 ditemukan berbagai perilaku tikus yang mirip dengan perilaku manusia, sehingga dalam proses perubahan dan ragam perilaku tikus tersebut, John Calhoun membaginya menjadi 4 fase. 

FASE PENYESUAIAN DIRI

Eksperimen universe 25 ini dimulai dengan 4 pasang ekor tikus, pada tahap ini para tikus yang baru masuk dipersilahkan menikmati surga tersebut. Mereka sudah tidak perlu lagi mencuri makanan, tidak khawatir terbunuh oleh predator atau perangkap tikus, alhasil mereka mencari kegiatan lain, yaitu kawin. Pada periode penyesuaian diri ini berlangsung selama 100 hari. 

Ibarat seperti manusia yang baru diberikan tempat tinggal yang baru, sumber daya makanan yang baru, tanah bermukim yang masih luas, maka hal pertama yang mereka lakukan hanyalah berkembang biak, kemudian mulai belajar dan saling mengenal antara satu dengan yang lain. Sehingga dengan kondisi tersebut tidak terlihat masalah yang mencolok, karena segalanya sudah terpenuhi.

Begitu juga dengan para tikus yang baru mencoba surganya yang baru, populasinya masih terkendali, ruang kandangnya masih sangat luas, sumber makanan masih berlimpah, alhasil tidak ada tanda-tanda masalah yang mencolok pada fase ini.

FASE EKSPLOITASI

Pada fase kedua ini mulai terjadi setelah 250 hari kemudian. Tiap 60 harinya, populasi tikus mulai berkembang lebih cepat hingga 2 kali lipat. Kenapa fase kedua ini dinamakan fase Eksploitasi? Karena penggunaan sumber makanan dan minuman mulai tidak rata.

Jadi pada fase ini, ada tempat makan yang ramai dikerubungi oleh tikus dan ada juga tempat makanan yang sepi dari tikus. Padahal tempat makan dan minumannya dibagi sama rata di tiap sisi kandangnya. 

Melihat fenomena tersebut, dapat dipastikan bahwa para tikus mulai hidup berkelompok. Tiap kelompok tikus sudah mengkavling sisi makanan dan minumannya masing-masing dan menariknya lagi, para tikus ini menunjukkan perilaku fanatik akan kelompok sendiri dan gak percaya sama sekali pada tikus yang diluar kelompoknya.

Anjrit, gua sampe merinding nulis tulisan begini, berasa bukan nulis tentang tikus, melainkan tentang perilaku manusia dalam berkelompok. Jadi dalam kelompok ini terdapat tikus yang good looking, good rekening, tikus yang kuat, lemah, banyak deh klasifikasinya.

Kalau dilihat sekarang, fase kedua ini sudah mengarah kepada perilaku manusia yang mulai fanatik terhadap kelompoknya sendiri, dan mulai untuk tidak mempercayai kelompok manapun. Dalam politik, ekonomi, bahkan agama sekalipun sudah terbentuk kelompok fanatisme seperti ini. Bahkan tidak tanggung-tanggung untuk memfitnah dan mengadu domba kelompok satu dengan yang lain demi keuntungan kelompoknya semata.

FASE EQUILIBRIUM

Kemudian pada 300 hari berikutnya, para tikus mulai menunjukkan perilaku yang tidak pernah terlihat pada fase sebelumnya, yaitu kekerasan. Jadi pada periode ini, Calhoun mulai sadar bahwa pertumbuhan tikus-tikus remaja mulai terhambat.

Setelah diselidiki, ternyata mulai ditemukan beberapa perilaku tikus yang aneh alias gak wajar. Para tikus tersebut sudah mulai membangun sistem kasta. Kelompok yang diisi dengan tikus kuat menindas kelompok tikus yang lemah. Waaww.

Edannya lagi, tikus-tikus yang lemah ini mulai berkumpul menjadi suatu kelompok, namun mereka juga mem-bully tikus yang lebih lemah lagi. Ibarat kayak orang-orang lemah pada ngumpul, terus mereka nyari yang paling lemah untuk dijadiin pelampiasan.

Dalam dunia manusia sendiri, kekerasan, tawuran antar kelompok hingga kasus bullying pun sudah menjadi hal yang biasa. Mungkin lu bisa ketik "kasus pem-bully-an" di mesin pencarian, hasilnya bakalan persis kayak perbedaan poin antara Emyu dengan City alias banyak banget gilaa.

Gak cuman itu aja Civs, John Calhoun juga menemukan perilaku tikus yang gak pernah ditemuin pada generasi sebelumnya. Dan tikus ini dinamakan dengan the beautiful ones, mereka bodo amat dengan situasi yang terjadi dalam kandang alhasil waktu mereka hanya digunakan untuk makan, minum dan merawat diri, gak pernah berantem, anti sosial deh pokoknya. Ini lebih kayak manusia yang introvert kali ya. 

FASE KEMATIAN

Ini merupakan puncak dari segala fase, yaitu fase kematian. Para tikus ini mulai nunjukkin kelakukan yang semakin barbar dan tidak terkendali. Mereka mulai beringas antar sesama sehingga populasi tikusnya mentok pada angka 2200, padahal kandang yang disediakan oleh Calhoun dapat menampung 3000 tikus.

Dari sini kita dapat ngeliat kalo para tikus ini bukannya karena kekurangan makanan, minuman atau lahan tempat tinggal, melainkan karena sudah tidak bisa berinteraksi berulang-ulang dengan begitu banyak individu.

Ya lu bayangin aja, dengan kandang seperti itu dan jumlah tikus yang meningkat, kemungkinan ketemu lu lagi, lu laginya kan gede banget emang. Ibarat lu yang hidup di suatu desa, lu disana punya temen, sahabat yang itu-itu aja, maka potensi pertengkaran lu di antara temen maupun sahabat lu lebih gede. Karena adanya rasa jenuh ketemu ama orang itu-itu aja.

Jadi karena tikus-tikus yang tua suka berkelahi, imbasnya para tikus yang muda makin sedikit yang bertahan hidup sampai ke tahap dewasa. Ini memberikan alasan kenapa ketika semakin tua, lu harusnya semakin bijak. Anjay pesan moral banget ga tuh!

Nah uniknya karena tikus-tikus mulai gak percaya antarsesama, bawaannya curigaan aja. Akibatnya para tikus betina mulai menjauh ketika didekati oleh tikus pejantan. Terus ini yang menurut gua yang paling mind blowing, karena tikus betina ngejauh dari sang pejantan maka muncullah ketimpangan  seksual bagi para tikus, yaitu hubungan antar sesama jenis. *Bentar-bentar, gw tepuk jidat dulu.

Ngeliat ketimpangan para tikus ini ngingetin gue akan kemunculan kembali dari toxic masculinity dan feminist. Buat kalian yang belom tau apa itu toxic feminist, suatu perilaku perempuan dengan merendahkan martabat pria. Mereka berbeda yaa, dengan pejuang-pejuang feminis yang cenderung menegakkan hak-hak perempuan.

Toxic feminist ini kebalikkan dari itu, pokoknya pria itu selalu salah, mereka selalu beranggapan jelek bahwa kaum pria akan menjadi ancaman bagi kaum wanita. Bahkan di negara maju seperti Amerika, mereka tidak mau mendidik anak laki-lakinya hanya dengan alasan seperti itu. Karena kebenciannya kepada kaum laki-laki begitu besar, alhasil mereka mulai untuk berhubungan antara sesama jenis, yang biasa kita kenal dengan kaum ‘pelangi’.

Kembali kepada tikus tadi, akibat dari kasus-kasus yang terjadi selama beberapa fase tersebut, populasi para tikus mulai menurun, dan ending-nya mereka mengalami kepunahan.

Dari eksperimen “Universe 25” ini, ada masyarakat yang berterima kasih, mendukung dan bahkan mengecam. Mereka berterima kasih karena dengan menunjukkan perilaku tikus tersebut, membuat mereka ingat kalo perilaku manusia suatu saat akan membuat kepunahan manusia itu sendiri.

Dan yang mengecam, karena ngerasa Calhoun ini sudah bermain-main dalam ranah Tuhan. Awalnya tikus ini dikasih surga tapi berakhir menjadi neraka. Terakhir, ada yang mendukung sehingga melalui eksperimen tersebut, para peneliti mulai melakukan eksperimen yang dapat mencegah perilaku tikus tersebut agar tidak terjadi kepada manusia. Mereka beranggapan bahwa manusia sudah berada pada fase-fase yang ditunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga mau gak mau harus mengatasi masalah tersebut.

Kalau menurut kalian gimana Civs, perilaku manusia udah masuk pada fase apa? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Dewantara

Mahasiswa UI(n) Jakarta, Content Writer, Civillion, Penulis buku antologi "Jangan Bandingkan Diriku" dan "Kumpulan Esai Tafsir Progresif"