Esensi

CEO NARSIS: MENINGKATKAN KOMPETISI, TAPI JUGA MENIMBULKAN KONFLIK

Singkatnya, kepemimpinan atau CEO narsis ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka bisa memacu inovasi dan kinerja. Namun, di sisi lain,  juga bisa menciptakan konflik dan instabilitas.

title

FROYONION.COM Dunia bisnis penuh dengan intrik, perebutan kekuasaan, dan ambisi. Tidak mengherankan jika para pemimpin yang haus akan perhatian dan kekaguman, atau yang memiliki sifat narsis, tertarik pada posisi puncak.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa para CEO narsis tidak hanya tertarik pada jabatan tinggi, tetapi mereka juga cenderung saling mempekerjakan,  setidaknya pada awalnya.

Diperkirakan 18% CEO memiliki sifat narsis sedang atau tinggi, dibandingkan dengan hanya 5% dari populasi umum. Ciri-ciri ini termasuk bahwa dirinya merasa paling penting secara berlebihan dalam segala situasi, kepekaan tinggi terhadap kritik, perasaan berhak istimewa, kurangnya empati, dan haus akan kekaguman.

Image source: Greatist

Dunia bisnis memang dipenuhi dengan kisah-kisah CEO yang ambisius, visioner, dan bahkan narsis. Sifat-sifat seperti rasa percaya diri yang tinggi, pesona karismatik, dan fokus tanpa henti pada kesuksesan seringkali dikaitkan dengan kepemimpinan yang efektif. 

Namun, dibalik sisi kepemimpinan yang kuat, terdapat sisi gelap yang dapat membawa konsekuensi signifikan bagi perusahaan.

Sebuah studi baru yang mengejutkan mengungkapkan bahwa CEO yang narsis memiliki kecenderungan untuk menarik dan mempekerjakan rekan-rekan yang narsis pula ke posisi puncak dalam tim manajemen mereka.

Meskipun sekilas tampak menguntungkan karena menciptakan tim yang penuh dengan individu yang ambisius dan berorientasi pada hasil, namun hal ini dapat membawa konsekuensi negatif bagi perusahaan dalam jangka panjang.

CEO NARSIS, MAGNET BAGI REKAN NARSIS

Para peneliti mengamati 12.791 eksekutif dari 1.582 perusahaan dalam S&P 1500 selama lima tahun. Mereka menemukan bahwa CEO yang narsis cenderung memiliki tim manajemen puncak yang juga narsis. 

Tim manajemen puncak ini mencakup jabatan eksekutif tingkat tinggi seperti kepala keuangan (CFO), kepala operasi (COO), dan kepala pemasaran (CMO).

CEO biasanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekrutan untuk posisi-posisi tersebut. Menurut penelitian ini, tampaknya mereka lebih memilih untuk mengangkat di level eksekutif dengan kepribadian yang serupa dengan mereka sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa CEO narsis secara tidak sadar tertarik pada individu dengan kepribadian yang serupa, sehingga menciptakan lingkaran narsisme di puncak perusahaan.

Kecenderungan ini dapat dijelaskan dengan beberapa faktor. Pertama, narsisme memiliki kemampuan untuk mengenali sifat-sifat narsistik pada orang lain. Mereka tertarik pada individu yang memancarkan rasa percaya diri, ambisi, dan haus akan kekaguman, yang merupakan ciri khas dari narsisme.

Kedua, narsisme cenderung lebih mudah terhubung dengan individu yang memiliki nilai dan tujuan yang sama. Mereka merasa nyaman bekerja sama dengan orang-orang yang memahami dan menghargai kebutuhan mereka untuk diakui dan dihargai.

POSITIF DAN NEGATIF DARI CEO NARSIS

Kehadiran banyak kepribadian narsis di jajaran eksekutif dapat membawa konsekuensi positif dan negatif bagi perusahaan. Di satu sisi, tim narsis dapat mendorong tingkat kinerja yang tinggi. Mereka termotivasi oleh rasa ingin diakui dan dihargai, sehingga mereka bekerja keras untuk mencapai target dan melampaui ekspektasi.

Keberanian mereka dalam mengambil risiko dan membuat keputusan besar dapat mendorong inovasi dan membuka peluang baru bagi perusahaan.

Selain itu, narsisme seringkali memiliki pesona karismatik dan kemampuan komunikasi yang baik, yang dapat membantu mereka dalam menarik investor dan membangun hubungan bisnis yang menguntungkan.

Namun, di sisi lain, tim narsis juga dapat membawa konsekuensi negatif bagi perusahaan. Sifat narsistik yang dicirikan oleh rasa haus akan kekuasaan, kurangnya empati, dan sensitivitas terhadap kritik dapat menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan konflik dan persaingan.

Para eksekutif yang narsis mungkin lebih fokus pada kepentingan pribadi dan agenda mereka sendiri daripada kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang impulsif dan berisiko, serta kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan karyawan.

KONSEKUENSI JANGKA PANJANG

Salah satu konsekuensi negatif yang utama dari tim narsis adalah tingginya tingkat pergantian pada level eksekutif. Sifat narsistik yang egois dan haus akan kekuasaan dapat menyebabkan perselisihan dan perebutan kekuasaan antar level eksekutif.

Ketidakmampuan mereka untuk bekerja sama secara efektif dan kurangnya empati terhadap orang lain dapat membuat mereka tidak cocok untuk bekerja dalam tim. Hal ini pada akhirnya mengarah pada pergantian di level eksekutif, mengganggu stabilitas perusahaan dan menghambat pertumbuhan jangka panjang di perusahaan.

Oleh karena itu, penting untuk perusahaan memiliki mekanisme rekrutmen yang komprehensif dan tidak hanya terpaku pada pencapaian atau kesan yang dibangun di media sosial.

Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan pemimpin yang tidak hanya kompeten tetapi juga memiliki kemampuan membangun tim yang solid dan membawa perusahaan menuju kesuksesan jangka panjang. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance