Esensi

CARA BIAR NGGAK MUDAH TERJERUMUS SAMA TOKSIK-TOKSIKAN DI INTERNET!

Dunia maya emang nggak ada abisnya kalau bahas soal segala hal yang berbau toksik. Lalu gimana caranya bisa terhindar dari tren-tren toksik ini? Simak tipsnya di sini, Civs.

title

FROYONION.COM - Dipikir-pikir, makin ke sini makin banyak istilah baru yang muncul- well, gak sepenuhnya baru tapi emang kayaknya baru naik ke permukaan aja. Salah satu contoh istilah toxic, yaitu toxic masculinity sendiri sudah ada dari tahun 90-an. 

Semakin merajalelanya internet memberikan dampak yang bener-bener besar buat kita, jadi banyak orang speak up di internet, banyak juga orang yang berkeluh kesah, bahkan sampai sekarang banyak juga yang buka biro konseling psikologi secara daring. Gak jarang juga kita sering terpapar sama istilah-istilah psikologi yang baru kita dengar di internet. Nah gue akan bahas itu di sini! 

EMANG ADA ISTILAH TOKSIK APA AJA SEKARANG? 

Sebelum kita masuk ke bahasan utamanya, ada baiknya gue kenalin ke elu dulu soal istilah-istilah toksik yang lagi marak sekarang. 

1. Toxic Masculinity 

Masculinity sendiri mengacu sama definisi yang digambarkan dengan hal-hal terkait agresivitas, kekerasan, kejantanan, kepemimpinan, jadi keren, serta hal lainnya yang menggambarkan kalo lu laki banget. Kenapa bisa ada toxic masculinity

Istilah ini tumbuh dari penelitian Shepherd di tahun 1990. Si bapak mau ngebedain perbedaan positif dan negatif laki-laki pake istilah masculinity ini. Pernah dengar kan kalimat macem “Laki gak boleh nangis, “Laki kok gak bisa memimpin”, atau “Laki kok gak ngerokok”? Kalimat yang kayak gini nih yang bikin laki-laki suka kena judge di lingkungan sosial. 

2. Toxic Positivity 

Positivity lumrahnya itu berhubungan dengan rasa syukur, optimisme, kebaikan, apresiasi ataupun hal positif yang bernilai baik lainnya. Adanya toxic positivity ini bikin individu jadi mengabaikan hal negatif lainnya yang datang. Pada dasarnya, manusia tentu bisa menyerap kedua hal yang bersifat positif dan negatif. 

Toxic ini bisa mencegah pertumbuhan dan perkembang mindset dan mental seseorang karena mereka gak akan dapet nilai yang ada di hal negatif tadi. Konsep balance-nya Yin dan Yang itu paling keren dah! 

3. Toxic Relationship 

Nah, untuk yang satu ini gue yakin Civs udah sering denger di mana-mana tapi akan gue perjelas lagi siapa tau lupa. Relationship sendiri dasarnya adalah hubungan dua arah dari dua individu, mau itu pacaran, persahabatan, keluarga, intinya hubungan yang lebih dari satu orang. 

Toxic relationship itu istilah yang menggambarkan kondisi dan situasi dimana suatu hubungan bener-bener terlihat gak ada benefitnya sama sekali- atau gampangnya hampir rungkad. Hal ini terjadi karena gak adanya keterbukaan sesama kedua belah pihak ataupun komunikasi yang baik, mostly

4. Toxic Productivity 

Untuk toxic yang satu ini, perilaku penggambarannya mirip sama overwork tapi perspektifnya tetep berbeda kalau menurut gue. Kenapa begitu? 

Toxic productivity itu definisi kasarnya adalah kita mau kerja keras terus-menerus buat ngejar suatu tujuan yang ingin dicapai dan akan merasa bersalah kalau kita gak berproses. Di sisi lain, overwork adalah istilah umum yang menggambarkan kalau kita kerja rodi tapi tetap dibayar. Produktif boleh, tapi pake logikanya dengan lebih baik ya, Civs! 

Itu beberapa contoh istilah toksik yang bisa gue berikan saat ini. Gue memilih istilah-istilah ini karena menurut gue sangat berkaitan erat dengan kehidupan yang sekarang. Untuk menghindari hal-hal itu, gue akan kasih cara-caranya biar lu seenggaknya bisa keluar atau bahkan menghindari yang beginian, civs

BIAR LU GAK TERJERUMUS, INI YANG BISA LU LAKUIN 

1. KENALI POSITIVE VALUES YANG ADA DI DIRI LU 

Semua individu pasti punya yang namanya kebaikan, sama juga dengan kekurangan. Ada baiknya kita harus terus menggali soal values yang ada di diri kita ini- mau itu baik atau buruk. Tujuan utamanya adalah biar kita sendiri tahu kalau kita ini begini dan begitu. 

Dari situ kita bisa improvisasi, ubah perilaku, atau bahkan mempertahankannya karena menurut kita values itu baik bagi diri sendiri dan bagi orang-orang yang di radar kita. Ketika individu udah mengidentifikasi values baik yang positif maupun negatif, mereka akan bakal lebih paham lagi sama diri sendiri dan terkontrol. 

Selagi kita udah kenal sama diri sendiri, nantinya kita akan bisa lebih tahu apa kebutuhan kita, apa maunya kita, dan apa gak maunya kita. Hal ini disesuaikan sama kondisi-kondisi dan situasi yang dihadapi tentunya. Penerapan metode yang dilakukan juga pasti gak semuanya sama, jadi selamat menggali lebih dalam ya civs

2. PERLUAS CARA PANDANG LU BIAR GAK MACET 

Menurut gue, hal terlucu dari orang yang punya ego yang tinggi itu mereka sulit buat melihat perspektif atau kacamata lawan bicaranya, sehingga kerap mereka selalu defend sama keyakinan dan pemahaman mereka sendiri. Menurut gue, orang yang keren adalah orang yang bener-bener bisa memahami pandangan orang lain tanpa harus cekcok dan ribut dulu.

Kalau kita pake acuan Jean Piaget dari Psikologi Pendidikan, manusia yang sudah berumur lebih dari 12 tahun- cara pikirnya pun akan berkembang. Mereka akan bisa berpikir secara abstrak dan gak cuma bisa berpikir secara konkrit doang, salah satu yang gue suka dari karakteristik ini adalah probability dan proportional reasoning-nya. 

Kalau kalian bingung untuk improvisasi dan perluas cara pandang, coba tanya temen-temen kalian dan diskusikan mengenai sesuatu yang sakral, viral, strategis, ataupun ada urgensinya untuk dibahas. Pastikan lu bisa dapetin pandangan baru dan mencernanya dengan baik. 

3. JANGAN TAKUT SAMA KESALAHAN/KEGAGALAN 

Banyak banget orang-orang di internet yang sering langsung judging, baik itu secara blak-blakan atau secara halus tanpa melihat keseluruhan masalahnya terlebih dahulu. Buat gue pribadi, ini yang rasanya masih gue takutin karena orang-orang yang kayak gini ini sering banget jatuhin harga diri atau bahkan kepercayaan diri orang lain secara gak sadar. Tapi untungnya kenyataan gak seburuk yang gue bayangkan- meskipun gue udah gagal beberapa kali, nyatanya orang masih bisa tetep support atau bahkan gak peduli.

Ketika ada momen kegagalan pasti rasanya anyep, stress, gak berharga atau worthless, atau bahkan dikombinasikan dengan bingung harus ngapain. Kalo lu pernah baca soal self-compassionate, nilai ini bisa lu aplikasikan ketika lu merasa down atau ketika lu-dikit-lagi-gila

Setiap gagal, pasti ada nilai yang bisa diambil dan juga diperbaiki, terutama sama individu itu sendiri. Coba untuk kembangin lagi biar lebih tajem untuk kedepannya. Secara bias, mungkin ke depannya lu jadi bisa memprediksi dan countering situasi/kondisi yang sama/mirip- jatuhnya keren karena elu bisa mencegah, civs

Pilihan yang tepat buat kita terus improvisasi diri, jangan lupa juga buat kenal sama diri sendiri jika belum- jika sudah bisa lebih diperdalam lagi sampai lu bisa nyentuh yang namanya inner peace. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rivaldi Gabrielleo

Orang yang sering mindful, sering juga mind-blowing. Hobinya menulis konten bertema psikologi biar orang-orang tau kalo dia bisa nulis.