Tips

MENIKMATI WISATA SEDERHANA DI KOTA TUA

Sedikit sentimental rasanya berjalan di antara bangunan tua, pohon, dan gedung tinggi yang berlambang BNI 46 di sebelah jalan. Ada perasaan yang tersisa dari masa lalu yang ikut larut ketika saya melihat kawasan Kota Tua yang banyak berubah. Karena, memang sebelumnya saya pergi ke tempat itu beberapa kali dan mempunyai cerita.

title

FROYONION.COM - Mata dan hati saya berbinar senang melihat bangunan tua sejak Zaman Belanda dengan arsitektur khas Eropa. Arsitektur yang kebanyakan monoton dan minimalis pada zaman sekarang membuat arsitektur zaman dulu terasa berbeda dan memanjakan mata.

Kawasan Kota Tua punya nuansanya sendiri di Kota Jakarta. Bahkan, sejak turun kereta di Stasiun Jakarta Kota, bangunan bernuansa tua dengan bentuk atap kurva yang tinggi ditambah aksen kaca sudah menyambut lebih awal.

Kota Tua Jakarta masih menjadi tujuan wisata. Masa bodoh musim liburan atau bukan, akhir pekan ramainya seperti pasar tumpah.

Gedung Museum Sejarah Jakarta dan orang-orang yang duduk di sekitar Taman Fatahillah. (Sumber foto: Dok. pribadi penulis)
Gedung Museum Sejarah Jakarta dan orang-orang yang duduk di sekitar Taman Fatahillah. (Sumber foto: Dok. pribadi penulis)

Sejarahnya, memang gedung di kawasan itu merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda di bawah VOC, yaitu gedung Museum Sejarah Jakarta. Di tempat tersebut terdapat penjara bawah tanah dan panggung untuk mengeksekusi tahanan. Beberapa tokoh Indonesia pernah di penjara untuk sementara waktu di tempat ini sebelum dibawa ke tempat pengasingan, seperti Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien.

Simbol-simbol sejarah di sini amat kental, dari patung, instalasi, sampai arsitekturnya sendiri. Ada Meriam Si Jagur yang didapat dari Benteng A Famosa milik Portugis di Melaka, sebuah air mancur dengan bangunan sederhana di tengah Taman Fatahillah, serta patung Dewa Hermes yang telah dipindah-pindah tempat.

Kota Tua Jakarta menarik orang-orang ke sana. Tuanya bangunan seakan-akan seperti Morgan Freeman yang makin masyhur kala senja. Mereka datang bersama keluarga atau teman, duduk-duduk di sekitaran, berfoto dengan latar yang menyenangkan, serta menyantap makanan yang dibawa dari rumah semacam piknik dadakan atau menikmati jajanan yang ada.

Tampak Stasiun Jakarta Kota dari kawasan pedestrian Kota Tua, Jakarta. (Sumber foto: Dok. pribadi penulis)
Tampak Stasiun Jakarta Kota dari kawasan pedestrian Kota Tua, Jakarta. (Sumber foto: Dok. pribadi penulis)

Untuk kamu yang suka keramaian dan ekstrovert, bisa datang sore hari pada akhir pekan. Biasanya Taman Fatahillah dan sekitarnya dipenuhi orang yang duduk-duduk di tengah lapangan. Banyak pula orang yang datang sekadar menongkrong dan menikmati penampilan musisi lokal.

Kalau kamu yang lebih suka suasana yang syahdu, sepi, dan kamu introvert, bisa datang pagi atau siang dan tidak akhir pekan. Siang yang terik membuat orang-orang enggan duduk di ruang terbuka. Ditambah, jarang sekali orang yang berwisata pada tengah pekan.

Kalau kamu ingin wisata museum, saran saya datang pada pagi hari dan bukan hari Senin. Beberapa museum tutup di hari Senin. Mengapa pagi hari? Hal itu agar kamu bisa mengunjungi beberapa museum yang jaraknya cukup berdekatan dan sesudah itu kamu bisa menyantap makan siang atau sekadar duduk-duduk di kafe untuk beristirahat.

Museum yang paling ikonik adalah Museum Sejarah Jakarta. Di dekatnya ada Museum Keramik, Museum Wayang, Museum Bank Mandiri, dan Museum Bank Indonesia. Di luar kawasan Kota Tua, agak ke utara, juga ada Museum Bahari Jakarta. Kamu perlu kendaraan untuk ke sana. Jalan kaki bisa, namun cukup jauh dan membuat lelah.

Tidak mungkin tempat wisata tanpa kuliner dan tempat makan. Kamu bisa mampir ke foodcourt yang berada di gedung kantor pos, Kafe Batavia, Kantin Mega Rasa, tempat es krim baru yang ada di mana-mana yaitu Mixue, minimarket yang menjual kopi dan makanan berat, atau warung-warung kecil di pinggir jalan kawasan Kota Tua seperti warung soto, warung tegal, atau warung padang.

Kantin Mega Rasa di sekitar Taman Fatahillah. (Sumber foto: Dok. pribadi penulis)
Kantin Mega Rasa di sekitar Taman Fatahillah. (Sumber foto: Dok. pribadi penulis)

Saya waktu itu mampir ke Kantin Mega Rasa yang letaknya berada di jalan menuju sisi barat Kota Tua yang dekat dengan sungai. Menu yang saya pilih adalah Nasi Goreng Mega Rasa. Banyak sayur, dan salah satunya kacang panjang yang dipotong pendek-pendek, yang bercampur dengan nasi goreng yang ditata membulat. Seingat saya, baru kali ini memakan nasi goreng yang ada kacang panjangnya. Kuning telur ceplok agak setengah matang dengan sedikit saus sambal, saya sisakan sebagai jurus terakhir.

Kawasan Kota Tua baru saja dipugar pada tahun 2022. Kawasan tersebut makin nyaman untuk pejalan kaki dengan moda transportasi umum. Pemugaran yang dilakukan dengan mengurangi jalan raya menjadi kawasan pedestrian dan taman-taman. Ketika kita keluar Stasiun Jakarta Kota dari pintu barat terdapat tempat terbuka seperti alun-alun. Selain itu, sisi bagian barat Taman Fatahillah yang terdapat sungai juga menjadi tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu dan duduk-duduk.

Tentu saja, pemugaran yang terjadi menambah kenyamanan dan kecantikan Kota Tua. Membuatnya tambah ramai oleh wisatawan. Dengan adanya fasilitas yang semakin baik itu, semoga kita menjadi sering datang, menghargai masa lalu dan mempelajari sejarah, kemudian memandang dan menyongsong masa depan.

Satu lagi, jikalau kamu membawa cukup uang, kamu bisa menghabiskan uangmu di sana dengan bijak. Banyak pelaku seni dan pedagang lokal yang menjemput rezekinya di kawasan tersebut. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rama

Editor naskah, ilustrator, dan penulis lepas/hantu yang suka jalan-jalan.