Kreatif

BECAK BERSERI: CARA UNIK ANAK MUDA KREATIF MUDA ANGKAT LAGI BECAK SOLO

Zaman yang semakin modern membuat becak di Indonesia tersisihkan keberadaannya terutama di Solo. Becak Berseri didirikan atas kepeduliannya dengan memberikan warna melalui para ilustrator muda untuk ikut serta melestarikan budaya pada anak muda Indonesia melalui becak.

title

FROYONION.COM - Becak merupakan transportasi darat dengan tenaga manusia terkuat beroda tiga yang sudah ada di Indonesia sejak pada tahun 1900-an. Sejak dahulu becak sebagai salah satu kendaraan umum yang sering digunakan masyarakat. Bentuknya pun tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan era yang begitu pesat, becak sebagai moda transportasi yang paling bertahan lama. Dari sekian ribu moda kini berkurang banyak sekali modanya sampai peminatnya pun tergeser oleh transportasi kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang lebih cepat dan efisien dibandingkan becak.

Di Solo sejak tahun 1940-an di era kolonialisme, beberapa tahun setelah becak diperkenalkan pertama kali ke Jawa melalui Batavia sudah terlihat becak-becak yang berlalu lalang melintas di hampir sudut bagian kota seperti Pasar Legi, Jalan Slamet Riyadi, Plaza Singosaren, Alun-Alun keraton dan jalan lainnya.

Becak Berseri adalah suatu kemitraan yang berdiri pada Januari tahun 2021. Mitra ini yang mewadahi untuk mengembalikan warna becak Solo yang kini mulai meredup termakan oleh waktu.

Pada awalnya Becak Berseri didirikan oleh 2 orang asal Kota Solo yang satu tongkrongan yakni Wawan Surajah (36) dan Prisa Adi Suryawan (26). Singkat cerita pada saat Prisa sedang mengerjakan skripsi dan Wawan mencari materi desain untuk artikel kaos Sakatela dengan konsep lokal solo. 

Lalu akhirnya tertarik pada lukisan di tepong becak (penutup roda becak). Setelah mendalami lukisan, Prisa tertarik mengangkatnya di materi skripsi sampai bertemu dengan pelukis tepong becak. Dari situ mulai muncullah ide dan bekerja sama membentuk ‘Becak Berseri’.

Antonius Sri Sunarto adalah pelukis tepong becak yang masih produktif hingga kini walau usianya yang sudah terpaut tua. Namun sekarang para penarik becak sudah tidak banyak yang memakai jasanya lagi. Usaha lukis tepong becak miliknya sudah berjalan sebelum 1990an (dahulu usaha ayahnya Sukardi). 

Beliau merupakan sosok yang penting dalam gerakan restorasi tampilan becak ini. Dan juga hanya beliau yang memang pelukis tepong becak. Lukisan beliau sudah menjadi semacam seragam karena hampir semua becak berlukis di Solo kini adalah karyanya.  

Diawali programnya yang mulai dari pameran Becak Berseri Challenge dengan mengajak illustrator muda di Kota Solo untuk melukis tepong dengan format digital sebagai media kampanye, fundraising yang dipajang dalam pameran karya. 

“Kan Prisa anak DKV jadi banyak banget respon dari ilustrator muda, karena juga format digital jadi ya lebih banyak yang muda yang deket sama dunia corat coret digital.” ujar Wawan saat saya temui di Solo, Minggu 19 Juni 2022 

Ada Berseri Talk yang mengajak tokoh publik mengobrol tentang Becak dan donasi penjualan merchandise melalui online shop Kaos Sakatela. “Dari sini kami secara rutin dapat memiliki anggaran hasil penjualan” ujar Wawan. 

Hasil keuntungannya dipakai untuk dana restorasi tampilan becak. Semua program yang dilakukan membutuhkan mitra untuk menambah lingkaran area kampanye juga membantu program secara materil karena Becak Berseri adalah gerakan non profit dengan mitra becak berseri menyediakan tempat serta membantu mendanai pameran (Floith Coffee dan DKV Act).

Untuk restorasi, Becak Berseri sendiri sudah mengecat dan melukis ulang 15 becak lalu rencananya bulan depan juga akan kembali merestorasi beberapa becak lagi.

Becak mulai jarang digunakan lantaran terdapat banyak sekali pilihan transportasi umum.
Becak mulai jarang digunakan lantaran terdapat banyak sekali pilihan transportasi umum.

Menurut Adi Kurniawan, Illustrator yang mengatakan senang dan mendukung sekali atas adanya Becak Berseri di Kota Solo dan awareness perihal becak di Solo yang mulai berkurang. 

“Dengan becak direstorasi bakal buat orang lebih tertarik buat naik becak, karena tampilan becaknya sendiri lebih bagus. Tapi yang lebih membuat orang tertarik juga sebenarnya dari gerakan Becak Berseri itu sendiri karena adanya campaign ini harapannya masyarakat khususnya anak muda lebih peduli lagi dengan becak" ujarnya.

Setiap kota pasti memiliki identitas visualnya tersendiri seperti di Bali ada identitas visual kain kotak-kotak hitam putih atau di Jogja ada tugu perbatasan berwarna hijau bergaris kuning. Dan tepong becak dengan lukisan bisa menjadi identitas visual Kota Solo. Sehingga dibutuhkan sentuhan detail yang kecil namun tepat dan khas. 

Wawan dan Prisa selaku pendiri Becak Berseri berpesan, “Dari banyak ngobrol termasuk dengan komunitas pengamat transportasi umum, becak tidak akan bertahan lama. Salah satu faktornya adalah penghasilan yang tidak tinggi sehingga tidak banyak generasi muda tertarik. Sementara kebanyakan penarik sudah berusia lanjut. Setidaknya di sini kami bisa sedikit mengembalikan tampilan becak semestinya dengan menggandeng pelukisnya, agar tidak lusuh seperti kebanyakan becak saat ini. Selagi juga bercita-cita harapan kami soal "identitas visual" kota bisa ditangkap oleh siapa pun terutama pemerintah kota.”

Becak tetap perlu dilestarikan karena merupakan budaya bangsa Indonesia.
Becak tetap perlu dilestarikan karena merupakan budaya bangsa Indonesia.

Singkatnya, Becak Berseri ini sebuah upaya anak muda yang keren dan perlu kita dukung karena nantinya bakal bisa melestarikan keberadaan becak-becak di Solo. Faktornya becak yang semakin jarang dipilih oleh masyarakat sebagai kendaraan umum, penarik-penarik becak yang berumur rentan dan kurang mampu. Sehingga bisa menarik lagi banyak generasi muda aktif sebagai pelajaran untuk budaya anak muda Indonesia.

Untuk para Civilion yang ingin berpartisipasi di Becak Berseri bisa langsung aja mampir di Instagramnya @BecakBerseri atau bisa langsung di @Prisa_Suryawan dan @Surajah. (*/)

BACA JUGA: UALA KOPI: ‘CREATIVE SPACE’ SEJUK BERNUANSA ‘VINTAGE’ DI KOTA PAHLAWAN

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anggi Frima

Anggi Frima Damayanti Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Lahir pada tanggal 1 Januari 2001 di Bogor, Jawa Barat. Mahasiswi dengan hobby rebahan yang kini mulai belajar untuk menulis.