Trends

MELALUI KOPI DAN SENI, PROJECT ‘KEPADA TANAH’ AJAK KITA LEBIH PEDULI ISU WADAS

Warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, menolak rencana pemerintah untuk melakukan penambangan batu andesit, guna bahan baku Bendungan Bener. Berpotensi mengancam kehidupan dan mata pencaharian warga, proyek “Kepada Tanah” mencoba membawa dan mendiskusikan isu ini melalui seni dan kopi robusta, hasil petani kopi di Wadas.

title

FROYONION.COM - Desa Wadas di Purworejo, Jawa Tengah, sedang mengalami kegundahan akibat rencana pemerintah untuk menjadikan tanah mereka pertambangan batu andesit untuk pembangunan Bendungan Bener. 

Bayangin kalo suatu hari, ada orang yang membawa senjata, bilang ingin liat-liat rumah lo. Kemudian mereka bilang kalo mereka mau beli rumah yang lo tinggali sedari kecil. Rumah yang bukan hanya sepetak tanah, tapi juga kumpulan ruang penuh memori. Kira-kira, apa yang bakal lo rasain? 

Takut? Bingung? Khawatir? Marah? 

Ya, itu semua yang dirasakan sama warga Wadas yang menolak rencana tersebut. 

Mungkin selama ini kita cuma tahu berita ter-update tentang Desa Wadas dari TV ataupun media lain. Tapi jarang ada berita yang benar-benar menyorot perasaan dan pemikiran para warga yang ada di pihak kontra. Sehingga, mungkin juga sulit bagi kita berempati atas apa yang mereka alami. 

Kepada Tanah, adalah sebuah proyek yang mencoba membawa isu pedesaan ini ke kota-kota metropolitan. Jika demo bukan makanan orang kota, maka mereka menggunakan media kopi dan seni untuk mengajak kita peduli. 

Dikemas dalam bentuk pameran kopi dan diskusi, Kepada Tanah berkeliling ke 6 kota di Indonesia yaitu Bali, Batu, Semarang, Jakarta, Bandung, dan Jogja. 

Kopi-kopi yang dipamerkan dikemas dalam bungkus kertas yang sudah didesain, doodle, lukis, atau gambar, oleh beberapa seniman terpilih. Membuat bungkus kopi ini bukan cuma sekedar estetika kemasan, tapi juga keprihatinan para seniman. 

Di Kota Bandung, pameran kopi hasil petani Desa Wadas ini bisa lo kunjungi di Omuniuum, Jalan Ciumbuleuit 151 B, lantai 2, dari tanggal 22 hingga 28 Februari 2022. 

Ada 24 karya seni yang melibatkan 22 seniman yang ditempa dalam bungkus kopi. Yang menarik dari karya seni yang dipamerkan, selain tentunya mengandung keresahan, masing-masing karya hanya ada satu salinan. Membuat karya ini menjadi unik dan langka di saat bersamaan. 

Pameran kopi ini juga diperuntukkan untuk menggalang dana yang hasilnya akan dialokasikan sepenuhnya untuk mendukung perjuangan warga Desa Wadas. 

Foto menunjukkan pameran kopi yang dilaksanakan Kepada Tanah di Bandung, untuk menyuarakan isu Desa Wadas. Ada 18 bungkus kopi yang kemasannya sudah didesain oleh 22 seniman, dari total 24 bungkus kopi yang menjadi karya seni.

Pameran kopi hasil petani Desa Wadas yang berkolaborasi dengan 22 seniman mengemas keresahan yang dirasakan warga Wadas dalam seni visual. (Foto: Grace Angel)

Selain pameran kopi, Kepada Tanah juga mengadakan diskusi dengan warga Bandung dengan judul ‘KEPADA TANAH: Hidup dan Masa Depan Wadas’. Diskusi diadakan pada Rabu, 23 Februari 2022 di Dago Elos. 

Diskusi ini juga turut dihadiri oleh perwakilan Kepada Tanah, warga Bandung, perwakilan warga Wadas, serta beberapa seniman yang terlibat. 

Diskusi ini bertujuan untuk menyuarakan tujuan kampanye sosial yang adalah untuk menyiarkan apa yang terjadi di Desa Wadas, memberi ruang untuk mengetahui fakta langsung dari warga Desa Wadas, dan meningkatkan kesadaran akan dampak pembangunan ekonomi terhadap rakyat kecil dan lingkungan. 

Hingga kini, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, masih mengusahakan dialog bersama warga Wadas yang menolak penambangan di desa mereka. Ganjar juga mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mengambil paksa tanah di Desa Wadas. 

Konflik agraria yang melibatkan Desa Wadas tentunya bukan konflik pertama di Indonesia. Banyak faktor yang menyulut konflik-konflik agraria, tapi perlu dipahami kalau nggak sedikit yang merugikan rakyat dan cenderung menguntungkan kepentingan perusahaan dan pemerintah.

Harapannya, melalui kampanye yang dibungkus dengan kopi, seni, dan diskusi publik ini, masyarakat perkotaan bisa jadi lebih peduli akan apa yang dirasakan rakyat di Desa Wadas.

Di akhir diskusi publik Kepada Tanah, seluruh partisipan yang terlibat juga turut mendeklarasikan Statement bersama pasca diskusi’ sebagai bentuk solidaritas partisipan dan warga Wadas untuk bersama-sama memperjuangkan hak hidup di Desa Wadas. (*/)

BACA JUGA: CARA KREATIF MASYARAKAT SIAK BUAT GALAKKAN KESADARAN LINGKUNGAN

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.