Trends

ANEKDOT NEGERI, ANAK MUDA YANG “KATANYA” TERPELAJAR KOK HOBI ADU JOTOS?

Kalau lo mantengin berita beberapa hari terakhir, pasti dengar kabar kericuhan di forum Munas HIPMI sama Muspimnas PMII kan Civs? Kenapa ya dua organisasi kepemudaan itu bisa bertindak bar-bar saat lagi mau mencapai musyawarah?

title

FROYONION.COM - FYI aja nih, anekdot lucu di negeri ini yang muncul beberapa hari terakhir. Kisah tentang kericuhan dan huru-hara yang terjadi dalam waktu berdekatan di dua forum besar berbeda milik organisasi atau kelompok yang seringkali dianggap masyarakat kita punya intelektualitas tinggi. 

Mungkin lo tahu kalau kasus yang gue maksud itu adalah kericuhan saat Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) XVII pada Senin (21/11) di Solo. Nggak cuma itu, kericuhan juga ada pas pembukaan Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Mungkin lo bisa highlight satu hal paling mentereng dari dua kejadian yang gue uraian di atas. Keduanya merupakan organisasi yang berasal dari kalangan anak muda. Satunya merupakan ikatan dari para pebisnis muda di tanah air, satunya lagi mahasisw

Hmm, tapi seharusnya kan ketaker ya kadar intelektualitas mereka dalam sebuah forum bagaimana kalau kita melihat background dan profil organisasi tersebut. Di jagat sosial media pun banyak video-video yang memperlihatkan kericuhan itu bertebaran.

Netizen pun banyak mempertanyakan kenapa anak muda zaman sekarang lebih mengandalkan otot dibandingkan otaknya ketika berada dalam suatu forum. Ironi kan Civs? 

Gue kasih tau lo lagi satu fakta yang bikin geleng-geleng kepala. Gue berani bilang dua forum tersebut sebagai agenda yang besar karena ada orang-orang penting yang terlibat dan hadir di tempat kejadian perkara (TKP).

Pertama, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi yang sedang memberikan pidato sambutannya di pembukaan Muspimnas PMII. Kala itu, doi memutuskan buat nggak melanjutkan pidato gegara situasi yang tak kondusif. 

Dari atas podium, kelihatan kalau ada perselisihan antara peserta di dalam ruangan dan area lainnya. Protes itu kemudian diikuti dengan perlawanan hingga akhirnya memicu perselisihan. Dari informasi yang gue himpun, alasan protes itu sebenarnya sederhana gegara ada mahasiswa yang ngegas ketika hendak bertemu tokoh yang hadir. 

Bak di zona perang, lo harus lihat kalau kelakuan anak muda di forum ini benar-benar beringas. Mereka bukan cuma saling terlibat adu jotos saja lho, bahkan kursi-kursi di venue acara juga beterbangan dilempar para peserta.

Aksi bar-bar itu memaksa beberapa tokoh besar selain Wamenag harus dievakuasi. 

Acara kedua lebih bikin geleng-geleng kepala. Masa iya cuy, kumpulan pengusaha-pengusaha muda yang mungkin jago bikin strategi hingga pengembangan bisnis juga doyan adu jotos? FYI, HIPMI itu bukan organisasi kaleng-kaleng lho. 

Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia itu mantan Ketua Umum BPP HIPMI era 2015-2019 guys. Doi juga datang waktu kericuhan hari pertama Munas berlangsung. Selain itu, Presiden RI Joko Widodo yang turut membuka Munas tersebut juga pernah aktif di HIPMI.

Kalau lo lihat video saat kericuhan, gue harus kasih applause buat pak Bahlil yang inisiatif buat naik ke podium dan mencoba meredakan situasi sesaat. Tapi, gue kasih big no respect sama anggota HIPMI yang ada di TKP. 

Saat Bahlil minta supaya kericuhan mereda, seolah mereka nggak mendengarkan kata-kata elit negara itu dan tetap asyik dengan perbuatannya sendiri. Malahan mereka lanjut adu mekanik di luar ruang pertemuan utama forum tersebut berlangsung. 

Kalau sudah begitu, pertanyaan paling besarnya kan seberapa kadar intelektualitas seseorang itu berpengaruh sama tindakan dan sikap yang mereka lakukan sehari-hari. 

MORALITY MORE IMPORTANT THAN INTELLIGENCE

Sebuah riset yang dilakukan oleh para peneliti postdoctoral dari Lancaster University dan University of Pennsylvania menyimpulkan kalau moral merupakan satu karakter yang disukai oleh masyarakat dalam berbagai situasi.

Hal ini lebih penting jika dibandingkan dengan kadar kecerdasan atau tingkat intelektualitas seseorang. 

Menurut peneliti, moral merupakan satu-satunya sifat yang memiliki dampak positif secara jelas. Sehingga, dengan mengetahui moralitas seseorang maka kita dapat melihat bagaimana kualitas dia dalam menghadapi hidup, misalnya menguasai kemarahan ataupun kecerdasan yang dimiliki.

"Moralitas memprediksi sifat dari tujuan seseorang, sementara kompetensi dan kemampuan bersosialisasi hanya memprediksi ke mana seseorang akan mencapai tujuan mereka," tulis para peneliti dikutip dari Chicago Booth Review.

Gue pun sependapat dengan hal ini. Bahkan malah sebenarnya tingkat intelektualitas seseorang itu nggak bisa dikaitkan secara langsung dengan moralitas mereka. Artinya, orang pintar belum tentu baik. 

Dari kasus kericuhan di dua munas tersebut, kita bisa lihat bagaimana nihilnya kedewasaan para pemuda tersebut yang sehari-hari tergolong sebagai kaum yang terpelajar. Mereka mendapat akses yang lengkap terhadap pendidikan bahkan ruang untuk menampilkan diri dengan baik di hadapan elite negeri.

Tapi hasilnya apa? Adu jotos dan saling serang yang diperlihatkan hanya karena perbedaan pendapat dalam sebuah forum.

Padahal seharusnya kita sepakat kalau sebuah forum diskusi itu merupakan tempat untuk saling bertukar pikiran dan beradu argumentasi, kan? 

PENTINGNYA BUAT DEVELOP PROBLEM SOLVING 

Kericuhan muncul pasti karena ada suatu permasalahan. Banyak hal yang bisa memicunya, perbedaan pendapat atau pandangan bahkan hingga masalah sepele lain yang melibatkan dua pihak. Nah, sebelum api menjalar terlalu besar penting banget buat lo nguasain teknik penyelesaian masalah alias problem solving.

Dari apa yang gue lihat dari dua kasus kemarin, kayaknya skill ini nggak dipunya sama anak-anak muda yang terlibat huru-hara dan adu mekanik di forum tersebut. Padahal balik lagi ke pemikiran awal gue, kalau forum itu ada buat mencari solusi. 

Dilansir dari Psychology Today, proses penyelesaian masalah itu nggak boleh dicampur dengan perasaan negatif seperti emosi ataupun yang lainnya. Kepala dingin harus jadi kunci utama buat menemukan solusi. 

Beberapa langkah ini mungkin bisa coba lo lakuin kalau-kalau dihadapkan sama kondisi serupa kayak acara HIPMI dan PMII kemarin.

Langkah pertama dalam pemecahan masalah adalah dengan mendapatkan semua suara dan opini dari setiap orang yang terlibat. Penting untuk punya pemahaman bersama sehingga solusi yang dihasilkan tidak mengganggu salah satu pihak. Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu. 

Selanjutnya lo bisa melakukan brainstorming buat mencari solusi alternatif dalam beberapa versi. Jadinya semua orang yang terlibat dalam masalah tersebut masing-masing punya gambaran yang utuh tentang apa yang bakal dilakukan dalam kesepakatan itu CIvs. 

Jika lo sudah punya beberapa solusi, tinggal gimana menyeleksinya supaya menjadi kesepakatan yang bisa memenuhi kebutuhan semua pihak. Di sini biasanya waktu yang paling berbahaya karena para pihak bakal saling ngotot buat kepentingannya masing-masing. 

Tapi yang harus lo ingat adalah, solusi itu bisa muncul dengan adanya standar yang sudah ditentukan. Sehingga, jangan sampai keputusan yang diambil itu condong sebelah atau hanya menguntungkan salah satu pihak. Penting buat lo secara aktif mendengar dan menanggapi kekhawatiran apa yang dirasakan salah satu pihak atas solusi tersebut.

Kalau sudah, tinggal gimana lo dan kawan-kawan mengimplementasikan solusi tersebut dengan tepat. Jangan sampai malah solusi yang dihasilkan bikin masalah baru yang memicu perdebatan lagi. 

Beberapa cara itu direkomendasikan sama psikolog sekaligus konsultan hubungan James L. Creighton dalam buku Loving through Your Differences: Building Strong Relationships from Separate Realities. 

Gimana Civs menurut lo? Masih mau nggak tuh jadi anak muda yang bertindak semaunya dan cuma mikirin kepentingannya pribadi? Ujung-ujungnya lo cuma bertindak bar-bar dan bikin malu, lho! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!