Trends

BELAJAR GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DARI BOS BLUE BIRD YANG NYAMAR JADI SOPIR TAKSI SEHARIAN

Aksi bos blue bird berkeliling kota sebagai sopir taksi bikin geger jagat dunia maya. Itu cara yang efektif untuk identifikasi masalah di perusahaannya, kah?

title

FROYONION.COM - Menjadi seorang bos atau pemimpin, apalagi di perusahaan yang sudah sangat besar nggak selalu identik dengan kerja di ruangan yang mewah ber-AC dan selalu memakai setelan jas yang rapi. Stigma itu setidaknya nggak berlaku untuk beberapa orang yang punya gaya kepemimpinan transformasional. 

Salah satu contohnya, belum lama ini dilakukan oleh Direktur Utama PT Blue Bird Tbk (BIRD), Sigit Djokosoetono. Sebagai pemegang jabatan paling atas dalam struktur teknis perusahaan, Sigit mungkin merasa perlu mengetahui banyak hal tentang segala sistem di unit bisnisnya. 

Maka dari itu, Sigit berkeliling Jakarta dengan menyamar sebagai sopir taksi Blue Bird sepanjang hari. Aksi tersebut dia bagikan secara berkala melalui unggahan instastory di akun instagram pribadinya @sigitdjokosoetono pada Rabu (24/5). 

Dalam unggahan yang dibagikannya itu, Sigit berpenampilan bagai sopir taksi perusahaan miliknya lengkap dengan seragam biru khas Blue Bird. Hari Sigit pun dimulai, dia membagikan postingan story pertamanya dengan mengatakan: “Orientasi lapangan hari ini ah.” 

Berselang dua jam kemudian, Sigit mengatakan jika sudah berhasil mengangkut dua penumpang. Kata dia, dalam waktu tersebut ada dua orderan yang terlewatkan (entah mengapa, karena nggak disebutkan alasannya). 

BACA JUGA: BOS KASIH PINJAM 'UANG BUAT BELI TIKET COLDPLAY'. GEN Z : KANTOR IDAMAN!

Bukan cuma pakaian dan mengendarai taksi biru saja, dia pun melengkapi penyamarannya itu dengan memuat informasi nama dalam monitor argo taksi yang dikendarainya. Sigit kala itu berujar, dirinya tengah mangkal di beberapa daerah di Jakarta Selatan seperti Epicentrum, Kota Kasablanka hingga Pacific Place untuk mencari orderan. 

Postingan berikutnya, Sigit memperlihatkan foto taksi-taksi lain yang turut menunggu orderan di sana. Dia pun berswafoto dengan sejumlah driver Blue Bird dan beberapa penumpang yang ditemuinya hari itu. 

Sigit membagikan foto dengan beberapa sopir lainnya di Cilandak Town Square (Citos) pada hari yang sudah gelap. Katanya, ngobrol dan kumpul-kumpul itu untuk mendengar masukan dari para driver yang mangkal di Citos. 

Kalimat terakhir di postingan tersebut, Sigit memberikan semangat dan mengatakan kalau rejeki nggak akan kemana-mana. Dia juga menambahkan, “Ada yang dapat PR di pool,”

Menutup perjalanannya seharian menyamar sebagai sopir taksi, dia mengatakan kalau akan ada banyak hal yang dibahas selama meeting board keesokan harinya. Postingan ini mungkin mengisyaratkan kalau dirinya menemukan banyak evaluasi dari sistem, cara kerja, ataupun hal teknis lainnya di perusahaan. 

"Sepertinya meeting board besok bakal lama nih, done for today," tulis Sigit dalam postingannya sembari menandai akun instagram resmi Bluebird @bluebirdgroup. 

BACA JUGA: ALASAN PENTINGNYA BERTEMAN DENGAN BOS: BUKAN SEKADAR CARI MUKA!

Memang sih, mungkin cara kerja yang seperti diperlihatkan Sigit ini sangat cocok bagi perusahaan-perusahaan yang memberikan jasa kepada masyarakat. Bukan cuma itu bahkan, perusahaan yang dijalankan oleh Sigit juga beririsan langsung dengan banyak mitra (driver taksi) yang butuh diperhatikan juga, kan. 

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP 

Jika kita melihat sekilas cara kerja bos Blue Bird, mungkin yang terlintas pertama kali adalah sikap kepemimpinan yang sangat terbuka pada segala masukan, dari siapapun itu. Menurutnya mungkin, pendapat akar rumput (sopir taksi hingga pelanggan) sama pentingnya dengan apa yang disampaikan oleh jajaran direksi perusahan itu. 

Cara yang sah dilakukan, karena memang setiap pemimpin punya gaya dan caranya masing-masing. 

Dari contoh itu, mungkin bisa dibilang kalau Sigit mengadopsi gaya transformational leadership. Dalam sebuah tulisan yang dipublikasikan University of Florida, gaya kepemimpinan yang bisa mempersuasi setiap individu (yang bekerja dengannya) untuk berubah ke arah yang lebih baik. 

Tentunya, pemimpin dengan gaya ini harus mau turun langsung ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Dia harus terbuka atas apa yang disampaikan atau bahkan dikeluhkan oleh para pegawainya selama bekerja. 

Soalnya, menurut Northouse (2001), perubahan itu bisa tercipta kalau pemimpin mengetahui pemikiran rekan-rekannya, lalu memuaskan apa yang dibutuhkan mereka, dan pada akhirnya menghargai setiap tindakan yang dilakukan. Menghargai di sini pun bukan berarti mewajarkan tiap kesalahan, tapi tetap memberi pemahaman atas apa yang perlu dilakukan secara tepat. 

Berkaca dari cerita yang dibagikan Sigit melalui storynya, sikap memahami 'bawahan' itu ditunjukkan dia ketika mau nongkrong bersama para drivernya. Bahkan, dalam salah satu unggahan yang telah diulas di atas tadi, Sigit mengatakan turut memberi PR atau pekerjaan rumah kepada mereka.

BACA JUGA: BOS PERUSAHAAN PERLU NGACA, TERNYATA KREATIVITAS KARYAWAN JUGA BERGANTUNG PADA PEMIMPINNYA

Artinya, diskusi tersebut membuahkan hasil dan ekspektasi yang lebih dan harus ada perbaikan dari sesuatu cara kerja yang dilakukan para driver. Meskipun kita sebagai penonton tidak tahu hal tersebut secara rinci. 

Tak lupa, Sigit juga memberi apresiasi dan menunjukkan rasa ingin terlibat dalam setiap suka duka driver-nya. Sikap tersebut diharapkan nantinya bisa menstimulasi rasa ingin berubah dari para driver

Nah, merujuk pada artikel dari University of Florida tadi, sebenarnya tidak ada cara yang ideal ataupun efektif untuk bisa menerapkan gaya kepemimpinan ini. Tapi, kalia bisa menunjukkan kualitas pemimpin yang transformasional dengan: 

1. Memberdayakan semua potensi dari pegawai ataupun karyawan semaksimal mungkin. 

2. Menjadi panutan yang memiliki 'high values' 

3. Buka mata untuk semua sudut pandang, dengarkan setiap masukan dari semua pihak. 

4. Menciptakan visi yang melibatkan setiap pihak dalam organisasi kalian

5. Bertindak sebagai agen perubahan, kasih contoh tentang apa yang harus dimulai dan dilakukan untuk membawa perubahan yang signifikan

Tapi yang harus dicatat adalah, menjadi pemimpin yang transformasional adalah sebuah proses yang terus berulang. Artinya, kalian nggak akan bisa membawa perubahan kalau memang pendekatan-pendekatan tersebut dilakukan hanya satu kali. 

Makin nggak efektif kalau tindakan itu hanya untuk gimmick semata. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!