Apakah rebranding total menjadi strategi tepat untuk mendongkrak keuangan Twitter (sekarang X) yang sekarat?
FROYONION.COM - Sejak mengakuisisi Twitter Oktober 2022 lalu, manusia terkaya nomor 2 sejagat ini ‘rajin’ membuat kebijakan kontroversial. Mulai dari melakukan PHK massal via e-mail, menetapkan tarif untuk verified account dan membatasi jumlah feed harian yang bisa dibaca pengguna.
Tweeps sedunia banyak yang ‘salty’ atas kebijakan baru Bos nyentrik 52 tahun ini. Walaupun demikian, beliau bukan ‘anak kemarin sore’ yang tak memahami situasi internal Twitter (maaf maksudnya X). Ya, keuangan X yang ‘berdarah-darah’ hingga terlilit hutang puluhan miliar dollar memaksa Elon mengambil langkah strategis.
Belum lagi ancaman kompetitor yang mulai menargetkan pengguna X seperti Mastodon, Threads, Bluesky dan lain-lain. Selain efisiensi di sana-sini, rebranding menjadi langkah yang harus diambil demi menyelamatkan X dari kehancuran.
Reuters menyebut Elon berutang US$ 12,5 miliar (Rp187,4 triliun) dari total US$ 44 miliar (Rp659 triliun) saat mengakuisisi 100% saham Twitter dengan bunga utang mencapai US$ 1,5 miliar (Rp22,4 triliun) per tahun.
Di negara kapitalis seperti AS, bunga lebih dari 10% per tahun memang dirasa wajar. Jadi, buat yang masih awam jangan coba-coba meminjam uang bank dalam jumlah besar jika belum tahu risikonya.
Agak ironis memang, setelah 17 tahun 'si-burung biru' terbang tinggi malah ditembak jatuh dan mati akibat ulah tuannya sendiri. Kini yang tertinggal hanyalah huruf X tunggal dengan garis tebal dan tipis berwarna putih terang disertai background hitam. Menandakan matinya istilah gaul Twitter seperti twit, tweeps, retweet dan lainnya.
Padahal ikon burung biru sudah sangat melekat dan menjadi brand awareness yang ‘catchy’. Jangankan melihat, hanya dengan menyebutkan ciri berupa burung larry berwarna biru netizen sudah paham bahwa itu adalah logonya Twitter. Perlahan namun pasti, Elon sudah ‘membunuh’ Twitter yang ikonik.
Proses rebranding ini tentunya menuai pro kontra, ada yang setuju dan pastinya banyak yang menolak. Mayoritas pengamat dan netizen sepakat bahwa rebranding ini memberi first impression yang buruk.
Saking gemasnya, Techcrunch sendiri merilis artikel 'clickbait' paling bombastis sepanjang sejarah. Singkat, padat dan tepat mewakili suasana batin para pengguna eks Twitter.
Tetap saja apapun keluhan dan penolakan yang masyarakat lakukan, penguasanya tetaplah Elon. Ia pemilik mutlak X dan apa yang ia lakukan adalah contoh konkret dari tagline yang akrab kita dengar ‘sultan mah bebas’.
Ada berbagai macam strategi rebranding diantaranya rebranding parsial dan rebranding total. Rebranding parsial merupakan rebranding yang dilakukan dengan cara mengubah sebagian kecil unsur brand tanpa mengubah keaslian brand itu sendiri. Contohnya dengan mengubah, menambah atau mengurangi tampilan baik warna, aksesoris ataupun jenis font pada logo.
X sendiri contoh nyata rebranding total. Nama perusahaan yang sebelumnya Twitter, Inc. berubah menjadi X Corporation plus logo yang 100% berubah. Menurut penulis ada satu kekurangan nyata dari rebranding X ini yaitu slogan. Slogan yang keren akan memperkuat image X sebagai ‘corporation of everything’.
Menurut penulis rebranding kurang pas dilakukan secara tergesa-gesa. X boleh saja menjadi perusahaan privat, tapi bukan berarti Elon mengabaikan masukan dari seluruh stakeholder baik internal maupun eksternal.
Alangkah baiknya jika Elon lebih dahulu melemparkan isu rebranding ini ke publik, melakukan riset dan survey untuk melihat respon pasar, meminta saran pakar marketing dan melakukan analisis kelayakan (feasibility study) apakah rebranding total ini layak dilanjutkan atau tidak.
Elon perlu sedikit belajar dari musuh bebuyutannya Founder & CEO Meta Mark Zuckerberg. Ia mengakuisisi Instagram pada tahun 2012 sebesar US$ 1 miliar (Rp9 triliun menurut kurs saat itu). Setelah mengakuisisi Instagram apakah ia langsung melakukan rebranding total?
Jawabannya tidak, ia malah membiarkan Instagram berjalan apa adanya. Cukup dengan mengintegrasikan koneksi Facebook dan Instagram secara langsung dan menambah fitur-fitur terbaru seperti reels, algoritma terbaru dan fitur lainnya.
Hasilnya? NapoleonCat mencatat pengguna Instagram RI meningkat 12,9% dari bulan Januari menjadi 106,72 juta per Februari 2023. Ini menempatkan RI sebagai pengguna Instagram terbanyak ke-4 di dunia.
Rebranding bukanlah perkara yang boleh dilakukan secara ‘nyeleneh’, karena taruhannya masa depan perusahaan itu sendiri. Apalagi seandainya gagal, bukan hanya perusahaan yang buntung, seluruh karyawan dan pihak yang memiliki relasi dengan perusahaan terkena dampak negatifnya.
Diperlukan kehati-hatian dan business plan yang terstruktur dan terukur. Sebaliknya rebranding yang terencana dengan matang pasti akan meningkatkan revenue perusahaan secara maksimal. Ibarat dua sisi mata pisau, bisa mendatangkan manfaat namun juga membawa mudarat.
Penulis tak bisa menilai rebranding X ini efektif atau tidak, walaupun banyak yang tak meyakini hal ini akan sukses. Mungkin juga Elon memiliki rencana hebat yang belum terpikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Walaupun secara kasatmata rencana rebranding ini terlihat agak 'sembarangan'.
Penulis berpendapat untuk apa melakukan rebranding total sementara brand itu sendiri sudah memiliki image yang kuat? Kalau brand sudah berfungsi dengan baik sewajarnya tak perlu rebranding total, cukup melakukan inovasi-inovasi lain seperti menambah fitur-fitur baru seperti yang Instagram lakukan. Tapi memang sekali lagi, pemilik perusahaan berganti, visi dan misi perusahaan juga tak akan sama. Identitas, image dan karakter perusahaan akan berubah mengikuti keinginan tuannya. Elon memiliki tujuan untuk menjadikan X sebagai aplikasi super layaknya WeChat. Mari kita nantikan, how will this story end? (*/)