Tech

DALAM 10 TAHUN, SEKTOR FINTECH RI TUMBUH HINGGA LEBIH DARI 600 PERSEN

Tanpa disadari, stakeholders sektor fintech di Indonesia tumbuh lebih dari 600% dalam satu dekade terakhir, mencakup layanan pembayaran (payments), pinjaman (lending), dan wealthtech sebagai kekuatan pendorong dalam ekosistem fintech modern.

title

FROYONION.COM - Fintech merupakan sektor bisnis yang menggabungkan layanan jasa keuangan dan teknologi. Di masyarakat, perusahaan fintech lebih sering disebut sebagai perusahaan yang menciptakan inovasi teknologi dan digitalisasi pada layanan finansial.

Dulu, semua sub-sektor keuangan itu hanya bisa diakses melalui perusahaan jasa konvensional. Namun, fintech hadir dan menjadi game changer. Menghadirkan pilihan bagi masyarakat untuk mengakses layanan jasa keuangan dengan lebih mudah, praktis, dan tentunya efektif.

Berhubungan dengan hal ini, beberapa waktu yang lalu, konsultan manajemen ternama dunia, Boston Consulting Group (BCG) bekerja sama dengan perusahaan modal ventura di Asia Tenggara, yaitu AC Ventures untuk merilis laporan tentang tren sektor fintech di Indonesia–yang tanpa disangka-sangka, berkembang dengan pesat dalam 10 tahun terakhir.

Di tahun 2011 contohnya, ‘pemain’ di sektor fintech di Indonesia hanya berjumlah 51 orang, namun di tahun 2022, peminatnya sangat tinggi, hingga mencapai 334 ‘pemain’. Ini menjelaskan minat masyarakat terhadap teknologi yang mulai shifting di pertengahan tahun 2010, dan jadi lebih menerima serta menyadari transformasi digital yang tidak terelakkan. 

Terlebih, dengan jumlah stakeholders yang meningkat pesat secara eksponensial dalam beberapa tahun saja, sektor fintech dirasa memiliki masa depan yang menjanjikan.

Tidak hanya peningkatan dari segi ‘pemain’ utama, kesuksesan fintech saat ini utamanya didukung oleh lonjakan user / customer di Indonesia. 

Segmen pembayaran misalnya, penggunanya terhitung lebih dari 60 juta pengguna aktif di tahun 2020, dengan CAGR (compound annual growth rate) sebesar 26% di tahun 2025.

Untuk segmen pemberi pinjaman, ada lebih dari 30 juta akun P2P lending yang aktif di tahun 2021. Lalu, untuk wealthtech alias manajemen kekayaan terhitung memiliki 9 juta investor ritel di tahun 2022.

Yang paling menarik ada di segmen SaaS, alias Software as a Service. Adopsi platform SaaS juga semakin meningkat seiring pertumbuhan sektor fintech, dengan total 6 juta UMKM yang menggunakan SaaS pada bisnis mereka–26x lipat lebih banyak ketimbang 3 tahun sebelumnya.

Bisa dilihat, bahwa dalam pertumbuhan sektor fintech di Indonesia, sub-sektor atau segmen SaaS jadi primadona. Stakeholder langsung di dalam sektor fintech lebih ‘menjagokan’ masa depan mereka kepada segmen wealthtech, insurtech, dan SaaS, alih-alih mendukung dominasi berkelanjutan di segmen pembayaran dan pinjaman.

Bahkan, diversifikasi pasar fintech ini ‘sedikit’ menggeser segmen pemberi pinjaman (kasarnya, bisa disebut pinjol) dan pembayaran (seperti dompet digital, dll). Kedua segmen ini tidak menjadi area utama pengembangan fintech, terutama setelah banyaknya ‘pemain’ dan persaingan yang jadi semakin ketat antara perusahaan fintech tersebut.

"Peningkatan eksponensial jumlah pemain fintech, meningkatnya keterlibatan pelanggan, dan pendanaan ekuitas yang meningkat semuanya merupakan indikasi potensi sektor yang besar. Strategi investasi kami [AC Ventures] sejalan dengan perusahaan yang paling berdampak dan inovatif dalam ruang ini. 

Laporan fintech ini merupakan salah satu bentuk komitmen kami di AC Ventures untuk terus mendukung dan berinvestasi di sektor fintech lokal yang berkembang pesat guna mendukung terwujudnya ekosistem keuangan yang inklusif di Indonesia." ujar Adrian Li, Founder dan Managing Partner AC Ventures.

Dari data tersebut, nyatanya dampak yang ditimbulkan nggak cuma terjadi pada minat para penanam modal untuk bersaing dan menciptakan bisnis baru di sektor fintech, tetapi lebih ‘mengakar’ lagi, yaitu terciptanya peluang kerja yang luas di sektor pendukung teknologinya itu sendiri.

Jika dibandingkan dengan masa sebelum adanya disrupsi digital, di mana istilah fintech pun belum tercipta, lapangan pekerjaan khusus di sektor keuangan / perbankan lebih mengutamakan SDM yang ‘ditempa’ dari jurusan ekonomi, matematika, dan sebagainya, terutama mengerti keuangan secara mendalam.

Namun, dewasa ini, lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan fintech lebih banyak diisi oleh lingkup pekerjaan umum–lebih condong ke arah teknologi, ketimbang hanya menerima lulusan yang berasal dari jurusan-jurusan yang telah dijabarkan di atas.

Dilansir dari Antara, Presiden Direktur Michael Page Indonesia & PhilippinesOlly Riches, menjelaskan bahwa di Indonesia, terjadi persaingan tajam antara perusahaan jasa keuangan tradisional dan perusahaan fintech untuk mendapatkan tenaga kerja yang bertalenta.

Olly juga mengatakan bahwa peningkatan jumlah lapangan kerja di Indonesia pada tahun 2021 didominasi oleh industri digital–yang termasuk sektor fintech–sebesar 13%.

Oleh karenanya, kebangkitan sektor fintech di Indonesia sendiri bukan hanya menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, namun juga membuka lapangan kerja yang luas bagi SDM yang bergerak di bidang teknologi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.