Kata siapa musik tradisional itu kuno? Sekelompok muda-mudi ini membuktikan generasi muda juga bisa ambil peran lestarikan kesenian lokal. Intip di sini!
FROYONION.COM - Bertepatan pada kalender Jawa, muda-mudi yang tergabung sebagai pelajar jurusan seni karawitan di SMK Negeri 3 Banyumas, Jawa Tengah menggelar pementasan musik tradisional bertajuk Gladhen Karawitan Malam Rebo Legi, pada Selasa (31/10/2023).
Penampilan ini bukan tanpa tujuan. Berkurangnya minat generasi muda untuk memainkan musik tradisional menjadi latar belakang yang kuat di balik pementasan yang dilaksanakan oleh pelajar mulai dari tingkat 10 hingga 12 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini.
Ketika tim Froyonion.com berbincang dengan Kepala SMK Negeri 3 Banyumas, Happy Budi Kurniawan, S.Sn., M.Pd, gelaran ini juga sebagai ajang kreativitas pelajar dalam mengimplementasikan pembelajaran dan mendorong pelestarian budaya tradisional.
“Kegiatan ini merupakan ajang kreativitas dan penerapan pembelajaran siswa/i agar mendapatkan pengalaman dan wadah khususnya bagi mereka pelajar jurusan seni karawitan. Selain itu turut mendorong generasi muda menjadi generasi penerus yang melestarikan budaya tradisional,” ucapnya.
Meski tampil dalam format gladhen atau dalam bahasa Indonesia berarti masih dalam tahap latihan, sepanjang pementasan, indera mata dan telinga kami dimanjakan oleh permainan musik yang begitu berkualitas.
Seperti dikatakan oleh Agus Darmanta, S.Sn selaku Kepala Program Studi Jurusan Seni Karawitan SMK Negeri 3 Banyumas, pada kesempatan ini mereka ditantang untuk memainkan instrumen antara lain gamelan calung, gamelan ageng, dan gamelan Surakarta.
“Dalam penampilan ini anak-anak sekaligus berlatih soal gamelan calung, gamelan ageng, dan gamelan Surakarta. Malam ini sebagai bentuk melatih mental mereka juga karena di luar nanti pasti selalu bertemu dengan panggung dan penonton,” ujarnya.
Sejak berdiri 45 tahun lalu, SMK Negeri 3 Banyumas merupakan salah satu sekolah kejuruan kelompok seni pertunjukan di Indonesia yang memiliki 5 jurusan, seperti seni karawitan, seni tari, seni pedalangan, seni musik, dan broadcasting.
Baru-baru ini mereka menyabet prestasi yang membanggakan. Karena berhasil meraih peringkat pertama di Lomba Karawitan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023 yang diselenggarakan di Museum Ranggawarsita, Semarang, Jawa Tengah, pada akhir Oktober lalu.
Penasaran bagaiamana cara mereka menampilkan pagelaran musik tradisional karawitan? Selengkapnya, baca artikel ini hingga selesai!
Pemain dan pelajar tingkat 10 jurusan karawitan, SMK Negeri 3 Banyumas, Aji Broto Laras, bercerita kepada kami bahwa hanya butuh waktu kurang lebih selama seminggu untuk mempersiapkan keseluruhan penampilan pentas musik tradisional karawitan ini.
Maklum, sebagai pelajar jurusan seni karawitan, berlatih memainkan alat musik tradisional telah menjadi kewajiban mereka untuk mendapatkan hasil penampilan yang optimal. Niat tulus ini juga datang dari motivasi pribadi yang begitu kuat.
“Kita berlatih selama kurang lebih seminggu. Bahkan, setiap hari kita juga sering berlatih saat jam praktek di sekolah,” katanya saat diwawancarai seusai penampilan.
“Dulu karena hobi dan ketertarikan di karawitan. Mulai dari ikutan ekskul karawitan saat SMP, dan berada di lingkungan keluarga yang kebetulan berprofesi sebagai dalang wayang,” timpal Laras.
Membutuhkan dana operasional yang tak sedikit untuk urusan konsumsi hingga penyewaan alat pengeras suara dan pencahayaan, menjadi tantangan tersendiri bagi Laras bersama dengan kawan-kawannya sebagai pemain.
“Tantangannya itu kami butuh dana yang besar, termasuk untuk urusan konsumsi, sound system, dan lighting. Selain itu, kami tentu memiliki keterbatasan kemampuan dalam menyerap materi latihan dan juga membutuhkan kekompakan tim yang solid,” jawabnya.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi, Laras berharap penampilan ini dapat menjadi peluang agar kesenian tradisional seperti karawitan dapat dikenal dan dilestarikan oleh generasi muda tanah air yang makin ke sini seolah condong tertarik ke budaya barat.
“Saya harap untuk generasi sekarang lebih mencintai budaya sendiri. Karena selain melakukan uri-uri budaya, kemudian kita harus belajar kesenian tradisional kita. Jangan melulu budaya barat,” pungkasnya.
Pementasan dibuka oleh repertoar yang berjudul Lancaran Siji Lima dengan diiringi permainan alat musik tradisional calung Banyumasan dan vokal pesinden yang begitu khas. Lagu ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Banyumas yang kental dengan budaya tradisional serta aspek gotong-royong di setiap napas kehidupan.
Beralih ke penampilan berikutnya adalah iringan alat musik calung Banyumasan dengan lagu yang pada mulanya berjudul Eling-Eling Banyumasan. Bisa dibilang, lagu ini selalu ada di setiap pementasan ebeg, tarian khas Banyumas yang menggunakan boneka kuda seperti tarian jaranan dengan tempo yang dinamis dan lirik yang unik.
Pada dasarnya, Megat-Megot memiliki arti lenggak-lenggok tubuh seorang penari. Lagu ini juga mencerminkan keindahan gerak tubuh penari saat menunjukkan kepiawaiannya dalam berjoget. Lagu itu diiringi dengan alat musik calung Banyumasan serta terdiri dari pesinden yang bernyanyi mengikuti pola gerak penari dan musik.
Sama seperti Eling-Eling Banyumasan, lagu ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengiringi tarian ebeg yang memiliki irama serta dinamika lagu yang cepat. Namun, dalam pementasan ini, kami melihat mereka hanya memainkan instrumen musik tanpa diiringi tarian. Kata ricik-ricik melambangkan rintik gerimis hujan yang sebentar lagi akan datang.
Pernah mendengar lagu yang melambangkan seribu burung? Inilah Manyar Sewu. Manyar berarti burung dan sewu artinya seribu. Lagu ini juga ada di setiap pementasan tarian ebeg dengan iringan instrumen calung Banyumasan yang dominan. Umumnya, akan ada seorang yang berpantun dan diramaikan oleh pesinden sebagai backing vocal.
Tiba di puncak acara, penampilan ditutup dengan lagu Gugur Gunung yang diiringi instrumen gamelan Surakarta. Tembang ini menceritakan suatu kerja yang dilakukan tanpa mengharap imbalan. Begitu pula dengan makna gotong-royong yang dilambangkan melalui lirik yang mantap didengar oleh para pesinden.
Kalian dapat menikmati kembali siaran ulang pementasan Gladhen Karawitan Malam Rebo Legi dengan cara klik di sini. Selamat melestarikan musik tradisional. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? (*/)
BACA JUGA: DOWN FOR LIFE DAN GONDRONG GUNARTO GABUNGKAN MUSIK METAL DAN GAMELAN DI SYNCHRONIZE FEST 2022