Kreatif

KREATIF MERAWAT BUDAYA, UNDIP ADAKAN PESTA RAKYAT BERTAJUK ‘GEMA BUDAYA’

Berbagai kegiatan terlaksana dalam rangkaian acara Dies Natalis ke-58 Prodi Sastra Indonesia FIB Undip. Upaya merawat budaya dengan cara yang kreatif lewat acara tersebut terbuka dan bagi seluruh masyarakat kota Semarang.

title

FROYONION.COM - Mengangkat tema “Merawat Tradisi, Merayakan Keragaman”, acara peringatan dengan brand Gema Budaya ini berupaya untuk mengingat dan mempromosikan keragaman budaya dari berbagai daerah di tanah air. 

Festival budaya yang diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Indonesia ini menampilkan busana adat, tarian, musik tradisional dan segala simbol khas berbagai suku bangsa di Indonesia. 

Kegiatan ini dirancang oleh Laura Andri Retno Martini dan Khotibul Umam. Kedua dosen tersebut memprakarsai pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kesenian dan kebudayaan untuk sebuah pesta rakyat yang meriah bertajuk festival.

Serangkaian acara dipertontonkan dengan melibatkan berbagai kalangan. Akademisi dan masyarakat luas bercampur dalam satu wadah bernama Gema Budaya tersebut. Dengan mengambil sebuah kata gema, acara tersebut pun merangkai berbagai bentuk pesta tradisi sebagai berikut. 

1.      Kirab Budaya

Festival bertema kebudayaan ini dibuka dengan kirab berpakaian baju tradisi nusantara dengan memandu sebuah gunungan buku. Acara ini bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya suatu komunitas atau negara. 

Kegiatan yang dilaksanakan pada 21 Agustus 2023 ini mempertemukan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya dengan beberapa masyarakat di Tembalang, Kota Semarang. 

2.      Kuda Lumping

Tari Kuda Lumping yang merupakan bagian dari Gema Budaya ini memiliki nilai mistik dan sejarah. Dalam hal ini tarian tradisi tersebut sebagai simbol penyambutan nilai-nilai adat di Indonesia. 

Penampilan ini juga mengobarkan api semangat budaya seperti semangat kebersamaan Fakultas Ilmu Budaya.

3.      Gerebek Gunungan Buku

Selain Kirab Budaya dan Kuda Lumping, ada segunung buku yang ditandu oleh para peserta. Setelahnya diadakan gerebek buku untuk merayakan pesta literasi. 

Umumnya, gerebek dilakukan dengan memperebutkan makanan pokok, bahan-bahan masak, atau makanan tradisional seperti apem. Namun demikian, sebuah tes menarik untuk melihat minat baca masyarakat Kota Semarang pun digemakan dalam gerebek kali ini. 

Bagaimana tidak? Gerebek yang dihiasi oleh buku yang menggunung itu ternyata sudah banyak diincar oleh peserta di awal acara. Mereka seolah menanti dan mengincar buku mana yang hendak diambil. 

4.    Flash Mob Mixing Tari Daerah

Untuk memicu acara yang lebih modern, gerakan flash mob juga digelar. Dengan menghubungkan tarian daerah, flash mob ini dapat menjadi cara yang interaktif dan menyenangkan untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya daerah kepada seluruh masyarakat.

5.    Lomba Karaoke Vokal Tunggal

Puncak kegiatan hari ini adalah lomba karaoke vokal tunggal. Kontes ini menawarkan ide-ide kreatif dan unik untuk membawa kegembiraan dan tawa ke sebuah acara. Seluruh peserta kompetisi ini tidak dipungut biaya, baik dosen, mahasiswa tenaga kependidikan Universitas Diponegoro, ataupun masyarakat umum yang mengikutinya.

“Ini pertama kalinya saya ikut lomba kayak gini, saya baru denger kabar ini dan buru-buru ke sini,” terang Angel, salah satu pemenang dalam Lomba Karaoke Satu Huruf Vokal. 

Senada dengan apa yang diucapkan Angel, banyak masyarakat umum mendadak meramaikan Crop Circle FIB Undip untuk ikut bersemarak dalam kegiatan Gema Budaya ini.

BACA JUGA: RUANG KREATIF TARI JAIPONG BERSAMA ROSMALA SARI DEWI DI TAMAN INDONESIA KAYA

Tidak mengherankan apabila dalam kegiatan ini ditemukan masyarakat yang ikut berjoget ketika lagu dangdut dinyanyikan. Tidak sedikit pula ditemukan masyarakat yang ikut merasakan sendu ketika lagu-lagu bernada rindu dinyanyikan. Bahkan, banyak pula yang ikut bernyanyi sambil melambaikan tangan ketika mereka ikut hapal dengan lagu-lagu yang dinyanyikan.

“Gema Budaya ini menunjukkan Fakultas Ilmu Budaya Undip bener-bener membawa nilai culture, saya dari Ilmu Komunikasi sampai geleng-geleng,” ungkap Angel. Ungkapan itu sekaligus menegaskan bagaimana kiat Prodi Sastra Indonesia FIB Undip dalam menggerakkan gairah kebudayaan telah berhasil pada hari pembuka tersebut.

6.    Pasar Jajanan Tradisional

Melihat serangkaian acara Gema Budaya pada hari pertama tersebut, tidak mengherankan apabila dalam satu minggu ini masyarakat Semarang bisa masuk ke FIB Undip sambil mengantongi banyak uang. 

Hal ini disebabkan Gema Budaya mengadakan pesta jajanan tradisional. Dalam hal ini, menjadi cerminan warisan budaya dan memperkenalkan makanan tradisional kepada masyarakat sekitar, yang tentunya sudah terlalu mengenal makanan modern daripada makanan tradisional.

Ikom selaku panitia dalam kegiatan ini mengatakan bahwa mengadakan pesta jajanan tradisional dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk merayakan kekayaan budaya dan kuliner. Dengan menyantap hidangan lezat ada tren membawa pasangan, gebetan, atau kenalan, bersama-sama berbagi pengalaman cita rasa yang unik.

BACA JUGA: ASAL-USUL SENI BUDAYA ONDEL-ONDEL DI TANAH BETAWI

Acara Gema Budaya ini juga disponsori oleh Teh Poci dengan mengusung tradisi nge-teh masyarakat Jawa sebagai salah satu pengisi spot Jajanan Tradisional. Tradisi yang bermula dari Kraton ini pun menjadi sebuah nilai budaya dan dunia kreatif digabung dalam pasar jajanan tradisional.

Setelah Pandemi Covid-19 sempat membuat FIB Undip mati suri hampir dua setengah tahun, dengan perayaan Gema Budaya dari Prodi Sastra Indonesia, kemeriahan pun kembali dimulai. Sudah sejak lama masyarakat Kota Semarang paham betul bagaimana FIB Undip selalu datang dengan representasi budaya yang kuat. 

Berbagai kajian tradisi, adat istiadat, hingga perkembangannya di masa kini selalu menjadi konsentrasi bagi FIB Undip. Perayaan Gema Budaya yang dibuka untuk umum ini sekaligus memantik kembali gairah masyarakat Kota Semarang terhadap nilai-nilai budaya pesisir.

Keterbukaan dan pemikiran luas adalah identitas masyarakat pesisir sebagaimana tercermin dalam Gema Budaya ini. Dengan frasa merawat tradisi, Gema Budaya pun menggaungkan semangat pesta rakyat sebagaimana sejak semula sudah disambut dengan kirab, kuda lumping, dan gerebek buku. Tradisi masyarakat pesisir yang terbuka dalam menyerap kebudayaan utamanya diperlihatkan oleh gerebek buku.

Semangat ini sekaligus memperlihatkan bagaimana Prodi Sastra Indonesia FIB Undip sangat serius dalam memikirkan minat konservasi budaya masyarakat Kota Semarang. Adanya perkembangan literasi digital seharusnya memantik gairah untuk terus haus meniti tradisi.

Dies Natalis Prodi Sastra Indonesia FIB Undip ini pun mendapat perhatian dari banyak pelaku budaya. Praktisi teater dan himpunan peneliti kebudayaan di Kota Semarang pun tidak luput memberikan atensi terhadap acara ini. Seperti sebuah merpati yang dilepaskan dalam membuka Gema Budaya ini, terbangnya kabar burung hingga ke pelosok-pelosok Semarang Raya pun terjadi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hamdan Mukafi

Selamanya penulis