Creative

KOLABORASI ANAK-ANAK MUDA DAN PRAKTISI SENI TELURKAN CERMINAN PEMILU LEWAT PEMENTASAN KETOPRAK DARPO KAYUN

Pada masanya, pertunjukan ketoprak menjadi metode bagi para pemuda untuk menyampaikan isi hati kepada pemimpin kerajaan. Hal itu seperti yang tercermin dalam pementasan Darpo Kayun yang sangat erat dengan kondisi zaman.

title

FROYONION.COMPemilihan Umum (Pemilu) bukan melulu soal tradisi pencoblosan wakil rakyat ataupun presiden. Pada tataran yang lebih kecil, seperti pemilihan Ketua BEM, Ketua Organisasi Masyarakat (Ormas), hingga ketua kelas pun kerap kali menggunakan metode yang tak ubahnya pemilu. Dengan melibatkan minimal 75% dari jumlah anggota yang ada pemilu pun dapat dilaksanakan. Menilik hal ini, pemilu dalam ruang-ruang yang luas sengaja dipertunjukkan di atas nuansa kesenian ketoprak dengan judul Darpo Kayun (Jumat, 25 Agustus 2023). 

Pementasan yang dilaksanakan di Gedung Serba Guna, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro itu merupakan hasil kerja sama anak-anak muda dengan para praktisi seni di daerah Tembalang, Kota Semarang. Praktisi seni yang ikut menginisiasi pementasan ini adalah Kelompok Kesenian Ketoprak Sri Mulyo yang memiliki markas kreatif di daerah Jurang Belimbing, Bulusan, Tembalang, Kota Semarang. 

Penggagas pementasan ini adalah dua pemuda kreatif yang sudah sejak lama aktif di bidang seni pertunjukan, yakni Laura Andri Retno Martini dan Khotibul Umam. Keduanya bukan lagi orang baru dalam dunia pertunjukan sehingga kerja sama dengan Sri Mulyo pun dapat dengan mudah terjalin. 

Jalinan ini juga sebagai wujud pengabdian dalam bidang kebudayaan yang dilakukan oleh Mbak Laura dan Mas Umam (begitulah keduanya akrab disapa dalam berbagai ruang). Dalam sebuah wadah bernama pengabdian ini, keduanya menggaet para pemuda dari kalangan akademisi dan masyarakat sekitar Jurang Belimbing. 

BACA JUGA: 

BIKIN TAKJUB! MAHASISWA KOREA & INDONESIA KOMPAK MAINKAN MUSIK TRADISIONAL DI TAMAN ISMAIL MARZUKI, JAKARTA

Sekelompok mahasiswa dari Teater EMKA dan Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia ikut terlibat dalam pementasan ini. Keterlibatan mereka berada dalam berbagai divisi, mulai dari artistik, dokumentasi, hingga aktor dalam pementasan ini. Sementara itu, pemuda dari Jurang Belimbing yang memang ikut aktif dalam kegiatan seni tradisi lebih banyak memegang peran sebagai penabuh gamelan dan penari dalam pementasan ini. 

Kolaborasi dari berbagai generasi ini menciptakan sebuah ruang penyampaian aspirasi yang sarat akan makna dan tidak lupa dengan nilai-nilai hiburan. Ketoprak sebagaimana diketahui adalah sebuah pertunjukan yang sangat wajib diisi oleh sentilan-sentilan lucu, yang tentunya masih dalam tataran wajar dan tidak di luar batas norma. 

Sentilan-sentilan inilah yang kemudian membawa makna pemilu dalam berbagai ranah sebagai sebuah cerminan kritis yang tidak meninggalkan kelucuan di dalamnya. Untuk mengetahui bagaimana sentilan itu kemudian menjadi salah satu bangunan cerita Ketoprak Darpo Kayun ini maka beberapa narasi dalam pementasan tersebut perlu disampaikan. 

Berawal dari kisah Kerajaan Singosari dan Tumapel sepeninggal Prabu Sindunegara, perpecahan atas nama titah kebaikan pun mulai terjadi. Perpecahan itu bermula dari keinginan Pangeran Darpo untuk menyatukan Singosari dan Tumapel di bawah panji kepemimpinannya sebelum Pangeran Kayun dinyatakan siap memimpin negara.

Tentu saja kesiapan ini adalah sudut pandang yang dibangun dari sisi Pangeran Darpo saja. Pembangunan sudut pandang ini terutama semakin menjadi-jadi, bahkan berubah menjelma api kemarahan oleh sebab Demang Losari. Seperti Sengkuni dalam kisah Mahabharata versi Jawa, Demang Losari memiliki watak yang suka mengadu domba untuk kepentingan pribadinya. 

Raja adalah boneka yang coba dikendalikan oleh Demang Losari dan raja itu adalah Pangeran Darpo jika sanggup menyatukan Singosari dan Tumapel. Namun, dengan keteguhan hatinya, Pangeran Kayun memilih untuk diam sampai ia benar-benar diganggu oleh Pangeran Darpo. 

Kediaman Pangeran Kayun ini ternyata berbuah jawaban dari semesta. Ketika Pangeran Darpo mulai melangkahi hak asasi manusia, yakni dengan menyuruh Patih Toyomerto untuk membunuh anak asuhnya, Taruna, gerakan semesta untuk menciptakan perlawanan balik pun terjadi. Trusti, kakak perempuan Taruna mendapatkan senjata pusaka dari seorang resi sepeninggalnya dari Singosari dan dengan senjata itulah ia mampu menggagalkan maksud Pangeran Darpo yang dikendalikan oleh Demang Losari. 

Situasi pelik itu dibumbui dengan pergerakan dari patih Suryodipo yang awalnya utusan Pangeran Darpo justru berbalik menjadi musuh. Pergerakannya seperti mata-mata yang berhubungan dengan maksud balas dendam Trusti. Inilah sebuah sasmita, yang secara modern dikenal sebagai tanda-tanda kebijaksanaan. 

Bumbu-bumbu kelucuan yang hadir di antara kisah tragis ini misalnya dari kemunculan sekumpulan emban yang ikut bergosip tentang situasi pemerintahan pada masa itu. Seperti sebuah kebiasaan yang muncul dari omongan ibu-ibu di komplek perumahan atau para pekerja kasar di pinggir jalan. Mereka mencoba menyuarakan isi hati mereka melalui perbincangan ringkas, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Memang, sebuah guncangan besar harus menjadi pemantiknya agar semua gosip yang bernada keluh-kesah itu bisa menjadi kenyataan seperti yang diharapkan. 

“Pementasan ini memiliki punchline yang sangat cocok dengan zaman, saya kemudian tersadar ketika ikut mewawancarai beberapa pemainnya. Ternyata pemilu yang baru akan dilaksanakan tahun 2024 nanti bukan hanya maksud utama dari pementasan ini. Terpilihnya Pangeran Kayun menjadi raja yang sah dan kematian Pangeran Darpo adalah wujud dari pemilu yang perlu dipahami dari berbagai posisi. Bahkan, di kalangan kampus senggol-menyenggol dalam hal kepentingan pun dilakukan, seperti yang juga terjadi di banyak ruang di masyarakat, RT barangkali,” terang Mayang, salah satu panitia pelaksana dalam pementasan ini. 

Sebagaimana dikatakan Mayang, pementasan Darpo Kayun memang sangat dekat dengan kondisi bangsa yang sedikit lagi akan melangkah dalam suasana pemilu. Berbagai gebrakan dan belokan pun terjadi di ranah politik. Bukan hanya generasi X dan Y saja yang kni ikut andil dalam keberhasilan pemilu nanti. Bahkan, para calon yang menyatakan wakil dari kemajuan peradaban pun menyasar kekuatan anak-anak muda untuk ikut serta membantunya. Semua itu menjadi paying besar yang dibumbui oleh candaan dalam Ketoprak Darpo Kayun. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hamdan Mukafi

Selamanya penulis