Kreatif

INDEPENDENSI PEREMPUAN SEJAK ZAMAN KERAJAAN DALAM TARI ‘NYIMAS KAWUNG ANTEN’

Sosok Nyimas Kawung Anten, adalah sosok perempuan yang berjasa di zaman Kerajaan Padjajaran. Kisahnya telah menginspirasi banyak perempuan dari generasi ke generasi untuk semakin berdaya.

title

FROYONION.COM -Jauh sebelum adanya Cut Nyak Meutia dari Aceh dan Martha Christina Tiahahu dari Maluku yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa, Indonesia punya Nyimas Kawung Anten. 

Beliau adalah seorang pahlawan perempuan di era Kerajaan Padjajaran yang berjasa dalam pembukaan lahan hutan Lebak Sungsang yang sekarang menjadi daerah Kedokanbunder, Indramayu, Jawa Barat. 

Jasa Nyimas Kawung Anten kala itu sangat berpengaruh bagi masyarakat sekitar, karena memberikan mereka lahan untuk tinggal dan bercocok tanam. Kesaktiannya dalam mengalahkan siluman ular kala itu juga menjadi kisah turun temurun hingga saat ini. 

Tentu, sebagai pemuda Indonesia, penting bagi kita untuk dapat melestarikan budaya–termasuk kisah heroik Nyimas Kawung Anten. 

BACA JUGA: RAYAKAN HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL, ‘PEREMPUAN INOVASI’ BERIKAN BEASISWA KEPADA 23 WANITA MUDA

Pasalnya, Nyimas Kawung Anten adalah penggambaran sosok perempuan yang dengan keteguhan dan kesetiaan yang tangguh dalam menghadapi dan menyikapi segala macam dinamika hidup dan kehidupan. 

Hal ini bisa terjadi karena diwujudkan dengan penuh perjuangan secara nyata pada kehidupannya dengan penuh keyakinan dan kecintaannya terhadap apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Nyimas Kawung Anten
Denada (penyanyi) memerankan tokoh Nyimas Kawung Anten bersama Padepokan Jugala Raya. (Foto: Froyonion/Grace Angel) 

INISIATIF GALERI INDONESIA KAYA

Dalam rangkaian acara seni yang berlangsung sejak pertengahan Februari hingga akhir Maret 2024, Galeri Indonesia Kaya menampilkan Drama Tari berjudul Nyimas Kawung Anten. Pertunjukan ini menampilkan Jaipongan, seni khas Jawa Barat, dengan kehadiran Padepokan Jugala Raya, Denada, dan Dewi Gita.

“Hari ini, di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, kita disuguhkan oleh penampilan istimewa dari Padepokan Jugala Raya, yang sudah malang melintang di dunia seni pertunjukan selama 48 tahun. Mereka, bersama Denada dan Dewi Gita, berhasil memukau penonton serta memperluas pemahaman kita tentang kebudayaan Jawa Barat. Semoga pertunjukan ini menginspirasi dan menghibur,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.

BACA JUGA: GALERI INDONESIA KAYA HADIR KEMBALI DENGAN ‘WAJAH’ BARU, GRATIS UNTUK UMUM!

Tari jaipongan
Suasana pementasan tari jaipongan Nyimas Kawung Anten oleh Padepokan Jugala Raya. (Foto: Froyonion/Grace Angel) 

Denada, pemeran tokoh Nyimas Kawung Anten, berkomentar, “Penampilan kami hari ini adalah upaya kami dalam melestarikan tari Jaipongan di hadapan penonton Galeri Indonesia Kaya. Kami berharap penampilan ini diterima dengan baik.”

Selain sosok Nyimas Kawung Anten, di awal pertunjukan juga ada sosok Sunan Ambu yang diperankan oleh musisi, Dewi Gita. 

Padepokan Jugala Raya
Dewi Gita (musisi) memerankan tokoh Sunan Ambu dalam pentas bersama Padepokan Jugala Raya. (Foto: Froyonion/Grace Angel) 

Dewi Gita menambahkan, “Saya senang bisa ikut melestarikan tari Jaipongan di Galeri Indonesia Kaya bersama Denada dan Padepokan Jugala Raya. Semoga penampilan kami memberi warna pada akhir pekan penonton.”

“Kisah sejarah ini sudah ada sejak abad ke-13 dan menjadi kisah emansipasi wanita. Sosok Nyimas Kawung Anten menjadi sosok inspiratif bagi perempuan masa kini untuk tetap berdaya,” tambah Ismet sebagai composer pementasan Nyimas Kawung Anten dari Padepokan Jugala Raya. 

BACA JUGA; MUSIKAL ‘BERANAK DALAM KUBUR’ BAWAKAN CERITA ORISINIL YANG BERLATAR KERAJAAN NUSANTARA

Padepokan Jugala Raya, yang didirikan pada 1976 oleh Bpk Gugum Gumbira dan Ibu Euis Komariah, telah lama menjadi garda terdepan dalam pelestarian tari Jaipongan. Mira Tejaningrum Gumbira, putri mereka, kini meneruskan upaya tersebut.

Hingga kini, padepokan tersebut masih aktif berlatih di daerah Kopo, Bandung. Banyak anggotanya yang adalah mahasiswa dan mahasiswi asal Bandung yang juga cinta akan seni peran, tari, dan tarik suara tradisional yang menjadi bagian dari budaya kita. (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.