Kreatif

DENGAN SENI, 13 SENIMAN KALTIM UNGKAPKAN KECEMASAN TENTANG IKN

Pemindahan Ibukota Negara di satu sisi memunculkan harapan di benak masyarakat, tetapi di sisi lainnya juga menimbulkan kecemasan tersendiri di kalangan masyarakat, dan inilah yang coba digambarkan oleh para seniman yang tergabung dalam LPK pada pameran yang bertajuk Antara Harapan dan Kecemasan.

title

FROYONION.COM Pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Pulau Kalimantan merupakan langkah besar yang telah diambil oleh pemerintah. 

Di satu sisi, pemindahan ini memunculkan harapan di benak masyarakat, utamanya masyarakat Kalimantan Timur akan pemerataan pembangunan dan juga peningkatan kesejahteraan. 

Tetapi di sisi lain pemindahan ini juga menimbulkan kerisauan tersendiri bagi masyarakat lokal Dayak.

Kerisauan ini bukanlah tanpa sebab musababnya. Tentunya pemindahan ibu kota negara bukan sekadar melakukan pemindahan orang dan pusat pemerintahan. 

Namun, pemindahan ibukota merupakan hal yang jauh lebih kompleks. Akan ada aspek ekonomi, tata kota, lingkungan, hingga sosial budaya yang tentunya akan sangat sulit untuk dipisahkan dari adanya pemindahan ibukota negara, karena pada ujungnya aspek-aspek tersebut juga akan beririsan. 

Utamanya bagi masyarakat adat Dayak yang memang terkenal begitu getol dalam menjaga keseimbangan antara aspek alam, dan juga budaya dalam kehidupan mereka.

Sebagai bentuk tanggapan kritis atas harapan dan juga kecemasan tersebut, Lembaga Perupa Kalimantan Timur (LPK) yang bekerja sama dengan Galeri Nasional Indonesia menggelar pameran yang bertajuk “Antara Harapan dan Kecemasan”. 

Pameran ini diikuti oleh 13 perupa kenamaan dari Kalimantan Timur dengan total 42 karya yang dipamerkan,baik itu seni lukis maupun grafis yang tak hanya menampilkan elemen-elemen alam, melainkan juga menampilkan aspek-aspek budaya Dayak.

KERISAUAN TENTANG MASA DEPAN LINGKUNGAN

Antara Aku Ibuku dan Ibukota. (Foto: Dok. penulis)
Antara Aku Ibuku dan Ibukota. (Foto: Dok. penulis)

Tak bisa dipungkiri memang bahwa salah satu kekhawatiran utama dari agenda besar pemindahan ibukota negara adalah potensi dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan. 

Memang benar pemerintah berkomitmen bahwasanya dalam pembangunannya, IKN Nusantara akan mengadopsi konsep kota ramah lingkungan, yaitu dengan penerapan konsep smart forest city dengan 70% dari total wilayah IKN Nusantara berupa lahan hijau. 

Untuk itu, pemerintah pun juga telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan tempat pembibitan tanaman yang dapat menghasilkan 20 juta bibit tanaman per tahunnya. 

Dengan konsep ini pula pemerintah mengklaim bahwa pembangunan IKN tidak akan merusak ekosistem hutan, bahkan justru menjadi sarana rehabilitasi bagi kawasan hutan yang telah rusak.

Namun, pertanyaannya adalah apakah dalam kenyataannya akan benar-benar dapat dilakukan sesuai rencana? Dan siapa yang berani menjamin?

Nah, itu hanyalah segelintir pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita. 

Pertanyaan ini pula yang coba dimanifestasikan oleh seniman-seniman dari Kalimantan Timur, salah satunya tecermin melalui lukisan berjudul Antara Aku Ibuku dan Ibukota karya Dharmawan Budhi Utomo.

Pada lukisan ini menampilkan kecemasan ekologi yang begitu mendalam, sekaligus pesan yang begitu tajam. Seekor induk orangutan menggendong anaknya yang masih kecil meninggalkan hutan yang telah berubah menjadi gedung-gedung pencakar langit. 

Sang induk tentu masih ingat betul bagaimana tatkala ia masih kecil dapat bermain dengan suka ria. Ia bebas bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya. Tapi kini, kisah itu hanyalah tinggal dalam ingatannya, jangankan untuk bergelantungan, pohon untuk tumbuh saja tidak bisa, karena yang tumbuh bukanlah pohon, melainkan gedung-gedung pencakar langit. Mau tak mau ia pun harus pergi merelakan kampung halamannya bersama dengan anaknya tercinta.

GELOMBANG HARAPAN

Gelombang Harapan karya Rohmad Taufiq. (Foto: Dok. penulis)
Gelombang Harapan karya Rohmad Taufiq. (Foto: Dok. penulis)

Pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta ke Nusantara menjadi sekelumit harapan tersendiri bagi masyarakat Indonesia bagian tengah dan timur akan pemerataan pembangunan dan juga peningkatan kesejahteraan. 

Harapan yang sudah sangat lama dinantikan pun kini tiba. Harapan akan peningkatan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. 

Pemindahan ini pula menjadi pemantik tersendiri bagi generasi muda kalimantan akan masa depan yang lebih cerah.

Melalui karyanya yang berjudul Gelombang Harapan, Rohmad Taufiq berusaha menggambarkan situasi kegembiraan masyarakat Kalimantan dalam menyambut perubahan ini, utamanya mereka para generasi muda yang haus akan perubahan. 

Masyarakat yang dengan berbondong-bondong dan antusias akan perubahan yang akan membawa mereka menuju era baru, era pencerahan.

PEMILU 2024

Pemilu 2024 karya Rohmad Taufiq. (Foto: Dok. penulis)
Pemilu 2024 karya Rohmad Taufiq. (Foto: Dok. penulis)

Proyek pemindahan ibukota negara menjadi salah satu proyek strategis nasional di era pemerintahan Joko Widodo. 

Meskipun pandemi melanda proyek ini tetap berlanjut, dan hal ini sekaligus menunjukkan keseriusan dan komitmen pemerintah di era Jokowi.

Memasuki tahun-tahun politik, komitmen ini menjadi pertanyaan tersendiri di benak publik akan masa depan proyek pemindahan ibukota. 

Akankah pemerintahan yang baru nantinya juga menaruh keseriusan dalam proyek pemindahan ibukota baru ini?

Melalui karyanya yang berjudul Pemilu 2024, Rohmad Taufiq berusaha mengilustrasikan kegelisahan yang melanda benak publik tersebut. 

Walaupun pemindahan IKN tersebut sudah memiliki payung hukum berupa UU IKN No 3 Tahun 2022, memasuki tahun-tahun politik tentu progress dari pembangunan tersebut akan menimbulkan gejolak. 

Tidak akan ada jaminan bahwa ke depan pembangunan IKN akan diteruskan oleh pemerintah periode berikutnya, meskipun pembangunan IKN telah memiliki payung hukum. 

Selain itu, belum tentu juga presiden terpilih nantinya bersedia berkantor di IKN, mengingat masih terbatasnya sarana dan prasarana yang ada. Tentunya kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada di Jakarta.

Terlepas dari berbagai pro dan kontra yang menyelimuti upaya pemindahan ibukota negara, sudah selayaknya kita mendukung program ini. 

Karena sejatinya proyek ini bukan sekadar memindahkan ibukota semata, melainkan juga sebagai upaya pemerataan pembangunan dan juga peningkatan kesejahteraan. Demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Naam Amta Muh Shinin

Coder, writer, and Pengagum Amartya Sen