Kreatif

BATIK PORT NUMBAY ANGKAT POTENSI TEKSTIL KREATIF PAPUA KE DUNIA

Papua tak pernah dikenal dengan kreasi tekstil semacam batik. Tapi baru-baru ini muncul sebuah batik yang mengangkat keindahan alam ujung timur Indonesia tersebut ke helaian kain dan pakaian.

title

FROYONION.COM - Baru-baru ini bersamaan dengan booming-nya PON XX yang diadain di Papua, seorang warga lokal menciptakan kain batik baru dengan motif khas Papua yang bernama batik Port Numbay

Dilansir dari antaranews.com, Jimmy Hendrick Afaar menggagas pembuatan motif batik Port Numbay yang kemudian dijadikan ikon kota Jayapura, tempat PON XX Papua. Sebanyak 250 suku di Papua, menjadi inspirasi Jimmy dalam membuat motif batik Port Numbay. Kerennya lagi Jimmy multitasking, sibuk jadi pelatih atau official team voli sekaligus bisnis batik ini.

Bisnis kreatif bikinan Jimmy ini memberdayakan emak-emak distrik Abepura Jayapura. Jadi kemunculan batik ini juga memberdayakan ekonomi setempat.

Terinspirasi dari popularitas batik Jawa, Jimmy melancong ke tanah Jawa untuk belajar cara pembuatan batik yang udah menjadi warisan budaya  UNESCO. Sepulangnya ke Papua, Jimmy berniat membuka bisnis ekonomi kreatif dengan memberdayakan emak-emak Papua.

Butuh 17 tahun bagi Jimmy untuk membangkitkan ekonomi kreatif dengan membuka lapangan pekerjaan distrik Abepura. Jimmy sekarang punya 36 perajin tetap. 

Batik Port Numbay kemudian diperkenalkan dalam sebuah peragaan busana pada bulan Agustus 2007.

Sebagai alumni desainer Poppy Dharsono, Jimmy membuat batik dengan bahan katun. Papua yang punya iklim tropis dengan suhu panas yang bikin nangis minta es jeruk, membuat bahan katun lebih cocok dibanding bahan sutra. Namun tidak menutup peluang Jimmy untuk tidak memproduksi bahan sutra.

Demi upgrade skill para perajinnya, Jimmy ngadain pelatihan khusus. Para pelatih batik dari Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan pendidikan intens untuk para karyawan tetap Jimmy. Pelatihan yang singkat ini ternyata memberi dampak yang besar.

Jimmy merancang beberapa motif unik, salah satunya yang menjadi andalannya ialah motif Cendrawasih. Motif ini seolah mengingatkan pemakainya atas keindahan fauna di Papua.

Untuk memasarkan dan menjual batiknya, Jimmy tak ragu melakukan kunjungan door to door, bahkan bertemu dengan pemerintah Papua. Karena kegigihannya, batik  Jimmy akhirnya laris dan booming yang bukan hanya turis lokal tapi asing.

Selain ngenalin keberagaman Papua, emak-emak menjadikan kegiatan membatik jadi keseharian yang bikin kantong penuh menambah cuan. 

Bisnis Jimmy yang kian melejit bak roket. Tak cuma kaum ibu, para pria di distrik tersebut juga mengikuti jejak emak-emak. Produksi batiknya mencapai 80 lembar untuk setiap bulan. Usaha Kecil Menengah (UMK) Pak Jimmy membawa berkah bagi para perajin Papua. 

Pekerja pria ngerjain batik cap, sedangkan emak-emak ngerjain batik tulis. Sebanyak 36 karyawan Jimmy mampu memproduksi sebanyak 2000 potong batik cap dan 16 potong batik tulis berbahan sutra dan katun. Pasarnya merambah kota Surabaya hingga Jakarta.

Jimmy terus konsisten ngenalin produk melalui pameran, sampau batik lokal Papuanya diundang ke Italia.

Harga untuk 2 meter kain batik port Numbay sebesar Rp600 ribu, ukuran 2,5 meter =  Rp650 ribu, sedangkan yang ukurannya 3 meter punya harga Rp700 ribu.

Jimmy juga menciptakan motif unik mengenai kegiatan sehari-hari warga lokal Papua. Perkakas tani, hasil laut, tas noken, kamoro, amugme, honay, asmat, sentani, griminawa hingga tema peace and spirit dibuatnya untuk sang Presiden RI dan istrinya. Harapan Jimmy pembuatan motif baru sebagai pengenalan Papua. (*/Photo credit : genpi.co)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Nico

Asli urang Tasik yang bikin artikel menarik