Esensi

STUDI: SEKS DI BAWAH UMUR MAKIN MARAK DI KALANGAN ANAK MUDA

Bagaimana mungkin remaja yang seharusnya berfokus pada pendidikan dan pengembangan diri, malah terjebak dalam hal yang bisa berpotensi merusak masa depan mereka? Apa yang menjadi penyebab dari fenomena ini?

title

FROYONION.COM - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) baru-baru ini mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan tentang perilaku remaja di Indonesia. Menurut penelitian mereka, mayoritas remaja di Indonesia mulai berhubungan intim di usia yang sangat muda. Data yang dikeluarkan BKKBN pada tahun 2023 ini menunjukkan bahwa 60% remaja berhubungan intim pada usia 16-17 tahun, 20% pada usia 19-20 tahun, dan 20% lainnya pada usia 14-15 tahun. 

Fakta- fakta tersebut tentunya akan menjadi perhatian yang serius bagi kita semua. Apalagi, banyak remaja yang mengalami hal ini di usia yang bahkan di bawah 14 tahun dan tak sedikit pula yang putus sekolah karenanya. Hasil penelitian ini tentu menjadi kewaspadaan bagi kita semua, terutama bagi orang tua dan pihak yang berkepentingan dalam mendidik generasi muda. 

Seks di bawah umur di kalangan anak muda
Ilustrasi anak muda. (Image source: Bored Panda)

Namun, apa yang menjadi penyebab dari fenomena ini? Apakah hanya faktor lingkungan atau ada faktor lain yang mempengaruhi? Mari kita coba telusuri lebih lanjut.

FAKTOR PENYEBAB

Lantas, apa yang menjadi penyebab fenomena ini? Akademisi sekaligus Dosen dari Universitas Bangka Belitung, Luna Febriani, mengungkap beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keinginan remaja untuk berhubungan intim. Faktor-faktor tersebut antara lain perkembangan teknologi, globalisasi, dan pendidikan yang kurang memadai.

Perkembangan teknologi yang pesat menjadi paradoks bagi masyarakat kita. Jika kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam menggunakan dan mengelola teknologi di kehidupannya, maka dampak negatifnya akan sangat terasa. Salah satunya adalah penyebarluasan dan akses konten tidak senonoh yang dimediasi melalui gawai dan jaringan internet.

Selanjutnya, faktor globalisasi juga berperan dalam fenomena ini. Globalisasi adalah fenomena di mana masyarakat dunia terhubung dalam segala aspek kehidupan, termasuk budaya, sosial, dan ekonomi. Namun, dengan adanya perubahan ini dan semakin lunturnya batas negara, ada risiko bahwa identitas dan kebudayaan masyarakat kita bisa terkikis. Identitas dan kebudayaan masyarakat tersebut berperan sebagai cermin dan panduan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Terakhir, pendidikan yang kurang memadai juga menjadi faktor penting dalam fenomena ini. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, kemajuan teknologi dan globalisasi harus dibarengi dengan pemahaman dan pengetahuan sumber daya manusianya. Jika tidak, hal ini akan berkontribusi negatif. Terkait usia remaja yang melakukan hubungan intim semakin meningkat di usia 16-17, dapat juga disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan anak remaja, baik pengetahuan literasi digital maupun pengetahuan tentang pendidikan seksual sejak dini.

BACA JUGA: SLEEPOVER DATE, MENCARI KEINTIMAN SEMU DARI HUBUNGAN SEMALAM 

BAGAIMANA DAMPAKNYA?

Dampak dari fenomena ini tentu sangat luas. Salah satunya adalah peningkatan angka kehamilan pra nikah dan penyimpangan seksual yang berdampak pada kesehatan remaja. 

Menurut Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, dr Julianto Witjaksono SpOG, KFER, MGO, saat ini 46 persen remaja berusia 15-19 tahun belum menikah sudah berhubungan seksual.

Fenomena ini tentu mengancam generasi muda. Kehamilan pada usia remaja menyebabkan angka kematian bayi yang tinggi dan menyebabkan banyak bayi lahir dengan berat badan rendah.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya serius dari semua pihak untuk mengendalikan masalah ini. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada remaja..

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

Untuk mencegah dan menangani fenomena ini, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan. Pertama, pendidikan seksual sejak dini perlu diberikan kepada remaja. Pendidikan ini tidak hanya berisi tentang biologi reproduksi, tetapi juga tentang nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab dalam berhubungan intim.

Kedua, orang tua dan sekolah perlu berperan aktif dalam memberikan pengawasan dan bimbingan kepada remaja. Orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka dan memberikan pemahaman yang benar tentang seksualitas. Sementara itu, sekolah juga perlu memberikan pendidikan seksual yang komprehensif kepada siswa-siswanya.

Ketiga, pemerintah dan organisasi masyarakat perlu berperan aktif dalam memberikan edukasi dan advokasi tentang seksualitas kepada masyarakat. Mereka juga perlu membuat kebijakan dan program yang mendukung upaya pencegahan dan penanganan fenomena ini.

BACA JUGA: RAMAI SOAL KURSI JALAN IJEN MALANG, KENAPA MUDA-MUDI SUKA MESUM DI TEMPAT UMUM SIH? 

Meski fenomena ini cukup mengkhawatirkan, kita perlu mengakhiri dengan optimisme. Dengan kerja sama dan upaya yang serius dari semua pihak, kita bisa mengatasi fenomena ini dan melindungi generasi muda. Mari kita bersama-sama berjuang untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi remaja kita, dan mendidik mereka menjadi generasi yang berkualitas dan berintegritas. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance