Esensi

PRO KONTRA PAKAI LAPTOP KANTOR BUAT KEPENTINGAN PRIBADI

Siapa di antara lo yang suka pakai alat kerja kantor buat urusan pribadi? Hati-hati saja Civs, banyak yang harus lo pertimbangan sebelum terlalu nyaman pakai laptop kantor buat kerjaan pribadi lho.

title

FROYONION.COM - Sekarang ini alat-alat kerja yang disediain sama kantor lo itu sudah nggak "sakral" kayak dulu lagi, Civs. Banyaknya gadget yang makin fleksibel dan bisa dibawa ke mana-mana bikin barang punya kantor itu kececer nggak cuma ada di kantor doang.

Apalagi sejak pandemi Covid-19 melanda, sejumlah perusahaan yang menerapkan kebijakan Work From Home (WFH) atau Work From Anywhere (WFA) ke karyawannya. Nah, situasi ini bikin lo lebih mudah bawa alat kantor itu ke tempat lo masing-masing. 

Sebenarnya sesuai dengan namanya 'alat kantor' fungsi utamanya itu buat menunjang kerjaan lo sehari-hari di kantor itu. Tapi, di era kerja serba dari jarak jauh ini seringkali batas antara alat pribadi dan profesional itu menjadi kabur. 

Survei yang dilakukan Malwarebytes menunjukkan kebanyakan orang merasa nyaman melakukan kegiatan sehari-harinya menggunakan perangkat kerja yang dimiliki. 

Alasannya pun beragam, misalnya mereka malas untuk mengganti perangkat di siang hari untuk melakukan aktivitas pribadinya. Hal ini memang kayaknya yang banyak terjadi, lo pasti bakal ngerasa repot. Misalnya aja, masak iya harus buka laptop sendiri saat lagi ngerjain tugas kantor di rumah cuma buat nonton YouTube, kan? 

Tapi sebenarnya, di dunia profesional ini lo diharuskan mengesampingkan kepentingan pribadi dengan fasilitas yang ada. Makin bahaya apalagi kalau lo sampai memanfaatkan fasilitas itu buat hal yang terlalu pribadi (baca: nonton bokep). 

Ini tuh jadi problematika yang bakal banyak kita temui di antara pekerja-pekerja kantoran. 

Salah seorang teman gue, Jeremy juga ngerasa hal yang sama. Gue ketemu dia di salah satu coffee shop di Jakarta sambil nenteng MacBook yang modis banget. 

Selama gue ngobrol, ternyata laptop itu inventaris kantor yang bisa dia bawa ke mana-mana alias dipinjami. Tapi, yang lucu Jeremy nggak make laptop itu buat kerja sepenuhnya sepanjang kita berbincang-bincang. 

Dari pengakuannya sih, dia  sehari-hari cukup banyak menggunakan laptop kantor yang didapatnya untuk keperluan pribadi. 

Menurutnya, sebagai seorang graphic designer yang tinggal di Jakarta laptop tersebut banyak membantunya menyelesaikan pekerjaan sampingan lain di luar apa yang dilakukannya untuk kantor tersebut.

Prinsip Jeremy sih sederhana, selama kepentingan pribadi itu nggak ganggu flow kerja di kantor, it's gonna be okay for him. 

"Gue masih bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan gue di kantor, nggak apa-apa lah itu mah," kata Jeremy saat berbincang. 

Tapi meski begitu, doi tetap ngelakuin regular back up terhadap data-data pribadinya yang ada di laptop itu. Emang sih, kalau bukan barang pribadi kadang kita bakal jadi was-was sama data yang kita miliki. 

Jeremy bilang kalau laptop itu juga punya sistem dari perusahaannya yang menyulitkan dia untuk melakukan hal-hal aneh kayak mengakses situs porno atau bahkan main judi. 

Artinya, perusahaan tempat doi kerja juga punya kuasa atas pengawasan penggunaan laptop tersebut. Menurut gue sih, selama itu produktif pasti perusahaan juga nggak bakal rese sih sama penggunaan alat kantor. 

"Mereka sistemnya prevent kita buat search dengan keyword-keyword sensitif," tambah dia. 

Dilansir dari zdnet, ada satu cerita soal insiden keamanan siber penggunaan komputer kantor untuk kepentingan pribadi di Amerika yang bisa jadi pelajaran buat kita Civs. Kasus ini melibatkan mantan direktur CIA John M. Deutch yang pada 1996 lalu meninggalkan posisinya.

Kala itu, pemerintah AS menyetujui peminjaman komputer kantor (biro intelijen di Amerika) kepada Deutch. Dengan catatan komputer itu tidak boleh digunakan untuk pekerjaan pribadi, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan transfer data pribadi. 

Singkat cerita, seiring berjalannya waktu ternyata banyak anggota keluarga Deutch yang memiliki akses untuk masuk ke komputer tersebut. Istrinya menggunakan komputer untuk membuat laporan perjalanan resmi, ada juga keluarga yang mengakses perpustakaan universitas. Bahkan, putra Deutch kedapatan juga mengunjungi beberapa situs porno. 

Akibatnya, Deutch dicurigai menjual rahasia pemerintah dan diproses hukum. Tapi akhirnya ada kesepakatan "damai" antara pemerintah dan Deutch sehingga doi nggak dibui. 

Meski begitu nasib sial tetap menimpa dirinya. Deutch harus mengakui perbuatan salahnya itu dan membayar denda sekitar US$5.000 kala itu. 

Ada hikmah yang bisa kita pelajari dari kasus itu cuy. Jangan lupa kalau properti perusahaan bukan punya kita pribadi. Tanggung jawab jadi kunci supaya nggak ada penyalahgunaan. 

Gue pun mencoba ngobrol dengan pakar keamanan siber Alfons Tanujaya terkait fenomena ini. Di awal perbincangan kami, dia dengan lugas menolak penggunaan alat kantor untuk kepentingan pribadi. 

Menurutnya, banyak risiko yang bisa terjadi akibat hal tersebut. Bukan cuma buat karyawan yang menggunakan alat itu, tapi kata dia, perusahaan juga bisa mendapat bencana gegara tindakan tersebut.

"Perangkat komputer untuk kantor sangat disarankan untuk dipisahkan dari perangkat pribadi," ucap Alfons. 

Kan karyawan jadi repot kalau harus ganti-ganti alat? 

Makanya lo harus peka sama kemungkinan ini. Menurut Alfons, biasanya perusahaan punya mekanisme buat mengawasi penggunaan alat-alatnya di luar kantor. 

Kalau lo pakai alat itu untuk keperluan yang sangat pribadi, maka jangan kaget kalau data-data pribadi kayak email, foto, atau dokumen lain bisa mudah diakses oleh administrator atau rekan kerja di kantor.

Misalnya, lo pakai email kantor atau Google Cloud buat nyimpan-nyimpan data pribadi. Admin di perusahaan itu bisa me-revoke password untuk mengintip data yang disimpan. 

"Hal ini tentunya akan mempermalukan pemilik data jika datanya bersifat sensitif atau rahasia," jelas Alfons. 

"Kalau gadget sering berpindah tangan, kredensial akun sangat berisiko buat bocor dan disalahgunakan," tambahnya. 

Nah nggak cuma itu, Alfons mengingatkan kalau perusahaan tempat kita bekerja itu biasanya punya data yang sifatnya rahasia dan sensitif sehingga harus dilindungi. 

Biasanya, akses ke data perusahaan bisa dilakukan melalui jaringan tertutup atau intranet sehingga aman dari kebocoran. Biasanya celah keamanan itu yang benar-benar dilindungi perusahaan dari dalam.

Tapi hal itu bisa jadi bencana kalau misalnya pegawai perusahaan menggunakan alat kantor untuk kepentingan pribadi. Misalnya mengunduh software bajakan atau bahkan mengakses situs film bajakan hingga porno. 

Jaringan kantor lo nantinya bakal dimungkinkan buat diinfiltrasi sehingga kebocoran data bisa terjadi. Caranya, lewat malware, ransomware ataupun risiko lain. 

"Itu celah favorit yang paling mudah dieksploitasi. Kalau ingin menyerang komputer di intranet kantor kan sulit karena diproteksi firewall dan lainnya. Sekali komputer di luar kantor, itu jadi mudah diserang," jelasnya. 

Gimana Civs, kira-kira lo jadi takut pakai alat kantor buat keperluan pribadi atau cuek aja masa bodo? (*/)

BACA JUGA: PAHITNYA GEN Z CARI KERJA: BELUM KERJA UDAH KENA PUNGLI

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!