Esensi

PEREMPUAN PENYUMBANG SAMPAH TERBANYAK DI DUNIA?

Kalian sebagai perempuan pernah berpikir kalau kita termasuk penyumbang sampah terbanyak nggak sih, Civs? Apa saja sih yang sudah kita sumbangkan dan apa saja solusinya?

title

FROYONION.COM - Saat ini, sampah baik organik maupun anorganik menjadi masalah serius yang mengancam keselamatan kita semua, begitu juga keselamatan alam. Bagaimana tidak? Limbah yang menyumbat aliran sungai menjadi salah satu penyebab kerusakan ekosistem.

Mengapa saya menyebut perempuan menjadi penyumbang sampah terbanyak di dunia? Karena perempuan merupakan korban dari sampah plastik dan pengaruhnya diwariskan ke keturunannya. 

Mengapa seperti itu? Menurut Emily Penn (salah satu pendiri dan direktur misi eXXpedition kepada Nuraki Aziz yang melaporkan untuk BBC Indonesia), plastik menjadi bagian sangat kecil yang kemudian masuk ke dalam makanan. Ia juga melakukan tes darah dan menguji 35 bahan kimia yang dilarang karena beracun, ternyata ia memiliki 29 bahan beracun tersebut di dalam darahnya.

Sebagai perempuan, memiliki bahan kimia ini saat hamil sangatlah buruk dan bisa mewariskannya ke anak-anak. Itulah isu yang sangat terpusat dan cukup serius oleh perempuan.

Jadi sampah apa saja yang sudah disumbangkan oleh para perempuan ini? Mengapa menjadi isu yang sangat serius?

SAMPAH ORGANIK

Saya sebagai wanita juga menyadari bahwa saya juga menjadi penyumbang sampah organik, salah satunya tisu bekas lap muka setelah mandi. Apalagi sebagai acne fighter seperti saya, sangat bergantung sekali dengan tisu karena kulit wajah sangat sensitif.

Sampah kapas bekas membersihkan make up juga menjadi masalah bagi lingkungan. Perempuan dituntut untuk berpenampilan menarik dan salah satunya make up. Saya sendiri akhir-akhir ini juga memperhatikan anak muda yang lebih on point dandanannya daripada perempuan dewasa lainya. Apalagi sekarang jamannya sekolah online, para perempuan ini lebih bebas berdandan karena ketika di sekolah mereka tidak boleh berdandan. Itulah yang membuat sampah kapas makin banyak.

Perempuan juga boros ketika menggunakan masker, karena make up yang menempel di masker itu tadi yang membuat para perempuan ini bergonta ganti masker. Sebenarnya bisa saja menggunakan masker kain, tetapi untuk yang kulitnya sensitif dan acne fighter, tidak semudah itu.

SAMPAH ANORGANIK

Kalian sebagai perempuan pasti tidak asing lagi dengan sampah pembalut kalian. Bukan begitu? Apalagi ketika membuangnya harus dibungkus plastik, sudah double itu sampahnya, Civs.

Tidak hanya itu, perempuan juga penyumbang sampah bekas skincare dan kosmetik yang sudah tidak terpakai, seperti tempat bedak, jar krim, bahkan botol kaca bekas serum. Saya sendiri mengakui banyaknya sampah skincare yang telah saya sumbangkan untuk dunia ini.

Ketika sedang haid juga, perempuan cenderung lebih banyak makan dari biasanya. Entah itu makanan ringan, maupun minuman kemasan. Minimarket adalah solusi ketika ingin makan banyak, dan pastinya banyak juga makanan ringan yang dibeli, walaupun tidak semua orang seperti itu.

Dan masih banyak lagi sampah yang telah kita keluarkan. Apalagi perempuan yang suka memasak, sampah dapurnya banyak sekali.

Itulah mengapa perempuan menjadi penyumbang sampah terbesar di dunia ini. Lalu bagaimana solusinya untuk mengurangi sampah yang telah kita keluarkan?

SOLUSI

Mungkin cukup susah bagi perempuan untuk mengurangi sampah yang telah ia keluarkan. Saya pun cukup kewalahan untuk meminimalisir sampah tersebut.

Saya akan membagikan apa saja yang saya lakukan untuk meminimalisir sampah yang saya keluarkan. 

Pertama, saya mengganti pembalut saya dengan menstrual cup. Sebetulnya saya juga bingung apakah ini salah satu solusi terbaik atau bukan, mengingat bahan bakunya terbuat dari silikon lateks dan ada beberapa orang yang sensitif terhadapnya, tetapi ada juga yang berbahan 100 persen medical grade silicone. Balik lagi, ada harga ada kualitas, Civs. Setidaknya ini bisa mengurangi sampah pembalut yang kita keluarkan.

Kedua, saya biasanya sebulan menghabiskan satu kotak tisu yang berisi 200 lembar, sekarang bisa menghabiskannya dalam waktu 2 bulan. Saya membiarkan wajah saya kering dengan sendirinya tanpa menggunakan tisu. Hanya ketika mendesak saja atau buru-buru, baru saya pakai tisu itu untuk mengelap wajah saya.

Ketiga, saya memanfaatkan sampah skincare dan kosmetik dengan ikut Waste4change. Waste4change mengajak masyarakat untuk mengumpulkan sampah skincare terutama kemasan bekas pakai seperti botol plastik dan botol kaca untuk di daur ulang serta menawarkan diri untuk mengolah sampah-sampah skincare yang sudah tidak terpakai. Kalian bisa cek di instagram mereka ‘waste4change’.

Keempat, sebisa mungkin membawa tas atau wadah sendiri ketika membeli sesuatu di luar. Entah itu di minimarket, di mall, di warung nasi goreng, maupun di warung penjual pop ice. 

Kelima, saya belum menemukan bagaimana cara agar mengurangi sampah kapas bekas membersihkan makeup dan masker medis. Sebenarnya banyak produk cotton pad yang beredar di pasaran, tetapi balik lagi, wajah saya sangat sensitif dan tidak bisa menggunakan masker kain juga. Mungkin kalian ada saran?

Itulah beberapa hal yang saya lakukan untuk meminimalisir sampah yang saya keluarkan. Walaupun tidak semuanya bisa saya atasi, setidaknya bisa mengurangi sedikit dari apa yang telah saya keluarkan selama ini. 

Yang terpenting sekarang ini jangan membuang sampah sembarangan dan sebisa mungkin melakukan penghijauan. Kalian juga bisa memanfaatkan sampah organik kalian menjadi pupuk kompos. Hitung-hitung menebus dosa karena terlalu banyak mengeluarkan sampah.

Apakah kalian juga melakukan hal yang sama? Ataukah kalian ada cara lainnya untuk meminimalisir sampah tersebut? Yuk komen di bawah. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dynasti Savira

Investor Reksadana, pro player Blossom Blast Saga, pegiat hidup monoton, dan penikmat seni tapi bukan air. Motto hidup : Semua masalah pasti akan berlalu, iya berlalu lalang.