Esensi

PACARAN SAMA SAHABAT? EITS, PERHATIKAN INI DULU

Sahabatan sama lawan jenis memang rawan buat timbul bibit-bibit cinta. Boleh nggak sih dijadiin pacar aja?

title

FROYONION.COM - Kalau kata orang, berpacaran sama sahabat sendiri biasanya bakal langgeng. Soalnya kita sudah tahu luar dalam masing-masing, sudah nggak jaim lagi, kekurangan, kelebihan, bahkan sampai aib masa kecilnya pun tahu.

Banyak juga yang bilang kalau persahabatan antara lawan jenis nggak mungkin nggak melibatkan rasa suka di dalamnya, meski hanya sedikit. Mau seberapa keras pun kita berusaha menghindarinya, lama-lama luluh juga karena terbiasa bersama. Nah, berawal dari sahabatan, kemudian tumbuh bibit-bibit cinta, akhirnya jadian deh. 

Dengan tingkat kepercayaan diri yang begitu tinggi, lo memulai hubungan percintaan dengan sahabat karena udah yakin bakal berhasil. Gimana nggak, orang selama sahabatan kalian nggak pernah berantem, udah tahu luar dalem tapi tetap bisa saling menerima. Pokoknya lo yakin banget kalau hubungan ini bakal sampai ke jenjang pelaminan. 

Tunggu dulu, jangan terlalu yakin. Adanya perubahan dalam status kalian menandakan bakal adanya perubahan juga dalam bagaimana kalian berperilaku. Bisa juga ada beberapa sikap dan kebiasaan si doi yang lo bisa aja terima pas berteman, tapi ternyata nggak bisa tolerir kalau itu ada di pasangan lo. Dan biasanya lo baru sadar hal ini setelah berpacaran. Yang kayak gini nih, bakal jadi awal mula pertengkaran. 

Sebelum memutuskan buat pacaran sama bestie, ada baiknya lo pertimbangin hal-hal baik dan buruknya. Dari hal baiknya dulu aja nih ya.

Pertama lo nggak perlu merasakan kencan pertama lagi. Ini bisa jadi sisi baik, bisa juga buruk sebenarnya. Buruk kalo lo tipe yang pengen banget ngerasain kupu-kupu di perut, senyum malu-malu dan jaim waktu pertama kali berkencan. Namun, ini bakal jadi hal baik kalau lo tipe yang malas melalui itu semua. Karena bagaimanapun juga, kencan pertama itu ribet. Mikirin mau pake baju apa aja bisa berjam-jam. Takut menimbulkan first impression yang buruk. Udah gitu pas ketemu canggung lagi. Kalau gue sih, skip deh~

Biasanya nih, kalau udah lama sahabatan pasti udah saling kenal orang tua satu sama lain. Momok paling menakutkan buat setiap orang kalau baru pertama kali pacaran adalah dikenalkan ke orang tuanya. Lagi-lagi, karena takut menimbulkan first impression yang buruk dan berakhir hubungan nggak direstui. Kalau lo udah punya hubungan baik dengan orang tua sahabat lo, nggak perlu usaha yang keras-keras banget lah buat direstui hubungan kalian. Apalagi kalau memang orang tua si dia udah suka sama lo. 

Selanjutnya, kalian berdua sudah tahu rahasia satu sama lain. Ini juga bisa jadi pedang bermata dua sih. Sisi baiknya, berarti dia udah bisa menerima lo dengan semua sisi gelap dan terang yang ada. Dia sudah tahu hal itu ketika memutuskan untuk memulai hubungan percintaan dengan lo, dan begitu pula sebaliknya. Namun sisi buruknya bisa juga lo merasa nggak punya privasi. Karena hal yang lo ceritain ke pasangan dan ke pacar bakal berbeda kan?

Intinya sisi baik dari pacaran sama sahabat adalah nggak perlu menyesuaikan diri terlalu banyak, karena kalian sendiri sudah terbiasa dengan kehadiran satu sama lain. Tapi tetap ada beberapa hal yang bakal berubah ya, dan kalian tetap perlu penyesuaian meski nggak sebanyak kalau pacaran sama orang baru.

Sementara itu, hal buruknya adalah hubungan kalian merupakan hubungan yang penuh risiko. Kalau sampai nggak berakhir dengan baik, lo nggak cuma kehilangan cinta tapi juga kehilangan sosok sahabat. Ketika kalian memutuskan untuk berpacaran, maka hubungan pertemanan kalian nggak akan balik lagi seperti dulu bagaimanapun caranya.

Kalau biasanya lo suka curcol sama dia, lo juga kehilangan sosok teman curhat, terutama tentang hubungan. Soalnya sekarang lo pacaran sama teman curhat lo. Nggak mungkin kan curhat tentang hubungan kalian sendiri? Misalnya pun nggak cerita tentang hubungan, terkadang lo tetap membutuhkan teman yang murni hanya berteman untuk memberikan nasehat. Karena terkadang, petuah dari teman lebih jujur dan objektif dibanding pasangan. 

Seperti yang sudah disebutkan di awal, bisa juga ada sifat yang terlihat biasa saja waktu kalian berteman, ternyata nggak bisa diterima waktu jadi pacar. Misalnya aja, dia punya kebiasaan tukang ngaret. Waktu berteman, lo mikirnya “Ah ya udahlah biarin aja.” Eh pas pacaran, lama-lama bete juga. Mungkin awal-awal lo bisa pendam dan ngalah, tapi hal ini bisa jadi bibit pertengkaran lho. 

Hmm, bukannya hal kayak gini bisa diketahui dari awal sebelum memutuskan buat pacaran? Mungkin ada dari kalian yang bertanya-tanya seperti ini. Jawabannya, nggak bisa guys. Percayalah kita baru tahu setelah kita sudah menjalaninya. Soalnya toleransi kita ke teman dan ke pasangan itu berbeda.

Jadi gimana? Lo memutuskan buat tetap pacaran sama teman atau nggak nih? Kalau masih gas pol, ya monggo. Tapi ada beberapa hal yang perlu lo ingat biar hubungan awet. 

Pertama, jangan berpikir kalian akan seperti biasanya. Kegiatan lo bakal berubah, karena yang tadinya ketemu buat main, sekarang ketemunya buat kencan. Dari cara bercanda, cara ngobrol pun pasti beda dan lo harus membiasakan diri. Ingat buat selalu terbuka dengan perubahan.

Hati-hati juga dengan timbulnya kejenuhan. Ibaratnya lo udah temenan sama dia bertahun-tahun, eh sekarang menjalin cinta pun dengan orang yang sama. Tapi kejenuhan bisa dihindari kok, coba lakukan hal yang unik dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Kalau tadinya kalian cuma nonton bioskop bareng atau sekadar makan di restoran, coba cari alternatif lain. Ke toko buku misalnya, jika kalian memang suka buku. 

Terakhir, nggak usah buru-buru mengarah ke jenjang yang lebih serius. Memang sih, kalian sudah saling kenal lama. Tapi kenalnya sebagai teman dan bukan pacar. Yang namanya penyesuaian itu tetap perlu. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Natasya Asalia

Seorang perempuan biasa aja yang suka nulis, baca buku, dan makan.