Esensi

MENGATASI RASA HAUS ATENSI DI ERA MEDIA SOSIAL

Menghindari rasa haus atensi di era media sosial adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup kita. Berikut adalah cara yang bisa kamu ikuti.

title

FROYONION.COM - Pada zaman digital yang semakin maju seperti saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Platform-platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok telah mengubah cara kita berinteraksi, mendapatkan informasi, dan membangun hubungan sosial. Namun, dengan kemudahan akses dan dorongan konstan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, munculah fenomena yang dikenal sebagai "rasa haus atensi" di era media sosial. 

Rasa haus atensi merujuk pada keinginan yang kuat untuk diperhatikan, diakui, dan dihargai oleh orang lain di dunia maya. Media sosial, dengan fitur-fiturnya yang memungkinkan kita untuk membagikan segala aspek kehidupan kita, seakan menjadi panggung virtual di mana kita berusaha untuk menarik perhatian orang lain. 

Banyak orang merasa bahwa jumlah likes, komentar, dan pengikut yang mereka dapatkan di media sosial menentukan sejauh mana mereka diakui dan dihargai sebagai individu. Fenomena ini semakin diperparah dengan adanya perbandingan sosial yang tak terelakkan di media sosial, di mana kita secara tidak sadar membandingkan diri kita dengan kehidupan yang tampak sempurna dari orang lain.

DAMPAK HAUS ATENSI

Namun, dampak dari rasa haus atensi ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup kita. Pertama, dorongan yang terus-menerus untuk mendapatkan perhatian dari orang lain dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Ketika kita tidak mendapatkan jumlah likes atau komentar yang diharapkan, kita mungkin merasa diabaikan atau tidak dihargai. Ini dapat memicu perasaan tidak berharga dan merendahkan diri sendiri. 

Kedua, fokus yang terlalu besar pada media sosial dapat mengganggu hubungan interpersonal dan mengurangi interaksi sosial langsung di dunia nyata. Ketika kita lebih tertarik dengan jumlah pengikut dan like di media sosial daripada membangun hubungan yang nyata dengan orang-orang di sekitar kita, kita dapat merasa kesepian dan terisolasi.

MENGATASI RASA HAUS ATENSI

Untuk mengatasi rasa haus atensi di era media sosial, kita perlu mengembangkan kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup dengan berbagai strategi yang efektif. Pertama, penting untuk menyadari bahwa jumlah likes, komentar, dan pengikut di media sosial tidak menentukan sejauh mana kita dihargai atau berharga sebagai individu. 

Kita harus menghargai diri sendiri tanpa bergantung pada pengakuan dari orang lain di dunia maya. Ini bisa dilakukan dengan fokus pada pencapaian pribadi, pertumbuhan, dan kualitas hubungan yang kita miliki dengan orang-orang di dunia nyata.

Kedua, penting untuk mengatur batasan dan mengendalikan waktu yang dihabiskan di media sosial. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk menggulir beranda atau memperhatikan angka-angka di akun media sosial kita dapat mengarah pada ketergantungan yang merugikan kesehatan mental kita. 

Membuat jadwal dan mengatur waktu yang ditentukan untuk menggunakan media sosial dapat membantu menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Selain itu, kita juga dapat mempertimbangkan untuk menghapus atau menyembunyikan aplikasi media sosial dari perangkat kita sementara waktu tertentu, seperti saat kita sedang bekerja atau beristirahat.

Ketiga, penting untuk membangun koneksi yang lebih mendalam dan bermakna di dunia nyata. Meskipun media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk menjaga hubungan dengan orang-orang di kehidupan kita, kita juga perlu menghargai pentingnya interaksi sosial langsung. 

Menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, atau anggota komunitas dapat memberikan pengalaman yang lebih berarti daripada mendapatkan perhatian dari orang asing di dunia maya. Memperkuat hubungan ini akan membantu mengurangi rasa haus atensi dan meningkatkan kebahagiaan kita secara keseluruhan.

Keempat, penting untuk mengembangkan minat dan hobi di luar media sosial. Ketika kita terlalu fokus pada media sosial, kita mungkin kehilangan minat pada kegiatan di dunia nyata yang sebenarnya membuat kita bahagia. Membaca buku, bermain olahraga, menciptakan karya seni, atau terlibat dalam kegiatan sukarela adalah beberapa contoh kegiatan yang dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan pribadi yang sejati. Dengan fokus pada hal-hal ini, kita dapat mengurangi kebutuhan akan validasi dari orang lain di media sosial.

Kelima, penting untuk melihat media sosial sebagai alat yang digunakan dengan bijak. Alih-alih menggunakannya untuk mencari validasi dan perhatian, kita dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk berbagi pengetahuan, inspirasi, dan koneksi yang bermakna. Kita dapat mengikuti akun yang memberikan konten yang positif dan bermanfaat, serta mengikuti komunitas yang memiliki minat yang sama dengan kita. Dengan demikian, kita dapat memperluas wawasan kita, belajar hal baru, dan menginspirasi orang lain tanpa terjebak dalam siklus perhatian yang konstan.

Keenam, penting untuk menjaga keseimbangan dan memprioritaskan kesehatan mental kita. Jika merasa bahwa media sosial memberikan dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental kita, penting untuk mencari bantuan profesional. Konseling atau terapi dapat membantu kita memahami akar perasaan haus atensi dan mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi rasa tersebut. Juga, menjaga pola tidur yang sehat, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres secara efektif dapat membantu menjaga keseimbangan emosional kita.

Oleh karenanya, untuk mengatasi rasa haus atensi, penting untuk mengembangkan kesehatan mental yang baik dan meningkatkan kualitas hidup dengan menghargai diri sendiri, mengatur waktu yang dihabiskan di media sosial, membangun hubungan yang bermakna di dunia nyata, mengembangkan minat dan hobi di luar media sosial, menggunakannya dengan bijak, dan menjaga keseimbangan serta memprioritaskan kesehatan mental kita. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat menjauhkan diri dari siklus rasa haus atensi dan menjaga keseimbangan yang sehat antara kehidupan di dunia maya dan dunia nyata. (*/)

BACA JUGA: FENOMENA OVERSHARING: NGUMBAR PRIVASI DEMI ATENSI, BIAR APA?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.