Esensi

MENCOBA MENDEFINISIKAN ‘LAKI-LAKI SEJATI’ DARI BERBAGAI PERSPEKTIF (BAGIAN 2)

Viralnya video TikTok Emil Mario menumbuhkan perbincangan baru di kalangan netizen, hingga anak muda Indonesia. Apa sebenarnya definisi laki-laki sejati? Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas soal definisi laki-laki sejati dari perspektif cewek. Kali ini kita bahas definisi laki-laki sejati juga dari perspektif cowok.

title

FROYONION.COMUntuk responden laki-laki, pertanyaan pertama yang gue ajukan apakah mereka merasa sudah jadi laki-laki sejati atau belum. Dua dari sepuluh orang mengaku bahwa mereka sudah merasa sebagai laki-laki sejati. Alasannya adalah karena mereka mengakui kodrat mereka sebagai laki-laki dan menjalankan peran gender laki-laki dengan baik dalam bermasyarakat

“Gue merasa gue sudah menjadi laki-laki sejati karena gue tidak menyalahi kodrat alamiah. Gue juga terus berusaha dan belajar untuk bertanggung jawab atas hidup gue, keluarga gue, hingga nantinya pasangan gue. Gue tahu gue belum sempurna. Tapi titel sebagai ‘laki-laki sejati’ tidak disematkan saat seorang laki-laki udah sukses aja, melainkan proses menuju kesuksesan itu juga perlu dihargai,” kata Franky, laki-laki berumur 26 tahun. Jawaban serupa juga diberikan oleh Ezza yang merasa dirinya sudah menjadi laki-laki sejati. 

Sedangkan delapan laki-laki lainnya merasa bahwa dirinya belum menjadi laki-laki sejati karena merasa belum berhasil sepenuhnya baik di bidang karir, hubungan dengan orang lain, maupun tanggung jawab sosial lainnya. 

“Menurut gue, laki-laki sejati itu laki-laki yang punya prinsip dan dapat memegang teguh prinsipnya. Gue merasa udah punya prinsip, tapi untuk memegang teguh itu yang harus terus gue pelajari,” jelas Rheza, laki-laki berumur 28 tahun.

BACA JUGA: MENCOBA MENDEFINISIKAN ‘LAKI-LAKI SEJATI’ DARI BERBAGAI PERSPEKTIF (BAGIAN 1) 

Dari jawaban mereka, ternyata laki-laki sekalipun memiliki definisi yang berbeda tentang laki-laki sejati. Bahkan tidak semua responden merasa dirinya sudah menjadi laki-laki sejati terutama dari perspektif gender. 

Setelah mendapatkan jawaban tentang definisi laki-laki sejati, para responden dihadapkan dengan situasi laki-laki yang berpenampilan dan memiliki bahasa tubuh yang feminim.

“Laki-laki yang mungkin lebih feminim, belum tentu dia bukan laki-laki sejati. Karena balik lagi ke definisi laki-laki sejati itu yang bisa bertanggung jawab. Kalo dia bertanggung jawab, gue rasa nggak masalah kalo dia mau pake baju cewek atau lebih feminim. Asalkan bukan kodrat yang dilanggar,” jawab Melati (nama samaran), perempuan berusia 23 tahun. 

“Gue punya temen yang dari gestur tubuhnya lebih feminim dari cowok kebanyakan. Tapi dia punya istri dan anak. Bagi gue, dia laki-laki sejati karena terbukti bahwa dia bisa menafkahi dan mengayomi keluarganya sendiri. Gestur yang feminim itu tidak otomatis membuatnya less men,” ucap salah satu responden laki-laki yang tidak ingin disebutkan namanya. 

Dari jawaban-jawaban ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berpenampilan seperti perempuan, asalkan tidak menyalahi kodrat, tidak membuat mereka bukan laki-laki sejati.

Definisi maskulin dan feminim di tengah masyarakat dirasa sudah semakin kurang relevan dengan perkembangan budaya. Contohnya ya ini. Padahal pake matic kan lebih enak apalagi kalau macet. (Foto: 9GAG)
Definisi maskulin dan feminim di tengah masyarakat dirasa sudah semakin kurang relevan dengan perkembangan budaya. Contohnya ya ini. Padahal pake matic kan lebih enak apalagi kalau macet. (Foto: 9GAG)

Para responden juga setuju bahwa pengkajian ulang arti maskulin dan feminim itu diperlukan. Supaya tidak ada lagi yang salah kaprah mengartikan kalau laki-laki yang menangis itu tidak maskulin dan perempuan yang berotot itu tidak feminim. Stigma masyarakat yang mengkotak-kotakan sifat tertentu menjadi maskulin dan feminim juga perlu dikritisi ulang. Hal ini juga merespon kepada perkembangan budaya yang semakin pesat. 

BACA JUGA: 5 KELEBIHAN COWOK INDONESIA DIBANDINGKAN COWOK KOREA

Pada akhirnya setelah gue kaji ulang dan kembali kepada pemahaman masyarakat tentang peran laki-laki, ada beberapa kesimpulan yang gue dapat:

  1. Kodrat laki-laki dan perempuan tidak seharusnya dilanggar apalagi dikompromikan. 
  2. Dari perspektif gender, definisi laki-laki sejati sangat beragam dan dipengaruhi oleh pergaulan, tempat tinggal, hingga tingkat pendidikan masing-masing orang. Karena semua responden memiliki akses kepada pendidikan dan tinggal di perkotaan, maka opini mereka terkesan mirip. 
  3. Laki-laki yang berpenampilan dan/atau berpenampilan seperti perempuan (selama tidak menyalahi kodrat) tidak otomatis dikatakan bukan laki-laki sejati. 
  4. Perlu adanya pengkajian ulang tentang arti maskulin dan feminim. Agar lebih mendalam, lembaga penelitian juga dapat terlibat untuk mengkaji hal ini. 
  5. Diskusi ini sangat terbatas dan dilakukan dalam waktu yang cukup singkat. Sehingga tidak bisa memberikan jawaban ilmiah ataupun yang mendalam. 

Seperti yang dikatakan di awal, pendapat para responden bisa saja masih keliru. Namun setidaknya, kita semua bisa memetik satu hal baik setelah berdiskusi bersama. Juga tidak perlu menyudutkan orang ataupun kelompok tertentu. Menurut gue, hidup berdampingan pada akhirnya bisa lebih membawa damai. 

Terakhir, definisi laki-laki sejati atau maskulinitas pada akhirnya hanya sebatas kata-kata, tapi kemanusiaan tetap berlaku bagaimanapun kondisinya. (*/) 

BACA JUGA: MENURUT LO MANA YANG LEBIH KREATIF, COWOK ATAU CEWEK?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.