Esensi

KLASIFIKASI PENGGUNA INSTAGRAM ANAK-ANAK MUDA

Perkumpulan circle instagram yang sangat mejikuhibiniu nih Civs, alias bermacam-macam. Apa aja itu? Mari kita ulas.

title

FROYONION.COM - Dibanding yang lain entah kenapa saya paling setia pake medsos (baca judul) satu ini. Dibanding medsos lainnya, dengan iming-iming sekalian belanja oleh pengaruh dari para affiliator produk alias TikTok, medsos multitasking dengan isian berbagai antar generasi sampai-sampai penggunanya bingung mau ngapain di sono alias fesbuk dan berbagai medsos lainnya saya lebih senang menghabiskan waktu di Instagram. 

Terhitung seminggu ini lewat hitungan di durasi layar, saya pake Instagram ini lebih dari 13 jam. Itu kalo dibagi 7 sama dengan 1 jam 7 menit per hari. Lumayan lama sih kalo bagiku. Selain medsos Instagram podium satu aku juga ketagihan dengan medsos podium 2 yaitu, Quora. Kalau Quora mungkin kita bahas lain kesempatan ajalah di artikel selanjutnya. 

Dilansir dari data Indonesia berdasarkan usianya, 31,6% pengguna Instagram di dunia merupakan kelompok umur 25-34 tahun. Sebanyak 30,1% pengguna Instagram berusia 18-24 tahun. Sementara, proporsi pengguna Instagram berusia 65 tahun ke atas hanya 2,1%. Di atasnya ada pengguna dari rentang usia 55-64 tahun dengan persentase sebesar 3,7%. 

Jadi, bisa disimpulkan pengguna Instagram ini rata-rata ada dikalangan gen Millenial dan gen Z. Termasuk sahaya bocah gen z ini. Sebagai seorang Gen Z yang kebanyakan terlarut di Instagram. Ijinkan sahaya untuk mengelompokkan para pengguna Instagram ini dengan pengguna rata-rata berasal dari kalangan gen millenial dan gen z. Tentunya berdasar pengalaman pribadi ya, Civs. 

BACA JUGA: MENGENAL INSTAGRAM NOTES, FITUR BARU UNTUK BERINTERAKSI DENGAN FOLLOWERS LO

1. Si Paling Content Creator 

Perkara macam profesi di jaman bonyok (bokap, nyokap) kita waktu di zaman belum ada internet memang terbatas sekali. Kalau ga PNS, Wiraswasta, Petani dan berbagai macam profesi lainnya, pokoknya yang tidak melibatkan internet.

Berdasarkan catatan whois ARIN dan APNIC, protokol Internet (IP) pertama dari Indonesia, UI-NETLAB (192.41.206/24) didaftarkan oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1988. 

Yah, sejak saat Internet era-lah semuanya berubah. Pemuda-pemudi banyak yang bertransisi dari permainan tradisional berganti dengan gawai pencetan. Yang biasanya dipakai untuk bermain snake alias gim ular-ular an. 

Long story short blablabla YouTube, Instagram, Tiktok mulai muncul di toko-toko app. Profesi baru bermunculan terutama dalam pusaran ekosistem sosmed di dalamnya itu. Yang paling mencolok dan menggerakkan ekonomi kreatif ini adalah si content creator. 

Di Instagram jika ingin menjadi content creator semua orang bisa mengambil opsi “Beralih ke Akun Profesional/Kreator”. Dalam fitur kreator kalian bisa menambahkan kredensial kalian sebagai apa aja misal, Blogger, Toko Kelontong, Traveler serta berbagai macam kredensial lainnya yang sudah telah disediakan. 

Maka dari itu sangat banyak sekali para kreator ini di IG sekalipun orang yang tidak pernah buat konten pun bisa juga buat akun kreator ini, jadi jumlahnya tidak bisa dipastikan.

Untuk ciri-cirinya “Si Paling Content Creator” ini bisa dilihat dari seberapa sering dia upload kontennya, kontennya juga nyrempet-nyrempet kredensial dia sendiri biar bisa mengimpresi banyak orang. Masa’ kredensial Traveler uploadnya konten “cara buat seblak” kan ga nyambung.

Bayangkan Instagram tanpa content creator pasti bak kota yang dihantam bom nuklir. 

2. Si Paling Misterius

Entah sejak kapan perkumpulan user-user ini ada. Tapi mereka selalu saja mudah dikenali, mereka selalu dengan embel-embel nol postingan dengan Foto Profil entah kenapa juga dihilangkan dan tak jarang mereka juga kelewat kadang buat story itupun ga tampilin muka. Tapi ketika di-DM biasanya masih dibales sih. Ya mungkin mereka punya alasan tertentu.

3. Si Tukang Komen Berujung Debat Kusir

Interaksi adalah hal yang tak dapat dipisahkan dari makhluk hidup terutama manusia. Dalam hal bermedsos interaksi adalah hal yang tak juga boleh ditinggalkan. Si Instagram memberikan berbagai opsi interaksi mulai dari suka, komen, bagikan, membalas komentar, ikuti, mengikuti.

Terkadang aku suka melihat komentar dari sebuah postingan tak jarang mereka berdebat sampai dopaminnya tumpah-tumpah. Kalau di Twitter fenomena ini dijuluki sebagai twitwar. Kalau ig?? hmm apa ya... ga cocok juga medsos satu ini dijuluki medsos bertempur.

4. Si Paling Oversharing

Kalau ini kebalikan dari “Si Paling Misterius”. Postingannya pasti lebih dari satu, story sampai titik-titik seminggu sampai 7x. Mengupload kegiatannya dari bangun tidur hingga beranjak tidur.

Oversharing memang bagai pedang bermata dua disatu sisi ingin membagikan informasi di satu sisi lainnya membahayakan diri kita sendiri. Jadi pertimbangkan baik-baik untuk menjadi “Si Paling Oversharing.”

5. Si Paling Dump

Menjemput akhir tahun ini nantikanlah berapa banyak teman kalian di Instagram memakai tag “DesemberDump” di akhir bulan nanti. Tren dump-dump an ini memang aga mirip-mirip si #latepost. 

Aturan tren ini sederhana cukup memakai foto-foto di galeri kita sesuai rentang bulan saat ini yang tersemat di belakang ...dump-nya lalu bisa kalian post di Reels, Story, Feed whatever pokoknya. 

Umumnya per-dump-an ini berformat grid dan slide show dengan komposisi musik yang pas, sesuaikan kreativitas aja sih kalo itu. Selamat jika sudah begitu kalian bisa menjadi si paling dump.

 Kalo dipikir-pikir arti dari dump sendiri kan “membuang”kan ya. Mungkin tren ini bermaksud membuang foto-foto kita yang jelek-jelek, kek ditunjukkan sementara pada khalayak setelah itu dibuang gitu loh. Jadi, bisa disimpulkan lagi tren ini sebenarnya hanya cocok diterapkan di Instastory karena hanya berlaku 24 jam untuk disaksikan.

Itulah beberapa Klasifikasi pengguna Instagram menurut pengalamanku selama berselancar di Instagram. Masih banyak sebenarnya dan bisa juga user-user itu menjadi alter ego, triple ego alias bisa melebur jadi beberapa klasifikasi dari yang aku sebutkan diatas. Bisa juga menjadi orang yang lain lagi di bagian yang lain yang kelewat kusebutkan.

Akhir kata setiap orang pada kodratnya punya ciri khas masing-masing ya Civs untuk mencitrakan dirinya baik di sosmed maupun real world selama tidak melanggar hukum, yok tetaplah jadi diri kalian sendiri yaa Civs dan jangan lupa untuk tetap selalu berkarya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Roni Jonok

Pengangguran yang kebanyakan freelance, kalau lagi edgy bertransformasi jadi freelance yang kebanyakan nganggur. Bisa fotografi, videografi dan desainer grafis tingkat dasar sesekali nulis kalo lagi butuh duit.