Esensi

INI YANG HARUS LO TAU JIKA INDONESIA MEMBANGUN SEKOLAH METAVERSE

Banyak cara belajar online baru yang diperkenalkan di dunia pendidikan. Salah satunya adalah melalui dunia metaverse. Tapi bagaimana jika Indonesia membangun sekolah metaverse?

title

FROYONION.COM - Pengembangan metaverse mulai diterapkan ke berbagai aspek kehidupan. Mulai dari industri pariwisata, industri musik, industri jasa keuangan, sampai nggak kalah penting dunia pendidikan. 

Sebagian dari kalian mungkin sudah tau, belum lama ini China membagun sekolah metaverse pertama di dunia. Melalui Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong atau Hong Kong University of Science and Technology (HKUST), mereka membangun gedung sekolah kembar digit al fisik pertama di dunia di dunia maya.

MetaHKUST adalah nama kelas virtual reality campuran yang dibangun HKUST, yang memungkinkan siswa dari berbagai lokasi untuk menghadiri kelas seolah-olah mereka berada di ruangan yang sama. Rencananya, kampus ini akan diresmikan pada 1 September 2022.

BAGAIMANA JIKA DITERAPKAN DI INDONESIA?

Sebetulnya pembelajaran melalui metaverse di Indonesia, secara bertahap mulai dikembangkan. Salah satunya oleh startup pengembang aplikasi edukasi teknologi yang berfokus pada dunia pendidikan, yaitu Cakap.

Cakap mulai menerapkan teknologi terbaru metaverse yang nantinya membuat para siswa bisa belajar pakai teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan Artificial Intelligence (AI). Tentunya ini akan menyenangkan dan membuat mereka semangat.

Lo tau kan materi-materi pendidikan di Indonesia terbatas pada buku dan video saja. Nah melalui metaverse, lo dengan mudah melihat secara virtual objek dunia Metaverse yang telah dibuat untuk mempelajari hal baru, misalnya tentang sejarah, kedokteran bedah dan lainnya.

Nggak cuma siswa aja, penerapan metaverse ini juga memberikan guru kemudahan dalam mengajar. Misalnya, guru jadi bisa menunjukkan benda-benda sejarah secara realtime tanpa harus pergi ke museumnya.

Di sisi lain, jika metaverse diterapkan di sekolah di Indonesia, kemungkinan nggak berjalan mulus. Secara biaya, mengembangkan teknologi ini nggak murah. Belum lagi, perlu adaptasi dan training untuk pengajar maupun murid-muridnya ditambah device untuk mempraktekannya.

Mungkin juga perlu adanya ekosistem yang dibuat seperti di HKUST. Misalnya materi untuk dunia virtual, seperti avatar, NFT, token, atau penyedia karya virtual mereka sendiri yang membuat mereka berkembang.

BAKAL SULIT DITERAPKAN DI INDONESIA DALAM WAKTU DEKAT

Associate Professor SEB Telkom University Andry Alamsyah bilang pengembangan teknologi dan platform edukasi via Metaverse membutuhkan investasi yang mahal. Tetapi memang manfaatnya banyak sekali di dunia pendidikan khususnya pendidikan di Indonesia.

"Problemnya di Indonesia belum mungkin diterapkan dalam waktu dekat, karena untuk membuat konten seperti itu investasinya sangat mahal," katanya melansir CNN Indonesia.

Nah untuk penyediaan platform ini tentu nggak mudah. Menurut Andry, untuk membuat konten belajar di Metaverse akan diperlukan riset yang cukup panjang untuk pembuatan konten, animasi, serta tampilan.

"Misalnya, chef yang masak, dia harus tahu berapa lama nanti telur matang. Kan harus dimasukkan ke dalam programnya. Itu perlu riset dulu baru bikin kontennya, bikin animasinya, bikin tampilannya," ujarnya.

Ada juga masalah lain Civs, yaitu kondisi kecepatan internet Indonesia yang kurang cepat alias lemot. Secara ideal, internet harusnya berkecepatan tinggi agar pengalaman penggunaan platform belajar via Metaverse tersebut bisa maksimal.

GIMANA KALO KATA ANAK MUDA?

Gue pun sedikit melakukan wawancara singkat dengan dua anak muda, menanyakan teknologi metaverse jika diterapkan di pendidikan Indonesia. Mereka menjawab tanpa ragu dan punya jawaban yang berbeda. Mungkin ini bisa mewakili sebagian anak muda Indonesia.

Febri (24 tahun) bilang penerapan metaverse di dunia pendidikan Indonesia akan sangat membantu para guru dan murid. Dengan aksesnya yang nggak terbatas, mereka bakal bisa menjelajah kemanapun, dimanapun dan mencari apapun.

“Canggih banget dong (kalo diterapkan di sekolah). Pengetahuan mereka bakal jauh lebih luas, lebih pintar, lebih siap juga buat kemajuan teknologi selanjutnya,” katanya saat diwawancarai, Senin (8/8/2022).

Tapi sebelum penerapan di sekolah, ia pun menyoroti soal pemerataan internet. Kata Febri jika ini berhasil diaplikasikan seperti China yang lebih dulu menerapkan sekolah metaverse, mungkin hal yang pertama bisa kita lakukan adalah pemerataan internet di pelosok negeri.

“Kalo emang (metaverse) mau diaplikasikan, ya buat anak-anak di pelosok juga. Jadi bukan cuma buat anak-anak yang tinggal di kota-kota besar. Tapi yang mesti jadi catatan, benerin aja dulu akses internet di kampung-kampung biar menunjang metaverse,” ujar Febri.

Memang hal ini menjadi sangat penting apalagi soal pendidikan yang wajib merata hingga ke pelosok. Febri juga bilang kalo misalnya metaverse hanya untuk diakses pendidikan anak-anak kota, ujungnya nggak menyelesaikan masalah.

“Tapi kepikiran goals buat applied metaverse di pendidikan tuh apa dulu, kalo cuma buat gaya-gayaan industri 4.0 mending nggak deh cuma ngabis-ngabisin anggaran dan tujuannya kurang tepat sasaran,” katanya.

Sementara, Rizky (22 tahun) bilang penerapan metaverse di dunia pendidikan bakal jadi teknologi yang membuat seseorang semakin pintar dan berkembang. Apalagi metaverse berkaitan dengan koneksi emosional.

“Kenapa emosional? Dengan teknologi metaverse para pengguna bisa bersosialisasi, berinteraksi, bertransaksi, hingga untuk pelatihan pengembangan sumber daya manusia,” ujarnya.

Meski hal ini bisa banget dilakukan ketika bertemu seseorang saat aktivitas di luar, dengan teknologi metaverse ini, kemampuan sosialisasi juga semakin terasah dan berkembang. Menurutnya ini bakal cocok sama lo yang punya kepribadian introvert.

Lebih lanjut, teknologi metaverse ini bikin seseorang lebih bersiap menjadi kreatif dan inovatif. Dengan lo bertukaran pikiran, ide-ide kreatif bakal mudah diciptakan. Karena menurutnya, pendidikan Indonesia saat ini perlu ide kreatif di dalamnya.

“Dan siapapun bisa memaksimalkan potensi-potensi hebatnya di sini,” kata Putra.

Kalau menurut lo Civs, gimana? Setuju nggak kalo kegiatan sekolah di Indonesia bakalan pake Metaverse? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.