Esensi

‘FANTA G SPOT’ ANGKAT REALITAS KEHIDUPAN SEKSUAL WANITA

‘Fanta G Spot’ digadang-gadang jadi drakor "panas" karena episode awalnya saja sudah menampilkan adegan ranjang. Ternyata, di balik adegan tersebut, banyak pesan yang ingin disampaikan terutama terkait sex education.

title

FROYONION.COM - Kayanya film atau series yang ada adegan dewasa atau sebut saja misal have sex sering kali jadi sorotan ya, Civs. Apalagi, di Indonesia hal-hal kaya gitu masih tabu untuk dijadikan topik pembicaraan, dan kita juga barang kali ga pernah diperkenalkan atau diberi kesempatan untuk mengenalnya sedari kecil. Jadilah, tiap ada scene kissing dan seterusnya, kita kaget. 

Rasa kaget itu mungkin kita alami karena latar belakang pengalaman budaya yang berbeda tentunya. Film Indonesia mana sih yang menampilkan hal itu? Pun lagi-lagi, kita tak pernah disuguhkan tentang hal-hal itu, baik terkait seks maupun hubungan intim. 

Gue masih inget, dulu waktu SMP, di mata pelajaran IPA, ada bab yang membahas tentang reproduksi. Kita dikenalin tuh sama alat-alat reproduksi. Tibalah waktunya saat Bu Hera, guru gue waktu itu, menjelaskan tentang alat reproduksi wanita: dari vagina sampai rahim. Dan lo tau Civs? 

Gatau kenapa satu kelas pada cengengesan, apalagi cowok-cowok ketawanya paling keras. Kalau cewek-ceweknya sih pada diem karena malu pasti ya. Keliatan banget ya iklim “objektivikasi perempuan” nya, duh. 

Kenapa gue cerita hal itu? Hmmm, gue pikir hal semacam itu mestinya jangan sampai terjadi, Civs. Gimana ya, kenapa diajak mengenal edukasi seks pikirannya malah kemana-mana, gitu. Dari situ gue mafhum sih kenapa pendidikan seks di Indonesia sulit dilakukan mengingat banyaknya hambatan. Selain karena siswa/i belum tahu dan belum siap karena ga dikenalin orang tuanya sejak kecil, mungkin juga ada yang udah tahu tapi malah tertarik dengan “hubungan seks” nya saja.

BACA JUGA: EFEK POSITIF DARI ‘BDSM’ BAGI KESEHATAN MENTAL YANG BELUM LO KETAHUI

Nah, bicara soal sex education, mungkin lo langsung ingat sama series yang memiliki judul yang sama. Dengan tiga season-nya itu, gue pribadi tidak menyelesaikannya lebih lanjut karena: edukasi yang dikemas terlalu kasar bagi gue yang masih polos, huft. Sekarang, gue udah masuk kepala dua dan tontonan gue udah berkembang tentunya, hahaha bercanda Civs. 

Salah satu series yang lagi gue tonton saat ini cukup memenuhi ekspektasi gue, di mana kemasannya lebih smooth. Namanya, Hit The Spot, atau sering disebut juga Panta G Seupat, Fanta G Spot, Fantasy Spot, dan lain sebagainya. Dari sini, kita mungkin bisa menyebutnya drakor (drama korea) karena ini adalah series garapan Coupang Play yang rilis Desember lalu dengan sepuluh episode yang disajikan (meski kemudian jadinya cuma 8 episode).

Menurut gue, sex education seharusnya ga melulu memberikan panggung pada “bagaimana cara melakukan hubungan seks yang safety, dan bla bla bla”, tetapi juga dengan mitos dan realitas yang mengelilinya. Nah, di drakor ini, gue mendapatkan hal itu. Drakor ini banyak mengangkat isu terkait seks dari kacamata perempuan, yang suara-suaranya sering kali dipinggirkan. 

Di sini, gue akan bahas dua highlight pesan yang ngena dari dua episode pertama drakor ini. Dua saja, karena kalau semuanya, selain akan jadi spoiler artinya gue jatuhnya buat summary dong Civs, hehehe.

“Kepuasan saat berhubungan seks seharusnya milik perempuan juga” 

Series ini mostly bercerita tentang Son Hee Jae dan Mi Na, dua sahabat perempuan yang juga merupakan rekan kerja. Mereka adalah konselor seks yang kemudian ditunjuk untuk menjadi host dalam acara podcast berjudul sama: Hit The Spot. Topik setiap episode dalam podcast yang dibawakan tersebut, sejalan dengan alur cerita drakor ini.

Hee Jae, memiliki pasangan dan hubungannya telah berlangsung selama lima tahun. Dengan waktu yang lama tersebut, tak terhitung pula sudah berapa kali pasangan ini having sex. Meski begitu, sebanyak apa pun gaya dan nuansa yang Hee Jae bawa saat melakukan seks, ia ternyata ga pernah mencapai dan mendapatkan orgasme –suatu rasa “kepuasan” yang sering juga dianggap sebagai klimaks dalam berhubungan seks–, Civs. Hee Jae mengaku kalau selama ini ia hanya berpura-pura senang dan puas saja, dengan alasan tidak mau membuat pasangannya kecewa.

Kenyataan itu, sejalan dengan riset The Pleasure Gap 2022, bahwa satu dari tiga perempuan Indonesia berpura-pura mencapai klimaks saat melakukan hubungan intim. Penelitian lain juga mengatakan, hanya 21% wanita di Australia yang benar-benar mendapatkan orgasme.

Penasaranlah Hee Jae dengan apa  yang namanya orgasme itu. Ia pun menyampaikan apa yang dirasakannya tersebut pada pacarnya. Tapi, respons yang diberi pacarnya justru malah menambah kekecewaan Hee Jae. Pacarnya malah menganggap Hee Jae mungkin mengidap anorgasmia –ketidakmampuan mencapai orgasme– karena merasa dirinya sudah “hebat” dalam memberikan perlakuan intim. Hee Jae tentu menyangkal, dan memang kenyataannya tidak. 

Respons kurang baik yang diberikan pacar Hee Jae ini mungkin juga pernah dilakukan oleh cowok di luar drakor ini juga. Percayalah Civs, pasanganmu bukan bermaksud merendahkan, hanya memang itu yang dirasakan. Sebagian wanita memang kesulitan orgasme, dan itu dipengaruhi banyak hal.

Maka dari itu, tindakan Hee Jae dengan membeli sex toy untuk dipakai saat berhubungan seks dengan pacarnya sebetulnya bisa saja menyelamatkan hubungan mereka. Karena, beberapa sex toy memberikan pengalaman berbeda dalam merangsang seksual wanita. Tapi sayangnya, pacarnya Hee Jae egois dan malah merasa tersinggung, padahal tujuan Hee Jae baik.

Jadi, alangkah baiknya obrolan tentang seks bisa didiskusikan dengan baik sama pasangan lo, Civs. Karena, perempuan juga berhak merasakan kepuasan seksual. Seks itu untuk bersama dan bukan hanya untuk kepuasan laki-laki. 

“Masturbasi bukanlah sebuah dosa dan tidak ada salahnya menyenangkan diri” 

Balik lagi ke Hee Jae Civs, karena dia ga bisa mendapatkan orgasme dalam berhubungan seks dengan pacarnya, akhirnya dia mengandalkan dirinya sendiri. Sesuai dengan arahan temannya, Mi Na.

Tibalah saat ia pulang dan bagian itu mungkin ga akan gue ceritain ya, Civs. Singkatnya, Hee Jae akhirnya mendapatkan orgasme saat melakukan masturbasi –kegiatan merangsang alat kelamin secara mandiri–. 

Kegiatan menyenangkan diri sendiri ini, masih mendapat stigma negatif. Apalagi bagi kita, yang sebagiannya mungkin memiliki kepercayaan dan kultur yang “sensitif”, seolah-olah kegiatan masturbasi apalagi jika dilakukan oleh perempuan adalah sebuah aib, adalah sebuah dosa, sebab melenceng dari norma. 

Padahal, selain bermanfaat bagi kesehatan, seperti kata Mi Na “Mengapa kita harus merasa bersalah karena menyentuh tubuh kita sendiri? Jangan merasa bersalah dan sentuhlah diri sendiri!” menyoal hal itu untuk kesenangan diri.

Tentunya, bukan berarti gue membenarkan kegiatan masturbasi yang dirangsang oleh visual dewasa atau gambar cewek yang lo suka misalnya ya, Civs. Karena bagi gue pribadi, itu adalah sebuah bentuk pelecehan tersendiri bagi “korban” yakni orang yang bersangkutan. 

Gini deh, konten pornografi itu kebanyakan memakai sudut pandang laki-laki kan? Ga sedikit juga yang menampilkan wajah jelas pemeran ceweknya, sementara cowoknya disensor. Apa lagi kalau bukan yang namanya pelecehan? Bisa juga kekerasan simbolik, tuh.

Mengetik tulisan kali ini akhirnya membuat salah satu keresahan gue terekspresikan sepertinya. Terima kasih untuk Hit The Spot yang sudah membuka jalannya.

Drakor yang memiliki genre komedi romantis ini bisa dimuat  dalam list rekomendasi series yang harus lo tonton, Civs. Selain edukasi seks dan pesan yang ingin disampaikannya, drakor ini juga sekali lagi, merepresentasikan kehidupan seks dari kacamata perempuan, yang sekali lagi, suaranya kerap kali dipinggirkan –bukan terpinggirkan–. 

Selain itu, plot cerita juga berjalan mulus, mudah dipahami, sehingga bisa untuk dinikmati. Lo ga perlu nonton sambil buka kamus, Civs. Sinematografi yang diusung pun terbilang rapi, ramah untuk mata, bahkan aesthetic sekali pun. Salah satunya, termasuk bagian yang paling gue suka: scene saat pendengar podcast Hit The Spot melakukan masturbasi. Coba lo tonton aja deh, begitu dramatis, smooth, indah sekali pun –aesthetic lah ya–. Kaya bukan kegiatan masturbasi yang kita bayangkan, Civs, yang kasar dan penuh gairah– stop sampai situ aja hahaha.

Mungkin, segitu gambaran dari gue kenapa drakor ini bisa jadi pilihan untuk lo tonton. Terakhir, gue cuma mau bilang, selamat menonton dan selamat belajar ya, Civs! Enjoy your watching time. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Lugina Nurul Ihsan

Mahasiswa paruh waktu, menulis untuk menemukan jawaban.