Esensi

DUNNING-KRUGER EFFECT: SAAT LO MERASA PALING SMART DAN TAU SEGALANYA

Risih ketemu orang-orang sok tau di dunia nyata maupun dunia maya? Atau jangan-jangan lo sendiri sering dibilang sok tau? Coba deh pahamin Dunning-Kruger Effect dulu.

title

FROYONION.COM - Pernah nggak Civs lo lagi asyik scrolling Twitter, terus nemuin netizen yang berargumen bak seorang pakar di kolom komentar, tapi setelah lo cek argumennya sama sekali nggak sesuai data? Risih dan cukup mengganggu bukan? 

Mungkin fenomena ini sudah biasa di era medsos sekarang, apalagi mendekati tahun 2024 yang mana bakal jadi tahunnya kontestasi politik. Jadi jangan kaget kalau akan semakin banyak muncul orang-orang inkompeten tapi berlagak ahli yang bermunculan di timeline sosial media lo.

Nah tau nggak Civs sebenarnya fenomena semacam ini pernah dikaji dalam ilmu psikologi sosial. Ada teori khusus yang dikenal sebagai "Dunning-Kruger Effect" dan terdapat cerita menarik dibalik terciptanya teori ini. Sebenarnya apa sih Dunning-Kruger Effect itu? Biar lebih paham kuy terus simak artikel ini…

TEORI BIAS KOGNITIF

Mengutip definisi dari Encyclopedia BritannicaDunning-Kruger Effect adalah suatu fenomena di mana seseorang keliru menilai kemampuannya sendiri sehingga merasa dirinya lebih kompeten daripada orang lain. Sederhananya Dunning-Kruger Effect ini adalah kondisi bias kognitif yang terjadi pada diri seseorang.

Contohnya nih lo punya temen di tongkrongan yang kalau ngomong sok tau banget. Terus kalau lo crosscheck lagi, apa yang diomongin seringkali nggak valid. Nah orang-orang seperti ini yang bisa dibilang rentan terperangkap Dunning-Kruger Effect.

Teori Dunning-Kruger Effect ini pertama kali dicetuskan oleh David Dunning dan Justin Kruger, dua orang profesor psikologi sosial dari Cornell University pada tahun 1999. Berkat temuan teorinya, David Dunning dan Justin Kruger dianugerahi Nobel Prize pada tahun 2000.

BACA JUGA: 5 REKOMENDASI CHANNEL TENTANG SELF IMPROVEMENT BUAT ANAK MUDA KREATIF

Ada yang menarik di balik terciptanya teori ini Civs. Dilansir dari New York Times, David Dunning dan Justin Kruger tertarik meneliti fenomena ini karena terinspirasi kasus perampokan bank yang dilakukan McArthur Wheeler pada tahun 1995. 

Aksi perampokan Wheeler terbilang unik karena Wheeler mengoleskan perasan air jeruk lemon yang ia yakini akan membuat wajahnya tidak terlihat oleh kamera CCTV. Wheeler berpikir hal ini akan sama seperti menulis dengan tinta perasan air jeruk lemon, maka tulisannya akan tidak terlihat. 

Kasus perampokan yang nampak konyol tersebut menggugah keingintahuan David Dunning dan Justin Kruger untuk melakukan riset lebih lanjut dari aspek psikologis. Setelah melalui proses riset, David Dunning dan Justin Kruger menyimpulkan bahwa orang yang tidak memiliki pengetahuan atau kemampuan justru cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan cenderung berlebihan menilai keahlian yang ia miliki.

Dalam salah satu makalahnya, David Dunning menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terjebak dalam perangkap Dunning-Kruger Effect. Pertama, ketidakmampuan untuk mengenali kelemahan dan kesalahan diri sendiri. 

David Dunning menyebutnya dengan istilah "Double Burden" atau “Beban Ganda”. Maksudnya gini, selain menyebabkan kinerja buruk dalam bidang yang mereka tidak kompeten, kurangnya pengetahuan juga membuat mereka tidak dapat mengenali inkompetensi mereka sendiri. 

Kedua, kurangnya metakognisi. Metakognisi yaitu proses mengamati dan mengendalikan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam diri kita sendiri. Seseorang yang mengalami Dunning-Kruger Effect seringkali hanya mampu mengevaluasi diri berdasarkan perspektif mereka sendiri yang subjektif. Dari perspektif atau sudut pandang yang terbatas ini lah mereka merasa sangat terampil, berpengetahuan, dan lebih unggul daripada orang lain gitu, padahal mah nggak. 

Ketiga, kurangnya pengetahuan. Bapak teori evolusi kita, Charles Darwin dalam ‘The Descent of Man’ telah mewanti-wanti sedari dulu bahwa: "ketidaktahuan lebih sering melahirkan kepercayaan daripada pengetahuan". Kurangnya pengetahuan tentang suatu subjek dapat membuat orang dengan keliru percaya bahwa mereka telah tahu semuanya. Ini bisa jadi bahaya dan berbuntut pada Dunning-Kruger Effect.

Udah mulai kebayang kan Civs siapa aja punya kecenderungan ini? Atau jangan-jangan lo sendiri Civs? Wah jangan sampai deh ya.

SOLUSI DARI DIRI SENDIRI

Meskipun terkesan sepele, Dunning-Kruger Effect ini dapat menyebabkan masalah yang lebih serius di dunia nyata maupun dunia maya. Nah terus, siapa saja sih yang rentan mengalami Dunning-Kruger Effect? 

Well, kenyataan pahitnya kita semua rentan terperangkap dalam Dunning-Kruger Effect ini Civs, apalagi kini kita hidup di era yang dibanjiri dengan 'fake news' dan 'alternative facts' yang makin bikin pusing.

Hal Ini dikarenakan mustahil bagi setiap orang untuk mampu kompeten di semua bidang. Misalnya nih ya, seorang musisi belum tentu terampil dalam permainan sepak bola, dan begitu juga sebaliknya.

Terus apa yang bisa kita lakukan agar mampu menilai diri sendiri secara realistis, seobjektif mungkin dan, tentu saja agar tidak jatuh dalam perangkap Dunning-Kruger Effect? Pertama, terus belajar dan berlatih. Yup... I know Civs, memang terkesan klise tapi memang ini hal paling sederhana yang dapat kita mulai lakukan. 

Alih-alih berasumsi bahwa kita tahu semua yang perlu diketahui tentang subjek tersebut, terus pelajari subjek tersebut. Gali lebih dalam lagi! Semakin kita tahu, semakin kita paham betapa banyak yang masih harus dipelajari. Seperti yang kakek Socrates pernah bilang “The only true wisdom is knowing you know nothing”.

Kedua, menerima atau, bahkan meminta kritik dari orang lain. Meskipun terkadang pahit untuk diterima, feedback semacam ini dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana pandangan orang lain. 

Yang terakhir, kita perlu terus pertanyakan kompetensi & pengetahuan kita. Bahkan ketika kita sudah terus belajar dan mendapatkan feedback, masih ada kemungkinan bagi kita untuk fokus hanya pada hal-hal yang sesuai dengan preferensi kita, alias bias konfirmasi. 

Jika kita terlalu cepat puas, bisa jadi kita sedang dalam bias konfirmasi. Oleh karena itu Civs, untuk meminimalisirnya kita perlu terus mempertanyakan pengetahuan dan kemampuan kita. Sederhananya, terus gali informasi yang menantang pengetahuan kita! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Saputra

Mahasiswa yang suka nulis, ngopi & nonton film