Esensi

BAHAYA DARI KONTEN LENDIR MENGAKU KONTEN SEX EDUCATION

Maraknya konten lendir di Indonesia malah ngebikin konten-konten sex education makin sulit diterima masyarakat Indonesia, dan selamanya bakal dianggap tabu.

title

FROYONION.COM - Di Indonesia, kita sama-sama tau dan mengamini kalau permasalah tentang sex education adalah hal yang tabu dan ga bisa dibicarain di ranah publik. Padahal, pengenalan mengenai sex pada anak usia dini adalah hal yang penting agar mereka terbebas dari seks bebas atau memiliki pemahaman mengenai hal-hal seputar pendidikan seks. 

Perlahan kita mulai mengenal mengenai sex education melalui program tv atau film-film seperti Dua Garis Biru atau serial Netflix yaitu Sex Education. Namun, sayangnya masih banyak program atau konten yang justru menjadikan sex education sebagai tameng dari sebuah konten lendir yang berisikan pengalaman seks bebas atau hal-hal kenakalan remaja yang cringe dan menjijikan untuk diceritakan.

KONTEN LENDIR SEX EDU 

Nyatanya, jumlah program mengenai sex education yang benar-benar membahas mengenai apa itu seks, bahaya seks bebas, dan lain sebagainya masih kalah dengan konten cabul pamer pengalaman seks bebas dengan dalih sex education

Ekspetasi yang gua taruh pada program-program mengenai sex education sangatlah tinggi, karena gua pribadi pun lahir di keluarga yang menganggap sex education sebagai hal yang cabul, porno, dan ga penting. Dari mana anggapan tersebut berasal? Ya dari konten-konten yang membalut pengalaman esek-esek mereka macem Friends With Benefit (FWB), Fetish, atau hal-hal cabul lainnya dengan dalih sex education. Sehingga, anggapan masyarakat awam atas sex education adalah pengalam seks yang penuh lendir dan amoral, padahal nyatanya ya enggak kaya gitu. 

Sex education pada dasarnya adalah sebuah pengetahuan bagi seorang anak mengenai fungsi tubuh yang mereka miliki, memahami etika dan norma sosial serta konsekuensinya atas perbuatan yang dilakukan. Sex education berusaha mencegah rasa penasaran anak akan seks dari hal-hal yang tidak bijaksana dan menjerumuskan mereka ke arah yang salah. 

Itu yang seharusnya diajarkan. Bagaimana bahaya dari seks bebas, apa fungsi kondom, penyakit-penyakit akibat dari seks bebas, dan lain sebagainya. Bukan justru malah jadi ajang sharing pengalaman seks atau bagaimana agar tidak baperan dengan partner FWB atau partner One Night Stand ya ga bakal masuk sebagai konten edukasi. 

Dari adanya konten-konten lendir berbalut sex education ini, yang gua liat cuma orang-orang yang pengen pamer kenakalannya. Kenakalan akan seks bebas yang udah mereka lakukan. Dan mereka ga sadar, apa yang mereka perbuat justru malah mengencourage anak-anak lainnya untuk melakukan seks bebas dan menjadi anak-anak yang cabul. 

Jadi ketika ada orang tua yang menganggap sex education sebagai hal yang cabul dan tabu, kita ya ga bisa semerta-merta menganggap mereka sebagai orang yang kolot. Karena, konten “sex education” yang disajikan ya konten lendir tentang seks bebas. Ga ada edukasi atau nilai pembelajaran yang diambil. 

NARSUM ENGGAK PAHAM SEX EDU

Konten-konten lendir ini pada dasarnya adalah salah kaprah mengenai sex education sendiri. Dan dari narasumber yang diambil seringkali bukanlah orang yang tepat. Misal, salah satu konten lendir mengundang anak di bawah umur sebagai narasumbernya. 

Selain itu, seringkali bintang tamu yang diundang justru selebgram-selebgram yang dikenal dengan kehidupan bebasnya. Bukan bermaksud untuk menghakimi dan tidak membolehkan mereka untuk hadir sebagai narasumber, tapi alangkah lebih baiknya kalau narasumber yang diambil adalah orang-orang yang benar-benar memahami mengenai sex education itu sendiri. 

Padahal, kalau mereka benar-benar ingin membahas mengenai sex education bisa aja mereka ngundang Seksologi sebagai narasumber, agar penjelasan mengenai seks bisa benar-benar menjadi informasi yang penting dan berharga untuk anak-anak. 

Selain itu, dengan mengundang orang tua yang benar-benar sudah sadar akan pentingnya sex education bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meyakinkan orang tua lain di luar sana yang masih ragu mengenai sex education ini. Karena dengan adanya perwakilan orang tua sebagai seseorang yang paham mengenai sex education dapat mengencourage orang tua lain untuk bisa lebih terbuka mengenai sex education yang sebenarnya. 

Dan yang terpenting adalah, jangan jadikan konten sex education sebagai tempat lo buat pamer kenakalan atau pamer pengalaman esek-esek lo. Tujuannya bukan dan tidak akan pernah ke situ. Justru, dengan adanya sex education ini adalah untuk menjelaskan bahaya dari adanya seks bebas bukan justru mengencourage anak-anak untuk melakukan seks bebas. 

Sex education adalah hal penting yang harus diajarkan ke anak-anak kita nanti. Karena terkadang lebih baik kita yang mengajarkannya sendiri dari pada mereka tau dari orang lain yang bahkan punya penalaran yang salah akan sex education. 

Selain itu, konten-konten lendir yang ngaku-ngaku sebagai konten sex education harus bener-bener diudahin. Karena ya bener-bener ga faedahnya. Isi dari konten tersebut cuma orang-orang yang pamer pengalaman lendir dan yaudah. Ga ada ilmu yang diambil, selain ngerasa geli denger orang yang bangga akan pengalaman seksnya. 

Jadi, kalau kita ingin masyarakat Indonesia lebih terbuka dengan sex education kita pun harus memberikan edukasi yang sebenarnya. Jangan justru memberikan gambaran dan informasi yang salah mengenai sex education. Kalau selamanya image sex education di Indonesia dalah pengalaman seks bebas, ya akan selamanya juga sex education akan dianggap sebagai hal yang tabu dan juga cabul. 

Penting, untuk para content creator topik sex education untuk memberikan informasi yang benar dan sesungguhnya. Yang kita butuhin ya informasi mengenai edukasi mengenai seks, bukan bagaimana cara buat pasangan FWB supaya enggak baperan. (*/)

BACA JUGA: KENAPA EDUKASI SEKS MASIH DIANGGAP TABU DI INDONESIA?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Radhytia Rizal Yusuf

Mahasiswa semester akhir yang hobi menonton anime dan memiliki ketertarikan dalam berbagai budaya populer seperti, anime, J-pop, K-Pop