Esensi

APA IYA PENCINTA TEH KALAH PAMOR DENGAN PENIKMAT KOPI?

Kayaknya ini juga akan menjawab alasan mengapa tea sommelier (peracik teh) kalah keren dengan para barista yang digandrungi oleh anak muda!

title

FROYONION.COM - Jika dilihat dari angkringan, kafe hingga tempat nyeruput sejenisnya kopi menjadi daya tarik tersendiri bagi semua kalangan terutama anak muda. Kopi seolah-olah menjadi minuman utama dan teh hanya sebagai pelengkap, itu pun terkhusus bagi penderita asam lambung. 

Gw sebetulnya bukan pecinta kopi, bukan pula pecinta teh. Jadi lebih objektif dalam menyoroti keduanya, sebab penikmat kopi tentu akan mendewakan minumannya, sedangkan penikmat teh akan mengunggulkan tehnya.

Berhubung gw bukan konsumen dua minuman itu, maka gw gak akan berbicara mengenai perbandingan cita rasa antara kopi dan juga teh. Yaah meskipun juga pernah nyeruput kopi dan teh, namun kali ini gw lebih fokus pada kopi dan teh sebagai gaya hidup.

ANTARA KOPI DAN JUGA TEH

Semenjak bertebarannya stigma yang menilai bahwa ngeteh itu tidaklah sekeren ngopi. Banyak orang yang menganggap bahwa ngopi itu lebih keren, mahal dan kekinian. Lantas, benarkah itu semua? Jika begitu bagaimana dengan penikmat susu kental manis?

Di manapun tempat tongkrongan anak muda, pasti akan selalu menawarkan ngopi bukan ngeteh. Bahkan saking identiknya penggunaan kata ini, ngopi bisa digunakan sebagai kata ganti dari ngumpul, ketemuan, diskusi, nongkrong dan lain sebagainya.

Disisi lain, meskipun teh masih dijual di kedai-kedai minuman maupun tongkrongan, namun itu hanya sebagai pelengkap dan bukan menjadi minuman utama mereka. Yaa meskipun ada satu jenis retailer teh internasional yang buka di Indonesia namun nggak banyak dan populer seperti di Starbucks dan Excelso yang tercecer di setiap sudut kota.

Namun yang menjadi pertanyaan kenapa semua hal yang berkaitan dengan teh, baik itu toko, brand, profesi akan kalah pamor dengan semua hal yang berkaitan dengan kopi?

BACA JUGA: SUMBAGSEL DAN ‘SERIBU’ MAKANAN BERBAHAN IKAN YANG JADI PRIMADONA TIAP KALI PULANG KAMPUNG

BUDAYA NGOPI LEBIH KEREN BAGI ANAK MUDA INDONESIA

Secara kualitas, industri teh nggak jauh beda dengan nasib industri kopi di pasar lokal. Namun satu hal pasti yang dapat gw simpulkan karena rata-rata kualitas teh yang dijual di berbagai tempat itu kebanyakan kualitasnya off-grade alias teh rakyat.

Di samping itu,  berbeda dengan kopi yang memiliki ragam jenis, bibit teh di Indonesia tidak memiliki banyak variasi seperti halnya biji kopi. Paling rata-rata jenis teh di Indonesia hanya dibedakan berdasarkan proses olahnya saja, bukan jenis tehnya.

Berbeda dengan di Eropa seperti di Amerika atau juga di Asia seperti Jepang yang pasar teh mereka justru berkembang pesat.  Karena ragam merek dan jenis teh selain ragam varian aroma juga memiliki banyak varian single origin dari berbagai tempatnya.

Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya variasi teh yang dijual di tempat tongkrongan sehingga kurangnya minat orang untuk ngeteh karena gak ada variasi yang banyak dalam olahan minuman tersebut.

MINUMAN MURAH YANG MELEKAT PADA TEH

Meskipun dahulunya, asal usulnya teh selalu dikonsumsi oleh para bangsawan pada kerajaan Dinasti Ming di China. Bahkan tradisi tersebut turun ke Jepang dan menjadi minuman para bangsawan ataupun para raja. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa zaman sekarang khususnya di Indonesia stigma ngeteh dianggap menjadi minuman yang murahan.

Alasannya sederhana, karena dengan sedikitnya variasi teh  dengan harga yang relatif lebih murah ketimbang kopi yang banyak varian membuat teh kurang digandrungi oleh anak muda di Indonesia.

Ditambah dengan sisi psikologis yang kebanyakan anak muda zaman sekarang yang banyak menjadi pemuja gengsi dengan memesan minuman kopi di kafe yang mewah meskipun lambung sudah menyerah.

Disisi lain, karena kopi memiliki rasa yang strong dan menjadi minuman yang tidak semua orang bisa untuk meminumnya terlebih bagi penderita lambung. Hal tersebut menjadi salah satu alasan anak muda Indonesia yang beranggapan bahwa ngopi lebih spesial ketimbang ngeteh.

BACA JUGA: MAKAN COKELAT SAAT SARAPAN BISA MENINGKATKAN KREATIVITAS LO

TEH GAK SELALU KALAH DENGAN KOPI

Ada benarnya jika tidak semua orang yang bisa minum kopi bisa menjadi pertanda bahwa kopi spesial untuk lambung-lambung tertentu. Namun jangan salah, meskipun kopi dianggap keren dan menjadi kebanggaan para pecinta kopi, ngeteh semakin meningkatkan tren positifnya.

Bisa dilihat belakangan ini branding teh mulai naik lewat kepopuleran Thai Tea maupun Matcha. Yaa meskipun kedua minuman tersebut belum sepenuhnya menggunakan daun teh berkualitas sebagai bahan baku. 

Namun, menurut gw produk olahan teh seharusnya bisa dimanfaatkan dan divariasikan lagi ke berbagai tempat. Bukan hal yang mustahil jika di tengah kondisi yang mengharuskan kita meningkatkan imunitas tubuh. Teh bisa diramu lagi menjadi herbal lokal.

Bukan hal yang tidak mungkin juga, jika teh dengan variasi jahe, black tea, oolong tea bisa dijual di seluruh tempat tongkrongan. Dan bahkan bisa jadi setelah muncul film filosofi kopi, terbitlah drama filosofi teh? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Dewantara

Mahasiswa UI(n) Jakarta, Content Writer, Civillion, Penulis buku antologi "Jangan Bandingkan Diriku" dan "Kumpulan Esai Tafsir Progresif"