Kreatif

GOTONG ROYONG LITERASI MEMBANGUN RUANG BACA MELALUI FESTIVAL KECIL PATJAR MERAH

Patjar Merah sebuah festival kecil literasi yang memang lahir untuk berkeliling Indonesia, demi meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia secara luas dan merata. 

title

FROYONION.COM - Indonesia berada di peringkat 62 dalam minat baca menurut data dari Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 lalu, angka 62 adalah bagian dari 10 besar peringkat terbawah. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah dibanding dengan negara-negara yang lain.

Namun, realita yang terjadi di lapangan sebenarnya sudah banyak gerakan-gerakan literasi yang digencarkan oleh komunitas, kolektif, individu, ruang baca, serta kelompok-kelompok literasi secara masif dan mandiri di lingkungannya masing-masing.

Dengan adanya fenomena seperti itu, tim Patjar Merah merespon dengan konsep Gotong Royong Literasi, adalah semangat yang selalu diusung dan dinarasikan oleh Patjar Merah, Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku Keliling Nusantara. 

Suasana talkshow dalam event Patjar Merah. (Foto: Dok. pribadi penulis)
Suasana talkshow dalam event Patjar Merah. (Foto: Dok. pribadi penulis) 

Setiap datang ke tempat-tempat baru Patjar Merah selalu melangkah bersama dan bergandengan tangan dengan kreator, komunitas maupun individu-individu yang berkeyakinan kuat dan memiliki semangat gotong royong. Gotong royong ini juga dijalin dengan industri hingga dunia kreatif, berkolaborasi dan menyuguhkan kegiatan-kegiatan yang ada akhirnya melahirkan keterkaitan satu sama lain.

Denny Mizhar, salah seorang pegiat literasi di Jawa Timur sekaligus orang yang terlibat dalam penyelenggaraan event Patjar Merah di Surabaya menuturkan bahwa, Jika bisa berkawan dan justru mengupayakan hal itu bersama-sama, kenapa pula tidak dilakukan?

Seperti halnya yang telah dilakukan di tempat-tempat sebelumnya Patjar Merah digelar, di Surabaya pun tim Patjar Merah dibentuk dengan mempertemukan kawan-kawan dari Jawa Timur. Konsep berjejaring hingga apa saja yang dinarasikan di dalam event Patjar Merah sepenuhnya adalah hasil dari buah pikiran kawan-kawan setempat yang tergabung dalam tim Patjar Merah.

Penerbit buku, ruang-ruang baca, komunitas kreatif, komunitas seni, komunitas sastra, komunitas tuna rungu, serta individu-individu yang memiliki kepedulian dengan literasi dilibatkan dalam acara Patjar Merah ini.  

“Tidak ada yang sebaik kawan-kawan tempatan untuk menarasikan dan juga menjadi juru bicara rumahnya sendiri,” tutur Windy Ariestanty, pendiri Patjar Merah.

Windy juga menambahkan bahwa suara dan segala keinginan kawan-kawan tempatan merupakan suatu hal yang penting bagi dirinya maupun tim, sebab Mereka adalah mata dan kompas bagi tim Patjar Merah agar dapat lebih mengenali tempat yang tim singgahi.

Patjar Merah diselenggarakan pada 29 Oktober sampai 6 November 2022 di Experia Collaborative Space (AJBS) jl. Ratna no. 14, Ngagel, Wonokromo, Surabaya. Agenda pra hari H sudah berjalan sejak tanggal 15 Oktober dimulai dari diskusi bertajuk Making Zine Great Again bersama Abraham Herdyanto dari Subzinefest yang dipandu oleh Nabila Putri dari #BacadiSurabaya kemudian dilanjut dengan diskusi bersama Ambawani Gelar dari SUBArsip dan Dwiki Nugraha Mukti dari Serbuk Kayu membicarakan tentang arsip yang bertajuk Archive is Power.

Di tanggal 20 Oktober digelar pra-event di C2O Library & Collabtive dengan tema pembahasan Gotong Royong Literasi untuk Jejaring Ruang Baca Hidup yang digawangi oleh Ika Irawan dari Tim Bisindo Aksesibilitas Surabaya (TIBA), Kathleen Azali dari C2O Library & Collabtive, Nabila Putri dari #BacadiSurabaya & LITERATOUR, serta Windy Ariestanty pendiri Patjar Merah. 

Event ini layaknya sebuah parade dengan berbagai macam topik menarik di dalam event Patjar Merah di Surabaya. Salah satunya, perbincangan mengenai Surabaya berjudul Suroboyo Sing Luput Sing Kudu Diramut dengan narasumber Ayos Purwoaji, Heti Palestina Yunani, dan R.N. Bayu Aji. Lalu, ada juga Mengakrabi Surabaya Lewat Ruang Baca dengan narasumber Fatimah Mokoginta, Kathleen Azali, dan Nabila Budayana.

Dalam gerakan ini terlibat pula nama-nama pegiat literasi dari luar Surabaya seperti Ivan Lanin, Yusi Avianto, Agus Mulyadi, Kalis Mardiasih, Arman Dhani, Iqbal Aji Daryono, Nuran Wibisono, dan masih banyak nama keren lainnya.

Selain ada berbagai macam obrolan dan lokakarya tentang ragam sisi ruang kota, kuliner, industri kreatif, hingga sastra ada juga agenda lain berupa jalan-jalan, jelajah ruang-ruang yang ada di Surabaya: Telusur Darmo. Menelusuri ruang-ruang sejarah di sekitaran Darmo bersama komunitas Bersuka Ria.

Serta ada juga agenda bertajuk Literatour yang mengajak para pengunjung Patjar Merah atau akrab disapa Patjarboekoe sambang di ruang baca yang ada di Surabaya bersama Nabila Putri.

Dina, salah satu Patjarkita menyampaikan bahwa selain berjualan buku di festival ini juga ada booth merchandise dari Patjar Merah seperti kaos, totebag, hingga gantungan kunci. Selain merchandise dari Patjar Merah sendiri ada juga notebook dan T-shirt original dari Papermoon.

Festival literasi ini ditutup dengan konser kecil dari Reda Gaudiamo yang membawakan album terbarunya, Patjar Merah Surabaya ditutup dengan hangat dan intim. (*/)

BACA JUGA: SAY NO TO BOOK SHAMING: INI ALASAN LO HARUS TOLERANSI PADA SESAMA PEMBACA

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Imam Luqman

Mahasiswa Sastra Indonesia tingkat akhir di salah satu kampus negeri di Surabaya, anggota masyarakat urban di Surabaya dan aktif di kesenian teater dan film pendek