Beauty

KENAPA BULU KETIAK TABU DALAM STANDAR KECANTIKAN KOREA SELATAN?

Salah satu peserta lomba dance dari acara Korea Selatan mengundang perhatian karena menampakkan bulu ketiaknya. Mengapa bulu ketiak dianggap tabu di Korea Selatan?

title

FROYONION.COM Dengan berbagai lineup berbakat serta drama yang disajikan, kompetisi dance bertajuk Street Woman Fighter season 2 mendapatkan atensi yang signifikan dari para penontonnya. Street Woman Fighter merupakan salah satu kompetisi dance terpopuler di Korea Selatan yang dibesut oleh saluran TV berbayar, Mnet. 

Tak hanya peserta dari Korea Selatan, acara ini juga diisi oleh para dancers mancanegara. Salah satunya adalah Audrey Lane, dancer asal Amerika Serikat yang namanya sudah mengglobal. 

Audrey Lane peserta Street Woman Fighter
Audrey Lane peserta Street Woman Fighter (Sumber: Instagram @_audreylane_)

Namanya sempat ramai diperbincangkan beberapa waktu yang lalu. Dalam sesi “Crew Song Performance”, Street Woman Fighter 2 meminta para peserta membuat koreografi. Audrey Lane tampil teman-temannya dari Jam Republic dengan penuh energi. Fokus dalam video tersebut, selain penampilan kolektif peserta yang memukau, penampakan bulu ketiak Audrey Lane juga menjadi menjadi perbincangan. 

Channel YouTube asal Korea Selatan, SSULSTAR yang berfokus meliput soal selebriti, mengunggah Youtube Shorts yang menyorot bulu ketiak Audrey Lane dengan caption "Penampilan Bulu Ketiak Hairy-drey: Terserah Dia atau Tidak Sopan?

Video yang kemudian sudah ditonton lebih dari satu juta penonton tersebut menuai respon dari berbagai netizen yang membela Audrey Lane. Jika dilihat dari komen-komennya mayoritas adalah netizen Korea Selatan paling banyak ditemukan. Mereka merasa pengunggah video tersebut berpikiran sempit.

Beberapa komen merasa malu jika hal seperti ini saja bisa begitu kontroversial. Di lain sisi  ada yang menyinggung soal sebagian masyarakat Korea Selatan yang masih soal standar kecantikan misalnya “Saya pikir hanya Korea Selatan yang begitu perhatian dengan hal seperti ini.” atau “Saya suka negara lain begitu peduli dengan hal seperti ini, Orang-orang Korea terlalu pemilih.” 

MULAI DITENTANG 

Konsep bahwa jika orang yang tidak berbulu adalah orang yang memenuhi standar kecantikan di Korea sebenarnya sudah perlahan ditentang oleh para masyarakat Korea. Hal ini bisa terlihat dari komen para netizen Korea Selatan yang meninggalkan komen pada channel YouTube SULSSTAR bahwa bulu tubuh seperti bulu ketiak adalah hal yang alami dan bukanlah suatu hal yang memalukan. 

Namun, bagi sebagai masyarakatnya, memiliki bulu ketiak merupakan hal yang tabu. Akun Quora dengan nama Kim Jinwon, yang mengambil studi Sastra Korea di Pukyong National University, pada akun Quora-nya memberikan penjelasan, bahwa memiliki bulu ketiak adalah tergantung orangnya, berdasarkan selera dan gayanya. Ia juga tak memungkiri ada semacam “aspek (menilai seseorang) paling umum” di dalam atau dengan kelompok atau masyarakat tertentu. 

Sebagian masyarakat Korea Selatan mempertimbangkan jika memiliki bulu badan terlihat kotor, terkecuali rambut di area sensitif. Artinya selain di bagian itu, akan dinilai kotor. 

“Hal tersebut membuat mereka mencukur bulu-bulu sebagai kecenderungan untuk menjadi orang berorientasi pada kebersihan,”  tulis Jinwon. 

Namun, Jinwon memberikan penjelasan jika norma tersebut sesama orang Korea Selatan, bukan kepada orang-orang mancanegara. 

Di sisi lain dalam salah satu artikelnya, media arus utama negara ginseng Korean Times pernah berbincang dengan para warga negara asing yang tinggal di Korea. Mereka mencurahkan harus berjuang memperhatikan tubuh mereka, untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan Korea Selatan yang rasanya terdapat faktor-faktor yang “mustahil” bagi mereka. 

Namun, belakangan dikalangan anak-anak muda Korea Selatan mendorong penerimaan tubuh yang apa adanya. Semakin banyak yang berbicara menentang tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan tradisional. Mereka mendorong orang lain menerima diri mereka, terlepas dari memiliki bulu tubuh atau tidak. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Pasthiko Pramudhito

Sedang belajar jadi Content Writer. Penggemar sepakbola dan pop culture.