Trends

LOYONYA APRESIASI KARYA SENI JADI KERUGIAN BUAT SENIMAN

Kalau punya temen yang berbakat di bidang seni, pasti kita kebiasaan minta ‘harga temen’. Emangnya gitu ya cara menghargai karya para seniman? Dan lagi, yakin tuh lo emang bener-bener udah dianggep temen?

title

FROYONION.COMDi bulan Agustus kemaren sempet ada yang heboh lagi di dunia YouTube Indonesia. YouTuber keturunan Indonesia-Korea Selatan bernama Sunny Dahye dengan channel SunnydahyeIn tersandung kasus dengan mantan ilustrator sekaligus animatornya, Natasha

Berawal dari postingan akun Instagram @sunnyisliar2 (yang sekarang akunnya udah dihapus) tentang cerita lengkap Natasha yang jadi ilustrator dan animator Sunny untuk konten ‘Sunny July’ di tahun 2019 lalu. Natasha bercerita kalau 2 tahun lalu, ia bertemu dengan Sunny dan juga Chris, suami Sunny. 

Waktu ketemu itu, Sunny meminta Natasha untuk bekerja sama dengannya perihal pembuatan aset-aset YouTube dan sosial media Sunny yang lain, seperti opening YouTube, header YouTube, foto profil, dan aset-aset lainnya yang hingga kini bahkan masih aktif digunakan oleh Sunny. 

Melalui postingan Instagramnya, Natasha mengaku bahwa ia membenarkan segala informasi yang disebarkan akun @sunnyisliar2 tentang pengalaman buruknya diperlakukan secara buruk sebagai seniman oleh Sunny dan Chris. 

“Saat aku bertemu dengan Sunny dan Chris, mereka menawarkan kerja sama yang akan menggunakan karya-karyaku dalam video YouTube dan sosial media Sunny. Mereka terus-menerus memohon untuk memberikan ‘harga teman’, dengan janji bahwa aku akan diberikan kredit di kotak deskripsi YouTube dalam video yang menggunakan karyaku. Mereka juga janji untuk menyebarkan karyaku di Instagram Sunny dan tag akun Instagramku,” jelasnya melalui Instagram feed pada 14 Agustus 2021 lalu. 

Abis minta ‘harga teman’ ini, Natasha kembali melanjutkan kalau janji-janji manis untuk mempromosikan karya-karyanya dan penulisan kredit di description box tidak kunjung ditepati. Permasalahan yang terjadi di tahun 2019 ini ternyata baru blow up sekarang, tahun 2021 dan bikin geger para followers Sunny. 

Terlepas dari kekecewaan para penonton dan fans-nya Sunny dan video klarifikasi Sunny yang malah bikin makin gedeg, mari kita bahas soal cara Sunny yang kurang mengapresiasi karya Natasha sebagai seniman. 

‘HARGA TEMEN’ YANG KAMPRET

Kalo di-breakdown ada beberapa perilaku Sunny yang bisa dinilai kurang mengapresiasi karya seniman. Yang pertama adalah minta ‘harga temen’. 

Sebenernya fenomena dimintain ‘harga temen’ ini pasti pernah dialami oleh semua seniman, dari yang udah berpengalaman maupun yang baru brojol. 

Kalau punya temen yang bisa gambar dikit, diminta bikinin ilustrasi dengan ‘harga temen’. Punya temen bisa edit video dikit, langsung disuruh ngedit dengan load yang nggak ngotak dengan segudang revisi yang banyak mau. Nggak cuma mereka yang jago di bidang seni visual aja ternyata, yang punya talenta di bidang musik juga sering jadi korban. Biasanya suruh nyanyi atau nge-band di nikahan tapi bayarnya pakai makan siang aja (malah kadang nggak kebagian karena udah habis duluan sama tamu-tamu). 

Miris, miris. 

Padahal, kalau dipikir-pikir ilmu seni mereka ini juga mahal, loh. Kita ambil contoh aja temen-temen yang kuliah Desain Komunikasi Visual. Kalau menurut akupintar.id, jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) adalah salah satu jurusan yang paing mahal. Menghabiskan sekitar Rp300.000/SKS dan bisa mencapai Rp19.000.000/ semesternya, kuliah DKV jelas butuh duit yang banyak. 

Belom lagi printilan-printilan lainnya kayak cat air, pensil warna, pen tablet buat gambar, berbagai software berbayar, device yang mumpuni, sampai ratusan ribu rupiah buat nge-print. Yah kalau ditotal setahun bisa lah abis Rp5.000.000 bahkan lebih. Hiks.

Udah mahal, susah pula lulusnya. Belom lagi kalau harus begadang ngerjain tugas, mempertaruhkan keselamatan diri untuk keluar malem-malem cuma buat nge-print, sampe harus berhadapan sama resiko pencernaan karena mengirit makan mie instan supaya bisa survive.

Sekarang sadar kan betapa mahalnya jadi anak DKV? Ini aja baru penggambaran anak jurusan DKV, belom jurusan-jurusan seni lainnya yang pastinya juga mehong. Kalau udah tahu kayak gini, yakin masih mau minta ‘harga temen’ sama mereka? Kalo jawaban lo iya, lo jahat banget sih :(. 

Lewat kesaksian yang dikasih sama Natasha lewat Instagram Story-nya, dia bilang kalau setelah dimintai harga temen dan dikibulin soal extra exposure dan penulisan kredit, Sunny dan Chris tidak berinisiatif untuk minta maaf. Hal ini dibantah oleh Sunny dan Chris lewat video klarifikasi berjudul ‘Yang perlu diketahui….’ dengan berkata bahwa ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan harapan dan mereka tidak pernah bermaksud untuk seniman manapun merasa seperti itu (tidak dihargai). Mereka juga berkata kalau mereka meminta maaf sedalam-dalamnya pada Natasha. 

Sebagai seniman yang dimaksud, Natasha merasa kalau permasalahan ini udah lewat dan nggak mau dibesar-besarkan lagi. Tapi dia juga nggak membenarkan perlakuan Sunny dan Chris di masa lalu. 

Walaupun udah minta maaf, yang namanya minta ‘harga temen’ sebenernya udah termasuk tindakan tidak menghargai para seniman. Karya-karya seniman mungkin masih dipandang sebelah mata, makanya orang masih bisa mikir, “Halah, gitu doang kok mahal amat? Sama gue ada diskon lah,”. Tapi kan kita nggak pernah tahu gimana susahnya cari ide, brainstorming, sampai mengeksekusi itu jadi karya. 

Minta diskon harga ke temen kita yang seniman, menurut gue sama aja kayak menyepelekan pekerjaan mereka. Gambar ‘doang, ngedit video ‘doang’, nyanyi ‘doang, dan pemikiran-pemikiran yang mikir karya mereka itu sekedar ‘doang’, harus dibasmi sedini mungkin. Kalau mindset kayak gini masih terus dipelihara, gimana caranya masa depan seniman-seniman kita jadi lebih baik? 

“Kalau gue dimintain ‘harga temen’ langsung gue tolak sih. Bilang aja lagi sibuk atau gimana. Kalau sesama temen kan harusnya ngebantu ya. Kalau minta ‘harga temen’ mah malah nyusahin,” kata Mario Genesis, salah satu anak Froyonion yang juga kerja sebagai freelancer. 

Bener juga ya. Harusnya kalo lo beneran temennya harusnya lo malah ngedukung dia dengan beri tip tambahan, bukannya malah minta potongan harga.

Jadi stop ya kebiasaan minta ‘harga temen’ ke temen-temen kita yang lagi membangun karier di bidang seni. Kalo abis baca ini lo masih tega minta ‘harga temen’, gue kepret juga lo!

PAHAMI HUKUMNYA 

Buat temen-temen seniman, gue juga saranin kalian buat melek sama pasal-pasal dalam hukum yang bisa ngelindungin kalian dari tindakan nggak kasih kredit bahkan plagiarisme. Gue paham baca hukum itu memusingkan, tapi khusus yang satu ini aja mending lo pelajari baik-baik. 

Pertama, lo harus tahu kalau sebagai seniman, setiap karya yang lo buat itu secara otomatis punya hak cipta atas karya ciptaan lo. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Undang-Undang Hak Cipta), perlindungan hukum atas suatu ciptaan bersifat otomatis sejak pertama kali ide itu diwujudkan dalam bentuk nyata atau sejak dipublikasikan ke masyarakat tanpa mensyaratkan pendaftaran (ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual). 

Jadi wahai kalian para seniman, kalian bisa lega karena udah punya proteksi hukum nih. Tapi perlu diingat ya, yang dilindungi itu karya ciptaan nyata, bukan ide. Dalam arti kalau misal lo seorang ilustrator dan punya ide bikin ilustrasi tapi belom digambar, ya kalo ada orang lain bikin ilustrasi yang sama persis sama ide lo, dia nggak melanggar hak cipta lo. 

Mungkin di satu sisi ini bisa merugikan, tapi di sisi lain ada keuntungannya juga. Misalnya lo adalah seorang ilustrator dan lagi terinspirasi sama ilustrasi karya ilustrator ‘A’ yang menggambarkan pegunungan. Kemudian lo buat karya yang punya ide yang sama dengan dia tapi secara karya ada perbedaannya. Misal dia gambar Gunung Merbabu, lo gambar Gunung Rinjani. Nah itu tidak menyalahi Hak Cipta ilustrator ‘A’. Tapi inget juga, lo harus izin dulu ke ilustrator ‘A’ dan bilang kalau lo bakal bikin ilustrasi yang terinspirasi dari karyanya. 

Sampe sini gue harap cukup jelas ya soal hak cipta ini. Pokoknya diinget-inget aja kalau sebagai seniman, lo punya sadar hukum yang ngelindungin lo. 

Nah selain hak cipta, lo juga punya yang namanya hak eksklusif, yaitu hak moral dan hak ekonomi. 

Menurut Pasal 5 Undang-Undang Hak Cipta, Hak Moral itu mencakup otoritas pencipta untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya dalam setiap karyanya (baik nama asli atau samaran), mengubah karya, mengubah judul karya, dan mempertahankan haknya jika ada kejadian-kejadian yang bisa merugikan dirinya sebagai pencipta. 

Mudahnya gini, hak moral itu bakal ngelindungin lo kalau misal suatu saat ada orang lain yang tiba-tiba ‘mengadaptasikan’ karya ciptaan lo tanpa seizin lo. Misal lo adalah penyanyi yang keluarin lagu berjudul ‘Malas’ di tahun 2020. Tiba-tiba di tahun 2021, ada penyanyi asal Jepang yang keluarin lagu berjudul ‘Lazy’ tanpa seizin lo. Lagunya sama persis sama lagu lo termasuk nada dan liriknya yang cuma diterjemahkan jadi Bahasa Jepang. Nah, penyanyi asal Jepang ini udah ngelanggar Hak Moral lo. Karena, mengubah ciptaan seseorang dalam bentuk apapun harus minta izin dulu. 

Yang kemudian berhubungan juga dengan hak ekonomi, di mana seorang pencipta punya otoritas untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan kasus-kasus pengadaptasian atau pengubahan karyanya. Hak ekonomi juga berhubungan sama hal-hal yang berhubungan dengan komersialisasi. Untuk lebih lengkapnya lo bisa baca di Modul Kekayaan Intelektual yang bisa lo unduh di sini ya. 

Nah, jadi sebagai seniman lo adalah pencipta dari setiap karya ciptaan lo. Lo nggak perlu takut karena sebenernya di Indonesia lo punya hukum-hukum yang melindungi lo. Kalau suatu saat lo tersandung sama kasus-kasus seperti nggak dikasih kredit, plagiarisme, dan sebagainya, lo bisa banget bawa ini ke ranah hukum untuk menjunjung hak lo. 

Balik lagi ke cerita Natasha, Sunny dan Chris yang tidak memberikan kredit atas setiap aset yang diciptakan oleh Natasha sebenernya udah nyenggol hak moral milik Natasha. Inget kalau dalam hak moral, pencipta boleh nentuin mau atau engga namanya dicantumin dalam karyanya. Karena dari Natasha sendiri menghendaki adanya pencantuman kredit, maka seharusnya Sunny dan Chris sebagai pihak yang membeli karya dari Natasha harus mencantumkan kredit seperti yang diminta. 

Kenapa? Kan mereka udah bayar?

Karena ini yang disenggol hak moral, Civs. Yang mana Hak Moral itu bersifat abadi. Jadi pencantuman kredit itu nilainya harus yaaaaa🙂

Seperti yang udah dijelasin sebelumnya, jadi seniman itu nggak mudah. Butuh keberanian untuk ambil langkah langka untuk meniti karir sebagai seniman, melawan omongan keluarga dan tetangga yang bilang kalo seniman itu nggak ada duitnya (padahal banyak bro!), dan mengeluarkan banyak dana untuk punya latar pendidikan seni. 

Melihat banyaknya pengorbanan dan hebatnya perjuangan para seniman ini, gue rasa tindakan untuk mengapresiasi karya mereka itu adalah salah satu hal dasar yang wajib, bare minimum. 

Sesederhana nggak minta ‘harga temen’ kalau mau pakai jasa mereka itu udah termasuk langkah mengapresiasi seni kok. Selain itu mendukung mereka untuk terus berkarya seperti beli karya-karya mereka dan promosiin karya mereka di sosial media juga bisa lo lakuin. 

Jadi nggak susah kan untuk menghargai karya seni? Mengutip kata Dettol, kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? (*/Grace) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.