Sports

EXCO PSSI KELUARKAN PERNYATAAN KONTROVERSIAL, #SAVESTY DAN #HARUNAOUT TRENDING

Di tengah situasi yang stabil setelah AFF kemarin, Haruna Soemitro selaku Exco PSSI berulah. Dalam sebuah podcast ia mengeluarkan beberapa pernyataan kontroversial yang membuat suporter geram.

title

FROYONION.COM - Pada gelaran AFF 2020 kemarin, suporter kita ibarat diberi secercah harapan dengan penampilan timnas. Walau gagal menjadi juara, namun skuat yang mayoritas diisi oleh pemain muda tersebut mampu bersaing dengan negara-negara yang secara persiapan lebih matang seperti Vietnam, atau pemain berpengalaman seperti Thailand. Tak seperti di Kualifikasi Piala Dunia sebelumnya dimana kita kalah dari kedua negara tersebut yang secara level sudah termasuk level asia.

Pujian tentu datang kepada STY yang berani menggunakan pemain muda di AFF. Para pemain pun diminta tidak cepat puas. Suporter menuntut agar para pemain yang belum bermain keluar negri agar segera mencari liga yang lebih baik dari liga Indonesia demi meningkatkan kualitas individu. Pemain naturalisasi yang diminta STY pun semakin dekat untuk bergabung dengan timnas. Dengan kondisi yang terbilang positif, suporter tak sabar menunggu Kualifikasi Piala Asia sembari ingin melihat juga kiprah timnas di beberapa turnamen muda seperti Sea Games dan Piala AFF u-23.

Tetapi, bukan sepakbola Indonesia jika tak ada masalah. Kadang masalah-masalah yang muncul pun bisa berawal dari hal-hal yang sepele. Baru-baru ini, Haruna Soemitro selaku exco pssi melontarkan beberapa pernyataan kontoversial di sebuah podcast yang membuat suporter timnas emosi.

STATEMENT ANEH HARUNA

Di podcast berdurasi  57 menit 37 detik tersebut, sang host dan Haruna sebagai bintang tamu banyak membicarakan soal sepakbola indonesia terutama karir Haruna sendiri. Namun, ketika sudah masuk ke pembahasan timnas, ada beberapa statement yang bisa membuat kita terheran-heran jika mendengarkannya.

Contohnya ketika Haruna bertanya tentang kenapa Indonesia bisa kalah dengan Thailand 4-0. Ia juga membandingkan dengan kejadian sea games 2019 lalu ketika kita bisa menang 2-0. Ini pernyataan yang cukup membingungkan karena bagaimana bisa turnamen usia muda dibandingkan dengan senior. 

Jelas skuat yang dibawa Thailand berbeda, di AFF ini mereka  membawa full tim inti mereka.  Beberapa pemain mereka menjadi pemain utama di liga Jepang seperti channatip dan Theratton. Beberapa juga pernah atau sedang bermain di eropa. Pemain yang tidak keluar negri pun bermain di liganya sendiri yang mana liga Thailand adalah liga terbaik di asia tenggara dan ke-9 di asia.

Tidak adiljika dibandingkan dengan Indonesia yang liganya hanya menempati urutan ke-26 asia. Pemain kita pun hanya segelintir yang pergi keluar negri. Apalagi kita membawa pemain muda yang secara mental dan pengalaman kalah jauh dibanding Thailand.

Sehebat apapun pembalap tetap membutuhkan kendaraan yang bagus. Itulah mengapa STY memanggil beberapa pemain keturunan yang bermain di Eropa karena melihat kendaraan(baca; pemain) yang ada saat ini masih belum cukup jika digunakan untuk bersaing dengan negara  Asia lain.

Haruna juga menanggap kalau masyarakat tak akan melihat proses tapi hanya melihat prestasi. Sementara kenyataannya, banyak suporter yang menginginkan Shin Tae-Yong tetap melatih timnas karena melihat proses yang berjalan dengan baik. Suporter juga sadar kalau hasil tak akan datang tanpa sebuah proses. Jadi masyarakat mana yang dimaksud Pak Haruna ini?

Kualitas dari host juga dipertanyakan. Haruna beranggapan untuk apa merekrut STY jika hasilnya tetap runner-up, toh sebelum ini sudah 5x kita jadi runner-up. Kemudian disambung dengan celetukan sang pembawa acara : “kalau cuma runner-up, bimasakti juga bisa” 

Padahal saat timnas kita dilatih boleh bimasakti pada AFF 2018, kita bahkan tidak lolos babak grup. Jadi, apa dasar dari celetukan host podcast tersebut?

KOMENTARI HAL TEKNIS

Exco pssi tersebut juga mengomentari hal teknis salah satunya tentang gaya bermain.

“mayoritas club liga 1 kita bermain dari kaki ke kaki, build up dari bawah. Tetapi dilihat dari proses latihan maupun game plan Shin Tae-Yong, justru direct ball. Ini kan berbeda dari club ke timnas.” Ujar Haruna.

Entah Liga 1 mana yang ditonton  dan timnas mana yang ditonton, tetapi apa yang dibicarakan dengan apa yang ada di lapangan justru berbanding terbalik. Liga 1 sering dikritik karena banyak club yang hanya bermain long ball dan hanya mengandalkan sprint tanpa memiliki pola yang jelas. Hanya persebaya selama ini yang dikenal bermain cantik kaki ke kaki.

Hal teknis lain yang dikomentari oleh Haruna adalah bedanya pola latihan club dengan timnas terutama soal fisik. Ia menanggap harus ada sinkronisasi antara timnas dengan club. Bukankah sebenarnya ini tugas Indra Sjafri sebagai direktur teknik untuk mengkoordinasikan pelatih timnas dengan club? Jika selama ini masih belum ada sinkronisasi yang baik, maka kinerja dari dirtek yang patut dipertanyakan.

PERSOALKAN NATURALISASI

Empat pemain keturunan yang sedang diproses untuk dipindahkan kewarganegaraannya pun tak luput dipersoalkan oleh Haruna. Ia menganggap selama ini naturalisasi tidak menghasilkan apa-apa. Padahal selama ini kebanyakan pemain yang dinaturalisasi adalah pemain yang bermain di liga 1 dan bukan rekomendasi langsung dari pelatih. Berbeda dengan Mess, Sandy, Jordi, dan Ragnar yang merupakan rekomendasi langsung dari STY dan memiliki kemampuan dan pengalaman diatas pemain yang sekarang ada di timnas.

Haruna juga takut kalau naturalisasi menutup kesempatan anak bangsa dalam membela timnas. Padahal empat pemain tersebut juga memiliki darah Indonesia yang berarti selama mereka membela nama timnas, mereka juga termasuk anak bangsa. Justru ini kesempatan bagus bagi para pemain lokal kita untuk belajar terutama tentang budaya sepakbola eropa kepada mereka sehingga suatu saat nanti akan banyak pemain kita yang merantau ke liga eropa dan kita tak perlu lagi melakukan naturalisasi.

STY TERSINGGUNG?

Berdasarkan beberapa statemen tadi, jelas Haruno melancarkan sejumlah kritikan kepada Shin Tae-Yong. Ketika ditanya bagaimana tanggapan pelatih Korea tersebut, Exco pssi itu merasa kalau STY tersinggung dengan kritikannya. Kita tidak diberi tahu statemen apa yang diberikan sang pelatih sehingga Haruna mengambil kesimpulan kalau ia tersinggung. Entah STY hanya menjawab kritikan tetapi Haruna yang salah paham dan menganggap kalau pelatih timnas tersebut tersinggung, atau STY memang benar-benar tersinggung.

Tapi, dari pernyataan-pernyataan Haruna yang sudah kita dengar tadi, kayaknya emang wajar ya STY tersinggung. Jangankan beliau, mungkin kita aja geleng-geleng kepala bacanya.

Wah, ada-ada aja ya kelakuan federasi tercinta kita. Padahal suasananya lagi bagus, eh malah memperkeruh hubungan dengan pelatih. Bicara tentang proses dan hasil, kira-kira kemana ya janji pssi tentang training center? Katanya masyarakat cuma mau hasil, kok hasilnya belum ada ya? Eh prosesnya juga belum terdengar nih kayaknya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rayhan

Pelajar SMA penggemar olahraga, gaming, anime, dan dunia kreatif