Stories

FARREL ATHAILLAH: JADI CEO DI USIA 22 TAHUN ADALAH CARA UNTUK ‘PANEN KEGAGALAN’ DI USIA MUDA

Udah nggak asing pepatah yang bilang ‘selagi muda coba saja banyak hal’, tapi sedikit yang mau bener-bener melakukannya. Di antara lautan anak muda yang takut mencoba, Farrel malah melawan arus untuk ‘panen kegagalan’ di usia muda.

title

FROYONION.COM - Bocah laki-laki itu sedari kecil memang suka dengan hal berbau logika. Seperti Fisika, Matematika, hingga Teknik Informatika yang digelutinya saat jadi mahasiswa. 

Tapi siapa sangka, belajar tentang logika tidak hanya membuatnya jadi anak yang cerdas bak Alessandro Volta, tapi juga membantunya untuk memahami arti berjuang selama hidup di dunia. 

Namanya Farrel Athaillah Putra, cowok berusia 22 tahun yang udah jadi Chief Executive Officer (CEO) di start-up yang dibangunnya, Naratik. Bersama 6 orang temannya, Farrel mengangkat isu tentang sulitnya perajin batik untuk berkembang di era yang modern. 

Khawatir akan batik yang semakin tergerus budaya luar, Farrel berhasil memaparkan idenya untuk membuat sebuat aplikasi yang dapat mengidentifikasi jenis hingga keaslian kain batik dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). 

BACA JUGA: NARATIK, APLIKASI BUATAN ANAK MUDA YANG BISA MENGIDENTIFIKASI JENIS HINGGA KEASLIAN BATIK

Seperti yang sudah disebutkan di awal, Farrel mengambil jurusan Teknik Informatika di Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. Mungkin lo juga tahu kalo jurusan satu ini lumayan sulit. Dilansir dari Kompas, Teknik Informatika menduduki peringkat kedua sebagai jurusan yang paling sulit di Indonesia. 

Nggak heran kalo anak muda yang kuliah Teknik Informatika sangat fokus sama kuliahnya dan nggak sempet untuk ikut kegiatan lainnya. Tapi beda sama Farrel, di tengah kesibukan kuliahnya dia malah ikut Bangkit Academy, sebuah program pelatihan dari Google yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk memberikan bekal berkarier di bidang machine learning, mobile development, dan cloud computing. 

Perlu diketahui kalo program ini berjalan selama 6 bulan. Butuh komitmen dan time management skill untuk bisa membagi waktu antara kuliahnya yang notabene udah sibuk sama kegiatan di luar kampus. 

“Dari zaman aku sekolah sampe sekarang udah kerja, aku selalu punya pola untuk merasa kesulitan dan sibuk banget waktu awal-awal memulai. Waktu kuliah, aku ngerasa sibuk bangte waktu semester 1. Tapi setelah dijalani ternyata biasa aja. Jadi menurutku walaupun jurusanku katanya sibuk banget, selalu ada jalan untuk nyobain kegiatan lain di luar kuliah,” cerita Farrel saat diwawancara oleh tim Froyonion.com. 

Cowok asal Semarang ini juga menambahkan kalo rasa penasaran untuk mencoba hal baru selalu mendorongnya untuk berkembang. 

Penting untuk punya growth mindset supaya kita bisa terus berkembang. Pola pikir inilah yang selalu aku terapkan sampai akhirnya sekarang lahirlah Naratik.

Membangun startup di usia muda sering kali menuai banyak peringatan dari berbagai pihak. Nggak jarang orang-orang pada bilang kalo berbisnis di usia muda itu malah rawan gagal. 

BACA JUGA: TIPS BIKIN BISNIS DARI NOL BUAT ANAK MUDA

Tapi lagi-lagi Farrel tetep teguh pada pemikiran optimis dan progresifnya. Ia berpendapat bahwa justru karena masih muda, kita harus panen kegagalan sebanyak-banyaknya agar dapat menikmati hasilnya saat tua nanti. Hal inilah yang membuatnya dapat terus belajar hal-hal baru dan bertumbuh setiap harinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 

Membangun Naratik pun nggak lekang akan cobaan. Farrel bercerita tentang pandangan orang-orang yang meragukan inisiatifnya ini hanya karena dirinya masih muda. 

Namun ketika akhirnya ia bersama timnya berhasil menjadi salah satu pemenang di Bangkit 2021 dan dapet dana inkubasi dari Google dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pintu rezeki dan networking dibuka perlahan-lahan. Sehingga kini, kebolehannya nggak lagi diragukan karena usia. 

“Aku ngerasain banget susahnya nyari kenalan yang bisa bantu kami untuk mengembangkan Naratik. Sempet juga diragukan karena aku dan temen-temen waktu itu masih kuliah. Jadi sempet cuma dikira penelitian untuk skripsi aja. Bersyukurnya setelah ikut program Bangkit, perlahan-lahan bisa kenal sama banyak orang hebat yang turut mensukseskan Naratik,” tutur cowok yang kini juga berkarier sebagai back end developer di salah satu perusahaan di Bandung. 

Semangat membara untuk nggak berhenti belajar dan mencoba hal baru ini menjadikan Farrel sebagai anak muda yang punya semangat juang yang tinggi. 

“Banyak anak muda yang menjunjung tinggi work life balance. Itu memang penting, tapi menurutku lebih penting lagi kalau kita bisa belajar dan berusaha semaksimal mungkin di usia kita yang muda ini. Kita masih punya banyak sekali kesempatan yang sayang banget kalo dilewatkan. Jadi selagi masih muda, ayo kita pancarkan juga semangat juang anak muda itu,” tambahnya. 

Bertepatan juga dengan Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati hari ini (28/10), kita sama-sama belajar dari sosok Farrel kalau anak muda Indonesia zaman sekarang bisa ‘berjuang’ dengan terus berkarya. (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.